KOMUNITAS PERSATUAN INTERDENOMINASI GEREJA YANG MEMPERJUANGKAN TERJADINYA KEBANGUNAN ROHANI

JALAN (THE PATH) - BAGIAN 34

Posted By passion for revival on Kamis, 03 Juni 2021 | 9:35 AM

Oleh : Rick Joyner
(Diterjemahkan dari buku "The Path: Fire on the Mountain")

BAB EMPAT BELAS
NABI


 Aku masih sangat terpengaruh oleh pertemuanku dengan Henokh sehingga aku membutuhkan waktu beberapa saat untuk menenangkan diri sebelum aku bisa berbicara.  Aku tahu apa yang akan kukatakan ini dapat membimbing mereka selama sisa hidup mereka.  Aku merasa seperti akan menunjukkan kepada mereka harta karun terbesar yang pernah ditemukan, dan aku ingin menyampaikannya sedramatis mungkin supaya membuat dampak sebesar-besarnya bagi mereka

 Aku tidak membutuhkan drama, dengan menabuh genderang, atau suara terompet.  Mark telah memberi tahu mereka bahwa aku akan kembali dengan pesan yang dapat membimbing mereka selama sisa hidup mereka, dan mereka sama fokusnya seperti yang pernah aku lihat sebelumnya.  Meskipun begitu, berada bersama Henokh telah membawa pengaruh terhadapku, dan mereka bisa melihatnya.  Hal ini menyebabkan mereka menjadi lebih menaruh perhatian lagi.

 “Kita telah berhasil berjalan sejauh ini tanpa makanan padat.  Bahkan dengan air hidup, kita tetap melemah setelah beberapa hari, dan tadi malam kita hampir kehabisan tenaga.  Hari ini, kita mulai memperoleh makanan padat yang tidak hanya akan menopang kita, tetapi yang akan menjadikan kita lebih kuat setiap hari.  Makanan kita adalah melakukan kehendak Bapa, dan sukacita Tuhan akan menjadi kekuatan kita.  Sukacita yang baru akan menjadi rekan pendamping kita, dan kita akan tumbuh dalam hal ini setiap hari agar kita tetap berada di jalan ini,” jawabku.

 “Tapi apakah ada makanan nyata yang akan diberikan kepada kita?”  tanya Mary yang lebih tua.

 “Ini lebih nyata daripada makanan apa pun yang pernah kaumakan,” kataku.  “Manna yang menopang Israel adalah jenis makanan ini.  Roti baru dari surga yang akan kita terima setiap hari mulai sekarang ini.”

 “Jadi, itu roti rohani,” kata Mary dengan nada yang mengolok secara alami.

 “Bukankah itu lebih baik dari apa pun yang bisa kita makan?”  aku membalas.

 “Kedengarannya bagus untukku!”  seseorang menyatakan, dengan persetujuan bahagia dari semua orang.  Aku kagum dengan betapa senangnya perasaan setiap orang.

 “Sekarang beritahu kami tentang pertemuanmu,” Mary menuntut, tidak bisa menahan kegembiraannya dan tersenyum seperti yang belum pernah aku lihat sebelumnya, “dan ceritakan lebih banyak tentang pesan mengenai sukacita Tuhan ini.”

 “Jelas sekali bahwa kalian telah menemukan sukacita Tuhan hari ini,” aku memulai.  “Aku baru saja bertemu orang paling bahagia yang pernah aku temui.  Aku baru saja bertemu dengan Henokh.”

 “Seperti apa dia?”  Mary menyela, masih belum bisa menahan diri.  Ini sedikit menggangguku, dan aku tidak percaya betapa cepatnya aku bisa kehilangan perasaan baik yang aku miliki setelah bersama-sama dengan Henokh.  Aku berhenti, bertekad untuk tidak bersikap tidak sabar, dan melanjutkan. “Dia tampak seperti sukacita yang dipersonifikasikan,” jawabku.

