Oleh : Rick Joyner
(Diterjemahkan dari buku "The Path: Fire on the Mountain")
BAB SEMBILAN
PEMIMPIN (1)
Sementara kami berjalan, William menarikku ke samping agar agar kami berada cukup jauh dari yang lain supaya tidak ada yang akan mendengar kami. Sesuatu mengganggunya. Dia sepertinya tergerak untuk membicarakannya saat kami berjalan di bawah sinar matahari pagi.
“Aku telah amengamati bagaimana engkau menangani kelompok ini,” William memulai. Ini adalah situasi yang unik, dan aku tertarik memahami metodemu."
“Aku menghargai minatmu, dan aku sangat ingin mendengar pandanganmu,” jawab aku
.
“Aku prihatin melihat engkau terlalu jujur mengenai kegagalan dan kelemahanmu sendiri. Kelompok ini perlu mempercayai padamu, dan aku tidak yakin hal semacam itu akan membantu. Namun, aku harus mengakui bahwa aku juga tahu kalau ini membuat beberapa orang lebih percaya padamu, dan mungkin itu karena keterbukaanmu. Apakah keterbukaan itu yang ingin menjadi tujuanmu?”
"Mungkin berhasil mencapai itu, tetapi aku tidak melakukannya demi alasan itu," jawab aku. “Alasanku dengan menjadi transparan adalah karena aku diberi tugas yang harus dilakukan — untuk membawa kelompok ini melewati hutan belantara ini.
Mereka hanya akan berhasil karena iman mereka kepada Tuhan, bukan karena aku. Aku tahu ada semacam keyakinan tertentu yang harus mereka miliki dalam diriku sebagai pertolongan Tuhan bagi mereka saat ini, tetapi tujuanku adalah membawa mereka ke tempat itu dimana mereka tidak membutuhkan aku lagi. Aku ingin membawa mereka ke sana secepat mungkin. Aku ingin mereka berhasil, bahkan jika misalnya aku tidak berhasil ke sana."
“Itu cara berpikir yang benar-benar tanpa pamrih,” jawab William.
"Ini mungkin tidak sebegitu tanpa pamrih seperti kelihatannya," aku menjelaskan. “Jika aku gagal tetapi mereka berhasil, maka aku tetap mencapai sesuatu, dan upayaku tidak akan sia-sia. Aku sendiri memiliki guru-guru yang hebat. Beberapa dari mereka selesai dengan baik, dan beberapa tidak, tetapi aku tahu bahwa buah yang aku hasilkan akan tetap menjadi bagian dan hak mereka karena semua yang mereka investasikan padaku. Jadi aku ingin mencapai semua yang bisa kucapai demi mereka juga, terutama mereka yang hidupnya tampaknya berakhir dengan kegagalan. Mereka masih bisa berhasil melalui aku jika aku melakukannya.”
“Aku berterima kasih kepada mereka yang menabur dalam hidupku meskipun mereka tidak menyelesaikannya dengan baik, tetapi aku akui bahwa aku juga melakukan ini untuk kepentinganku sendiri. Sebagaimana yang aku katakan sebelumnya, satu-satunya perintah dengan janji adalah untuk menghormati ayah dan ibu kita. Janji itu adalah bahwa keadaan kita akan baik, dan kita akan memiliki umur panjang. Aku ingin menghormati mereka karena aku peduli pada mereka, tetapi juga karena aku telah mempelajari manfaat besar yang kami terima karena melakukan ini.”
“Keterusteranganmu kuhargai tetapi, sekali lagi, aku bertanya-tanya apakah ada gunanya bersikap transparan kepada semuanya, ”jawab William.
"Kamu mungkin benar. Aku mungkin tidak begitu jujur dengan yang mereka tidak dewasa atau tidak stabil kerohaniannya, tetapi kalian berbeda. Aku tidak bisa memperlakukan kalian sebagai pengikut, tetapi sebagai rekan kerja. Salah satu dari kalian bisa menjadi dewasa lebih cepat di sini daripada proses yang pernah kulalui dan pantas mendapatkan posisi kepemimpinan ini lebih daripadaku. Jika demikian, aku bermaksud membuat transisi kepemimpinan selancar dan secepat mungkin."
“Aku belum pernah mendengar seorang pemimpin berbicara seperti itu,” jawab William.
“William, tujuanku di sini bukanlah kepemimpinan. Aku tidak meminta posisi ini atau menginginkannya. Ini adalah sebuah tugas yang aku merasa terhormat mengerjakannya, tetapi itu adalah suatu tanggung jawab. Tujuanku adalah untuk bertumbuh di dalam Kristus seperti semua orang di sini. Bukankah Dia menyerahkan nyawa-Nya dan memberikan kepemimpinan-Nya kepada orang lain? Aku ingin jadi pemimpin terbaik yang aku bisa demi Dia dan demi mereka.Tujuanku bukan menjadi pemimpin, tapi membawa mereka melewati hutan belantara ini. Aku akan segera tunduk kepada siapa pun yang dapat melakukan pekerjaan dengan lebih baik dalam hal ini selain aku, tentu saja, dengan persetujuan dari Dia yang adalah Pemimpin kita semua. Terkadang kepemimpinan terbesar adalah mengetahui kapan harus melepaskan suatu kepemimpinan dan mengikuti pemimpin lainnya.
