Oleh : Rick Joyner
(Diterjemahkan dari buku "The Path: Fire on the Mountain")
BAB DELAPAN
TANTANGAN (3)
“Gereja sama bersalahnya dengan hal ini seperti orang-orang lain di dunia. Setiap generasi rohani cenderung melakukan kesalahan yang sama seperti generasi sebelumnya. Tentu saja sejarawan atau mahasiswa sejarah akan melihat hal ini, dan beberapa telah menawarkan solusi, tetapi hingga saat ini, kita belum lepas dari spiral mengerikan yang terus menurun ini. Ini adalah penyebab tragedi manusia terburuk, dan mengapa itu kembali berulang berkali-kali."
“Itu suatu pelajaran terpenting?” William bertanya. “Ini telah menjadi semacam klise murahan yang diulangi semua orang."
"Kamu benar. Semua orang mengatakannya, dan aku pikir sebagian besar benar-benar mempercayainya, tetapi mereka toh terus melakukannya," aku menjawab.
“Menurutmu, mengapa ini terjadi? seseorang bertanya.
“Ini merupakan kombinasi dari banyak hal, tapi menurutku alasan yang paling umum adalah kesombongan. Inti dari kesombongan ini menyebabkan setiap generasi berpikir bahwa mereka lebih baik dari yang sebelumnya. Kita cenderung berpikir kita lebih pintar, lebih bijaksana, dan pastinya tidak seperti orang tua kita, dan ini membuat kita tetap berada dalam perangkap.
Seiring bertambahnya usia, kita malah menjadi seperti orang tua kita, atau sebagai hasil dari reaksi kita terhadap orang tua kita dan mencoba untuk menjadi berbeda dari mereka, kita justru menjadi tempurung yang lebih sempit dari yang sebenarnya kita bisa capai.
Reaksi terhadap masalah orang tua kita, atau siapa pun, tidak akan membebaskan kita dari jebakan ini. Hanya pertobatan, dan kerendahan hati yang memungkinkan kita dapat diajari, yang akan membuat kita bebas.
“Tuhan memberi kita jawaban atas dilema ini ketika Dia memberikan hukum kepada Musa dan memerintahkan kita untuk menghormati ayah dan ibu kita. Dia tidak berkata supaya kita menghormati orang-orang hebat, atau bahkan orang-orang ynag baik, tapi siapa pun adanya orang tua kita yang harus kita hormati. Kupikir jika pola pikir kita adalah menghormati mereka yang telah mendahului kita, maka alih-alih mengabaikan mereka, kita bahkan bisa belajar banyak dari yang buruk dari mereka sehingga kemajuan kita bisa berlipat kali banyaknya.
“Alex Haley pernah berkata bahwa ketika orang tua meninggal, itu seperti perpustakaan yang terbakar habis. Bahwa kita tidak mendengarkan tua-tua kita, bahwa kita tidak mencoba untuk mempelajari semua yang kita bisa dari mereka yang pernah berada di jalan ini sebelumnya, adalah salah satu kesalahan terbesar kita, dan alasan mengapa kita mengulangi kesalahan besar sejarah berulang kali.”
“Ajaran-ajaran besar dan kebenaran yang agung bisa menjadi umum, tetapi jarang menemukan orang yang telah diubah oleh kebenaran itu. Banyak orang bisa mengutip ajaran iman yang agung, tapi jarang ditemukan orang yang menjalaninya. Aku pikir kerendahan hati harus dipadukan dengan kebenaran supaya itu dapat mengubah kita.
“Tuhan memerintahkan Israel untuk mengulangi sejarah mereka setiap tahun. Ini bukan untuk membuat mereka hidup di masa lalu, namun kita tidak dapat menghadapi masa kini atau masa depan sebagaimana mestinya jika kita melupakan pelajaran dari masa lalu. Tidak cukup menghargai masa lalu untuk mempelajarinya mungkin adalah penyebab utama banyak kerajaan telah bangkit, melakukan semua yang diperlukan untuk membangun kerajaan seperti itu, hanya untuk kemudian dengan cepat hancur karena kurangnya pemahaman yang sederhana, mendasar.”