 “Tapi kupikir dia seorang nabi?”  seseorang berkomentar.  “Aku rasa aku belum pernah melihat orang yang melayani secara profetik dengan banyak sukacita.“

 “Kalau begitu, engkau pasti belum pernah melihat seorang nabi yang matang atau dewasa,” jawabku.  “Henokh adalah yang pertama yang tentangnya dikatakan bahwa ‘dia bernubuat’, dan dia adalah bapa dari para nabi.  Jika engkau dipanggil untuk pelayanan ini hari ini dan engkau menjadi dewasa sebagaimana mestinya, maka kau akan lebih seperti Henokh, dan dirimu akan menjadi salah satu orang paling bahagia di dunia.”
 “Henokh adalah suatu nubuatan, suatu pesan dari Tuhan.  Itu adalah pesan terpenting dari semuanya — kita dipanggil untuk berjalan bersama Tuhan.  Itu adalah pesan yang akan membuat kita tetap di jalan kehidupan. 

Di hadirat-Nya ada kepenuhan sukacita, dan sukacita yang datang dari berada bersama-sama dengan Dia adalah makanan yang memberi kita kekuatan yang lebih besar daripada makanan lainnya.“

 “Henokh memberimu tongkat gembala, bukan?” tanya Mark.

 “Ya,” jawabku.
 
“Itu dipotong dari sebuah pohon.  Apa dia memberitahumu tentang pohon itu? ”  Mark melanjutkan.

 “Benar ini berasal dari suatu pohon, tapi apa yang kamu ketahui tentang pohon itu?”  aku bertanya pada Mark.

 Aku telah melihat pohon dan tongkat gembala.  Itu adalah Pohon Kehidupan.  Otoritas seorang gembala berasal dari Pohon Kehidupan.  Buah dari pohon itulah yang menjadikanmu dapat memimpin umat Tuhan.  Ini adalah ‘taruk dari Isai’ yang melahirkan Kristus yang adalah hidup kita.  Dia adalah makanan itu, yang juga adalah sukacita kita, dan sukacita-Nya adalah kekuatan kita.”
 “Itu juga tongkat Harun yang bertunas.  Tongkatnya tumbuh karena tongkat gembala berasal dari Pohon Kehidupan yang terus hidup. Kehidupan inilah yang membantu kita mengenali orang-orang yang telah diutus oleh Tuhan dan yang merupakan gembala-gembala atau pemimpin-pemimpin rohani sejati,“ kata Mark, berhenti, tapi jelas bisa melanjutkan.

 “Mark, dari mana engkau mendapatkan semua pemahaman ini?”  tanyaku.

 “Ketika aku beroleh panggilan sebagai seorang nabi aku diberi tahu bahwa salah satu tugasku adalah untuk mengenali mereka yang memiliki tongkat gembala dan untuk mendukung mereka.  Sebelumnya aku hanya melihat mereka di dalam penglihatan, tapi aku langsung bisa mengenali tongkat itu.“

 “Ceritakan semua yang kautahu tentang itu,” aku memohon.

 “Engkau mengira tongkatmu masih baru dan baru saja dipotong, tetapi tongkat itu jauh lebih tua dari yang dapat kaubayangkan.  Itu aepertinya baru dan segar karena kehidupan yang ada di dalamnya, dan kehidupan akan tetap di dalamnya selama engkau berjalan dengan Tuhan dan tidak menyimpang dari jalan-Nya.  Ini dipotong dari Pohon Kehidupan sebelum dunia dibentuk, dan ukurannya disesuaikan khusus untuk seukuranmu pada saat itu.  Memang demikian, setiap tongkat gembala diberikan kepada para gembala, bahkan bagi mereka yang memimpin kelompok terkecil dari umat Tuhan.

 Tahukah kau mengapa Henokh yang memberikan ini kepadamu?  Mark lalu bertanya.