“Dahulu sekali, aku diberitahu bahwa kepemimpinan yang akan membawa kami ke tujuan adalah dimodelkan seperti angsa. Mereka terbang dalam formasi V di belakang pemimpin, karena itu membuat sekitar 30% lebih mudah supaya yang lain terbang di belakang yang lain daripada yang memimpin. Oleh karena itu, pemimpinlah yang akan lebih cepat lelah daripada mereka yang di belakang. Jika kawanan domba ingin mengimbangi langkahnya, melaju sejauh mungkin dan secepat mungkin maka mereka harus secara teratur berganti pemimpin. Jika keletihanku mulai memperlambat seluruh kelompok, aku akan perlu membiarkan orang lain mengambil alih, setidaknya untuk sementara, sampai hal yang sama terjadi pada mereka. Aku sudah mencari siapa yang mungkin berikutnya memimpin sehingga aku dapat membantu mempersiapkan mereka untuk itu."
“Itu masuk akal, tapi aku belum pernah mendengar hal seperti ini sebelumnya dari siapa pun di dalam kepemimpinan,” jawab William.
“Di sini segalanya berbeda dengan di dunia. Menjadi pemimpin adalah tujuan yang sangat dangkal. Menuju ke gunung dengan semua yang telah dipercayakan kepada kita adalah tujuannya. Aku tidak ingin membiarkan apapun, bahkan posisiku sendiri menjadi penghalang tujuan itu" jawabku
“Apakah kau berpikir bahwa aku mungkin salah satu dari mereka yang dipanggil untuk memimpin suatu waktu?” Tanya William.
"Ya." aku membalas.
“Tapi aku orang percaya baru, lebih muda dari semua orang di sini. Apakah Alkitab tidak memberikan peringatan mengenai risiko memberikan kepemimpinan kepada orang percaya baru?"
“Memang. Aku pun memikirkan hal itu. Tapi bagaimanapun, kedewasaan di dalam Kristus bukan hanya hasil dari sekedar melewati waktu. Ini lebih merupakan hasil dari cara kita menghadapi ujian-ujian yang diberikan kepada kita. Ini adalah hasil dari menjadi cukup rendah hati untuk diajar, tetapi bahkan lebih dari ini, itu adalah hasil dari hubungan yang dekat dengan Sang Raja dan belajar dari-Nya.
“Aku telah menghabiskan hidupku untuk mencari tahu tentang Guru. Dialah yang mengajarku bahwa supaya aku berhasil melalui tempat ini aku harus menempatkan kepentingan orang lain di atas kepentinganku sendiri. Jawaban yang tepat untuk setiap krisis atau masalah adalah mengutamakan kepentingan orang lain. Di satu sisi kau bisa mengatakan bahwa aku melakukan ini secara egois supaya dapat melewati ini dengan menempatkan kepentingan mereka di atas kepentinganku. Namun kepentingan terbaik tertarik mereka adalah pergi ke gunung itu itu secepat mungkin supaya mereka bisa berhasil tanpa aku jika perlu."
“Aku tahu tentang sifat mementingkan diri sendiri dan ambisi egois dengan sangat baik dari pengalamanku. Melalui semua orang yang pernah bekerja denganku, semuanya adalah tentang mereka. Jika ini yang menjadi motifmu, maka kau menyembunyikannya hal ini dengan baik,”komentar William.
"Sekali lagi terimakasih. Sungguh menguatkan bagimu untuk mengatakan itu karena aku sering merasa seperti orang paling egois yang pernah kukenal. Sejujurnya aku tidak tahu apakah aku bisa menyembunyikannya dengan baik. Meski begitu, aku tahu ini: begitu banyak orang di saat-saat ini memberikan hidup mereka kepada Kristus, tetapi kemudian mereka diajar untuk mengikuti orang, gerakan, atau doktrin tertentu, dan tidak pernah dipimpin atau dibawa kepada-Nya. Akibatnya, ini selalu mengarah pada kekecewaan dan kehidupan yang dangkal dan membuat frustrasi, jauh dari kehidupan berkelimpahan yang dijanjikan Tuhan.
Hanya ada satu fondasi yang dapat kita bangun, dan itu adalah Kristus sendiri. Aku tidak benar-benar bermaksud untuk berbagi apa pun dengan tujuan membuat orang lebih percaya kepadaku, tetapi supaya membuat mereka memandang pada satu-satunya yang tidak akan pernah melemahkan mereka atau mengecewakan mereka."
(Bersambung ke bagian 21)
0 komentar:
Posting Komentar
Mohon TIDAK menggunakan kata-kata kotor atau kasar yang tidak memuliakan nama Tuhan. Terima kasih atas perhatiannya. Salam Revival!
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.