“Perintah untuk menghormati ayah dan ibu kita adalah satu-satunya perintah yang memiliki janji. Itu ditemukan baik di dalam Perjanjian Lama dan Baru. Janji itu adalah keadaan kita akan baik, dan kita akan hidup lama di tanah yang telah Tuhan berikan kepada kita. Kerajaan, bisnis, atau keluarga, yang berumur pendek seringkali tidak diperlukan. Untuk menghormati ayah dan ibu kita membutuhkan lebih dari sekadar mengetahui cerita mereka, itu selanjutnya dilakukan dengan menghormati ajaran mereka."
“Bagaimana kita bisa mendapatkan kehormatan itu?” seseorang bertanya.
“Jauh lebih mudah untuk mengajar tentang anugerah Tuhan daripada berjalan di dalamnya. Semuanya adalah karunia, tapi hanya mereka yang mengejar Dia menemukan kasih karunia-Nya. Kita harus cukup peduli tentang perintah Tuhan ini untuk mengejar apa artinya menghormati ayah dan ibu kita. Aku merasa tidak ada rumus tertentu untuk itu. Kita harus cukup peduli untuk berusaha memahaminya dan kemudian melakukannya.”
“Itu bisa dimulai dengan cukup peduli untuk mengetahui cerita mereka dan mendengar apa yang mereka katakan. Kita memiliki banyak ajaran tentang iman, tetapi Firman mengatakan bahwa dibutuhkan iman dan kesabaran untuk mewarisi janji. Aku pikir bagian kesabaran sering diabaikan. Diperlukan kesabaran yang besar untuk mempelajari sejarah atau untuk mendengarkan orang yang lebih tua, tetapi mereka yang melakukannya beroleh upah.”
“Salah satu wahyu besar Allah dalam sejarah adalah kasih dan kesabaran-Nya yang tampaknya tak terbatas untuk manusia. Kita selalu belajar tetapi tidak pernah sampai pada pengetahuan tentang kebenaran. Meskipun demikian, Dia mengirimkan saksi-Nya di setiap generasi dan mencoba menolong kita. Setiap generasi menolak orang-orang yang dikirim kepada mereka, dan kemudian mereka tersandung pada batu sandungan yang sama seperti generasi sebelumnya, tetapi Dia terus menjangkau manusia. Bahkan sedikit orang yang menghormati saksi-saksi-Nya jarang yang benar-benar melakukan apa yang para utusan Tuhan itu katakan. Namun Tuhan tidak pernah menyerah pada kita. Dia tetap setia bahkan ketika kita begitu tidak setia."
“Apakah engkau melihat ada harapan untuk generasi kita?” tanya Mary yang lebih muda.
"Ya. Aku melihat harapan besar. Generasi kalian bisa menjadi salah satu yang memutus siklus itu, memenuhi tujuannya, dan benar-benar mempersiapkan jalan untuk kedatangan kerajaan,” jawabku.
“Sebelum aku memberikan alasan utama untuk harapan ini, mohon bersabarlah untuk berbagi beberapa prinsip lain yang telah aku pelajari. Apa yang pada awalnya mungkin mematahkan semangat kita dapat menuntun kita kepada pengharapan yang lebih besar, yang lebih bermakna. Harapan sejati yang tidak pernah mengecewakan kita sering kali harus dimulai dengan hilangnya harapan kita pada manusia, tapi saat itulah kita bisa menaruh harapan kita pada satu-satunya yang layak untuk kita percaya— Tuhan. Harapan kita tidak bisa diletakkan pada manusia, bahkan pada umat Tuhan, tapi di dalam Dia.
“Apa yang membuatku terus maju dan percaya pada kemenangan puncak penuh kemuliaan dari gereja adalah keyakinanku pada Tuhan yang akan membuat hal ini menjadi kenyataan, bukan pada manusia. Menjadi kecewa berarti kehilangan ilusi. Itu hal yang baik, tetapi kemudian kita harus mengganti ilusi dengan iman. Iman yang benar selalu berpusat pada Tuhan, bukan pada manusia.”