 “Aku tahu sedikit, tapi menurutku kau mungkin tahu lebih banyak.  Tolong beritahukan padaku apa yang kauketahui.“

 “Henokh mewakili atau menggambarkan jalan dimana semua gembala (maksudnya pemimpin rohani) sejati akan memimpin umat Tuhan.  Benar, gembala dikenal dari perjalanan mereka bersama dengan Tuhan. Mereka mungkin seorang konselor, penyembuh, dan guru-guru, tetapi para gembala akan dikenal terutama dari perjalanan mereka bersama Tuhan dan kedekatan mereka dengan-Nya. Ada banyak hal yang bisa menyebabkan orang mengikuti kalian, tetapi para gembala (pemimpin rohani) akan diketahui dari bagaimana mereka mengikut Tuhan di jalan kehidupan.

“Satu hal yang karenanya kita dapat mengenali para gembala yang telah bertahan di jalan kehidupan adalah melalui sukacita mereka yang terus bertambah.  Ini adalah sukacita yang kaulihat pada Henokh.  Para gembala yang telah tinggal di jalan kehidupan tampaknya tidak memiliki kekuatiran atau beban karena mereka terikat pada kuk dengan Dia yang kuk-Nya itu enak dan ringan.  Beban-beban itu tidak menekan, tetapi terus-menerus beroleh energi melalui kekuatan yang datang dari sukacita Tuhan.  Tongkat mereka, atau otoritas mereka, akan dikenali dari kehidupan yang ada di dalam mereka.  Tongkat mereka akan selalu bertunas, melahirkan kehidupan baru, karena berasal dari Pohon Kehidupan Sendiri.”

 Saat Mark berbicara, semua orang terkesima, tetapi beberapa orang lebih terpesona dari yang lain.  Aku tahu mereka adalah para gembala itu.  Kedalaman memanggil kepada kedalaman, dan hati mereka dibangunkan.  Selagi aku melihat Mark, aku tahu bahwa dia juga memperhatikan mereka yang sangat tersentuh sehingga ia mungkin akan berbicara lebih banyak dengan mereka di lain waktu.  

“Sungguh karunia yang luar biasa bagi kami,” pikirku, “dan masih sangat muda!”

 “Aku masih muda, tapi aku sudah berjalan bersama Tuhan selama beberapa tahun,” kata Mark, seolah-olah mendengar pikiranku.  Kemudian dia melanjutkan:

 “Beberapa orang mengklaim dapat menggunakan ‘tongkat peramal’ untuk menemukan air di bawah tanah;  mereka adalah pemalsuan dari apa yang kaumiliki di tanganmu.  Tongkatmu dapat menemukan air kehidupan yang tersembunyi di bawah permukaan.  Kedalaman memanggil pada kedalaman, dan hidup memanggil pada yang hidup.  Mereka yang memiliki tongkat gembala menjadi semakin peka terhadap apa yang adalah kehidupan dan di mana aliran-aliran kehidupan itu mengalir,“ kata Mark, yang kemudian merasa ragu-ragu seolah-olah dia memiliki lebih banyak untuk disampaikan, tetapi tidak tahu apakah dia harus membagikan hal itu.

 “Silakan lanjutkan,” kataku padanya.

 “Saat batang tongkat itu bertunas, kau harus mematahkannya dengan lembut.  Lalu kau harus memberikannya kepada mereka yang dibangkitkan Tuhan untuk panggilan sebagai gembala.  Tunas ini akan tumbuh bersama mereka, dan masing-masing akan menjadi tongkat seperti milikmu itu, ”katanya, lagi-lagi ragu-ragu.

 “Mark, tolong bagikan semua yang kamu tahu,” kataku.

 “Baik. Mereka yang menerima tunas itu sekarang dan tumbuh menjadi gembala, di akhir usia akan berjalan dalam otoritas Gembala.  Tongkat mereka akan menjadi tongkat Tuhan di bumi.  Mereka tidak hanya akan memimpin umat Tuhan dan melindungi mereka dari musuh dengan tongkat itu, tetapi mereka akan menyerang musuh-musuh Tuhan.  Mereka tidak hanya akan membelah lautan, tetapi mereka akan memisahkan bangsa-bangsa.  Mereka akan memimpin umat Tuhan ke Tanah Perjanjian.“
 
“Mengapa kamu ragu-ragu untuk membagikan itu, Mark?”  tanyaku. 

“Bisakah aku memberitahumu secara pribadi?” dia menanggapi.

 “Kalau menurutmu perlu seperti itu, tentu saja,” jawabku, dan kami berjalan tidak jauh dari yang lain.

 “Tongkatmu adalah kuncup yang diberikan kepadamu ketika kamu masih sangat muda di dalam Tuhan,” Mark memulai.  “Kau tidak membawanya lama sebelum kemudian kau meletakkannya.  Dalam arti tertentu, engkau melakukan apa yang Musa lakukan ketika dia melemparkan tongkatnya saat melihat semak belukar yang menyala. Dia ditugaskan sebagai gembala dari Tuhan bagi umat-Nya, tetapi tidak merasa cukup layak.  Ketika dia melempar tongkat itu ke bawah tongkat itu menjadi ular dan mengejarnya sampai dia mengambilnya kembali.  Itulah yang terjadi ketika engkau membuang panggilan Tuhan.“

 “Aku tahu kapan aku melakukan itu,” jawabku.  “Kau benar.  Tolong lanjutkan.”

 “Seperti Musa, tongkatmu menjadi ular dan mengejarmu sampai kamu mengambilnya lagi, yaitu saat engkau mengerjakan panggilanmu lagi, “lanjutnya.

 “Itu akurat,” jawabku, “dan merupakan cara yang baik untuk menjelaskannya.  Saat lari dari panggilanku semua yang aku lakukan berhasil, tapi aku merasa menderita.  Aku merasa bahwa apa yang telah aku tinggalkan — yaitu panggilan pelayananku — mengejar aku siang dan malam.  Kamu benar.  Tolong lanjutkan.”

 “Ketika kau mengambil tongkat itu lagi dan kembali mengerjakan panggilanmu, sepertinya Engkau/kalian tidak pernah melewatkan satu langkah pun dalam beberapa hal, tetapi melangkah ke tempat yang jauh lebih tinggi dari yang kau tinggalkan sebelumnya.  Seolah-olah engkau  telah berjalan dalam panggilanmu sepanjang waktu dan tumbuh di dalamnya,” dia berkata sambil menatapku dan aku mengangguk membenarkannya.

 “Tapi kamu memang melewatkan sesuatu.  Kau bertumbuh, dan tongkatmu pun bertumbuh, tetapi untuk waktu yang lama itu tidak bertumbuh di tanganmu.  Karena ini, engkau kehilangan banyak hal.  Jika kau bertumbuh bersama dengan tongkatmu itu maka kau akan menjadi lebih dewasa dan lebih stabil dalam otoritasmu.  Dirimu akan sangat menyatu dengan tongkat yang akan menjadi lengan yang lain bagi tubuhmu.  Sekarang, ini hampir seperti sesuatu yang coba kaubiasakan memegangnya.  Kau bahkan tidak tahu bagaimana memegangnya dengan benar.  Karena itu kau ada dalam bahaya untuk menyalahgunakan tongkat ini seperti yang dilakukan Musa.“

 “Apa yang Engkau/kalian katakan adalah bahwa aku berada dalam bahaya memimpin umat Tuhan menuju Tanah Perjanjian, tapi tidak bisa memimpin mereka ke dalamnya?“  tanyaku.