“Iman sejati tidak bisa didasarkan pada apa pun juga kecuali pada kebenaran. Sebagian dari kebenaran adalah melihat kondisi diri kita yang sebenarnya, tetapi yang lebih penting adalah untuk melihat hati dan tujuan Tuhan bagi kita. Israel mengalami siklus yang treus berulang: mempercayai-Nya dan melihat kemenangan-Nya; melupakan Dia dan menjadi murtad; jatuh ke dalam perbudakan; berseru kepada-Nya untuk pembebasan, dan Dia pun membebaskan mereka, berulang kali. Gereja telah melakukan hal yang sama sepanjang sejarah.
“Melalui semua ini, Tuhan tidak pernah kehilangan kesabaran atau harapan-Nya pada kita, karena Dia tidak
benar-benar percaya kepada kita sebanyak Dia percaya pada Roh Kudus-Nya untuk mewujudkan ini. Akan ada
generasi yang memutus siklus penurunan ini dimana kita telah terperangkap sekarang ini, dan generasi kalian menunjukkan tanda-tanda sebagai generasi yang bisa melakukannya.
“Kita bisa yakin bahwa orang yang berhasil keluar dari jebakan mengerikan ini adalah suatu generasi yang belajar untuk menghormati ayah dan ibu mereka. Mereka akan mempelajari pelajaran tanpa harus mengulangi kesalahan masa lalu, karena mereka akan menolak khayalan bahwa mereka jauh lebih pintar atau lebih baik dari generasi sebelumnya. Generasi itu akan mengadakan terobosan dan mewarisi Tanah Perjanjian.
“Salah satu hal yang memberiku harapan melihat generasi kalian adalah adanya suatu keangkuhan nyata-nyata yang sekarang mencengkeram generasi ini, dan bagaimana kesombongan dan pemberontakan ditinggikan saat ini,” kataku.
“Bagaimana hal itu memberimu harapan? Bukankah itu kebalikan dari apa yang perlu kita rangkul?” Mary hampir meledak.
“Ya, benar, dan itulah intinya. Faktor utama tentang zaman ini adalah bahwa akhir zaman adalah tuaian. Faktor utama tentang panen adalah semua benih yang telah ditanam menjadi matang, yang baik maupun yang jahat. Kebanggaan dan kesombongan manusia tampaknya menjadi matang sepenuhnya di generasi kalian, tetapi kita juga dapat mengetahui dari sini bahwa
benih yang baik pun akan matang juga.”
“Ketika Tuhan berbicara tentang akhir zaman, Dia berkata bahwa Dia akan mengirim para malaikat-Nya untuk mengambil keluar dari kerajaan-Nya semua batu sandungan. Lalang adalah yang akan dipetik lebih dulu, dan itu akan meninggalkan gandum.”
“Musafir sejati tidak mengikuti kumpulan massa, tetapi selalu bergerak dengan semangat yang berlawanan dengan dunia. Kebanggaan dan arogansi manusia telah mencapai tingkat sebagaimana dinubuatkan di akhir zaman ini. Tidak akan mungkin bisa lebih buruk lagi, jadi mereka yang dapat mengalahkan kegelapan ini akan menjadi beberapa dari mereka yang terkuat yang pernah ada. Mereka yang mengalahkan kesombongan akan menjadi yang paling rendah hati dan, oleh karena itu, menjadi yang paling bisa diajar dan berhikmat di sepanjang masa.
"'Di mana dosa melimpah, kasih karunia justru juga akan semakin berlimpah.' Tuhan memberikan kasih karunia-Nya kepada yang rendah hati, dan kasih karunia Tuhan adalah yang hal paling berharga dari semua harta. Tidak ada yang bisa menghentikan kasih karunia Tuhan, dan tidak ada yang tidak bisa diselesaikan dengan kasih karunia Tuhan. Kita mendekati masa ketika orang yang rendah hati akan mewarisi bumi. Mereka akan melakukan ini karena mereka berjalan dalam kasih karunia Tuhan. Oleh karena itu, yang terbesar di kerajaan adalah yang paling rendah hati. Generasi kalian akan menghasilkan sebagian orang-orang dari yang terbesar di kerajaan karena mereka akan menjadi orang-orang yang paling rendah hati.”
(Bersambung ke bagian 20)
0 komentar:
Posting Komentar
Mohon TIDAK menggunakan kata-kata kotor atau kasar yang tidak memuliakan nama Tuhan. Terima kasih atas perhatiannya. Salam Revival!
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.