 “Itulah bahayanya,” lanjut Mark. “Ini berbahaya bagi semua yang tidak tumbuh dewasa bersama dengan otoritas mereka sebagaimana mestinya.“

 “Mark, terima kasih atas peringatan ini.  Apakah ada hal lain yang ingin kaukatakan kepadaku mengenai ini?”  tanyaku.

 “Kasih karunia Tuhan menjadi sempurna dalam kelemahan,” Mark memulai.  “Kamu memiliki kelemahan oleh karena waktu saat kau menjauh dari panggilanmu.  Itulah waktu ketika musuh menemukan akses kepadamu dan keluargamu yang menyebabkan beberapa kegagalan terbesar dalam hidupmu, yaitu kegagalan dengan keluargamu.  Meskipun kau melihat akibat dari kegagalan-kegagalanmu sekarang ini, engkau memiliki janji Tuhan bagi anak-anakmu dan anak-anak mereka.  Mereka akan melayani Tuhan dan memuliakan nama-Nya.  Dia yang Setia yang akan mewujudkan ini.

 “Kegagalanmu tidak akan terus menjadi tanggung jawabmu jika engkau lebih bersandar pada Tuhan oleh karena kelemahanmu, tetapi dirimu memang memiliki kelemahan.  Engkau tidak boleh lagi membuang tongkat ini lagi, dan kau harus bersandar pada-Nya secara terus-menerus."

 Sekali lagi Mark ragu-ragu sejenak seolah-olah membiarkannya meresap, dan kemudian melanjutkan, “Bahkan gembala terkecil yang dibangkitkan dari tempat ini akan menjadi seperti Daud.  Mereka akan menjadi pejuang yang perkasa, penyembah yang perkasa, dan mereka akan menjadi nabi yang luar biasa seperti Daud.”

 “Mereka juga harus memiliki sukacita Henokh.  Setiap orang di masa-masa ini akan membutuhkan sukacita Henokh.  Penyesalanmu atas kegagalanmu harus diubah menjadi sukacita karena Penebus yang akan menebus kesalahanmu.“

 Aku perlu mendengar apa yang Mark bagikan kepadaku sebanyak aku perlu mendengar apa yang Henokh dan Elijah bagikan denganku.  Meskipun aku merindukan lebih banyak waktu dengan Henokh dan Elia, aku tidak ingin melewatkan apa yang Tuhan hendak sampaikan padaku melalui orang-orang di kelompok kami.  Mereka saja dipakai sebagai utusan Tuhan sebagaimana Henokh atau Elia.

 Aku melihat kembali kelompok kecil kami.  Setiap orang yang aku kenal benar-benar adalah harta karun, dan lebih dari berharga.  “Tuhan lagi-lagi menyimpan yang terbaik untuk yang terakhir,” pikirku.  Sekali lagi, Mark sepertinya tahu apa yang kupikirkan.

 “Beberapa orang terhebat yang pernah berjalan bersama Tuhan ada di jalan ini atau akan segera berjalan di sini.  Bagian terbaiknya bukan hanya kita akan mengenal Elia dan Henokh, tetapi kita akan mengenal Tuhannya Elia, Tuhannya Henokh, Tuhannya Daud, Tuhannya Musa — Tuhan yang sama yang dikenal dan dilayani semua orang-orang perkasa yang berjalan di bumi ini.  Siapa yang bisa memimpikan kehidupan seperti ini?“ kata-kata Mark menggema di pikiranku.

 “Siapa yang pernah memimpikan hal seperti ini?” Aku setuju.

 Aku tidak bangun.  Aku tidak tidur.  Tapi Anda harus bangun.  Anda dipanggil untuk ke gunung Tuhan.

SELESAI
(BERSAMBUNG KE BUKU KEDUA : LEMBAH)












 
 
   
 
   
Blog, Updated at: 9:35 AM

0 komentar:

Posting Komentar

Mohon TIDAK menggunakan kata-kata kotor atau kasar yang tidak memuliakan nama Tuhan. Terima kasih atas perhatiannya. Salam Revival!

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.