Oleh : Rick Joyner
(Diterjemahkan dari buku "The Path: Fire on the Mountain")
BAB SATU
SUARA
Aku berpikir setiap langkah akan menjadi yang terakhir. Rasa lapar, haus, dan kelelahan semua digabungkan ke dalam krisis terbesar yang pernah kualami. Kematian pastilah sudah sangat dekat. Kabut itu sangat tebal sehingga aku hanya bisa melihat beberapa meter saja di depanku, dan tampaknya keadaan itu serupa dengan kondisi mentalku. Dulu aku bertekad untuk tidak berhenti selama aku masih sadar, tetapi aku tahu itu tidak mungkin aku lakukan lebih lama lagi.
Aku berjalan dengan susah payah melalui hutan lebat di sebuah jalan yang sempit. Mataku terbakar. Pakaianku telah robek-robek berjuntai-juntai sedemikian parahnya sehingga hampir tak memberikan perlindungan terhadap duri-duri dan dahan-dahan tajam yang menusukku berulangkali. Aku telah pergi jauh melampaui titik di mana aku pikir aku tidak bisa melangkah lebih jauh lagi dan setiap langkah terasa seperti suatu siksaan. Kematian kemudian menjadi suatu keinginan. Meski begitu, seandainya aku mati aku pun tidak ingin disebabkan karena aku menyerah. Aku tahu bahwa jika aku berhenti, aku tidak akan dapat memulai lagi, jadi aku berusaha keras melangkah meskipun terasa sangat menyiksa.
Aku berpikir mengapa aku memasuki hutan belantara ini. Aku telah ditunjukkan bahwa ada suatu tujuan yang besar, sebelum aku di tempat ini. Sekarang seluruh tujuanku adalah mati sambil berusaha terus maju. Ini setidaknya akan menjadi ukuran kemenangan melawan hutan belantara ini yang sekarang tampaknya pasti segera menjadi malapetaka.
Tepat ketika aku yakin langkah aku selanjutnya akan menjadi yang terakhir, aku melihat kilauan samar di balik kabut di depan. Aku pikir aku pasti sedang berimajinasi dan pastilah pikiranku sedang mempermainkanku, tetapi aku mengumpulkan semua tekad sampai-sampai aku harus tersandung jatuh ke depan beberapa meter kemudian. Aku melihat sinar itu lagi. Itu tak mungkin terlalu jauh, jadi aku bertekad untuk mencapainya, apa pun itu.
Aku akhirnya keluar dari dalam hutan itu dan berdiri di depan sebuah danau kecil. Itu merupakan air yang paling indah yang pernah kulihat, bukan hanya karena aku sangat haus, tetapi itu seperti pemandangan yang luar biasa yang berasal dari surga. Airnya berwarna biru tua yang berkilau dari dalam. Bebatuan besar dan pepohonan sepertinya telah diatur mengelilinginya untuk suatu pemandangan yang indah. Terlihat sangat alami namun juga tampak dibentuk secara sengaja.
Aku mencoba untuk berlutut, tetapi aku jatuh tertelungkup di tepi air. Meskipun sangatlah haus aku seperti hanya menatapnya untuk beberapa lama. Airnya tampak hidup terkena cahaya. Kemudian terpikir oleh aku bahwa itu pasti semacam kolam radioaktif. Yang bisa membunuhku jika meminumnya.
"Memangnya kenapa?!" aku pikir. "Aku toh akan mati walaupun tidak meminumnya, jadi sebaiknya aku mencobanya." Meski begitu tetap saja, aku dengan hati-hati mencelupkan ujung jariku ke dalam air dan menyentuhkannya ke lidahku. Terasa aneh dan rasanya pun demikian. Air itu mengandung semacam energi, tapi juga terasa manis. Aku merasa mendapatkan energi dan minum lebih banyak lagi. Semakin banyak aku minum, aku merasa semakin kuat. Aku terus minum sampai aku merasa lebih kuat daripada yang pernah kurasakan dalam hidupku. Seolah-olah setiap sel di tubuhku sedang dibangunkan. Beberapa saat sebelumnya aku merasa lebih buruk daripada sebelumnya, tapi sekarang aku merasa lebih baik dari keadaan yang pernah aku rasakan. Aku pergi dari neraka ke surga; dari berada di ambang kematian menjadi lebih hidup dari yang pernah aku alami. Aku sangat kagum.
Aku mulai melihat sekeliling. Mataku menjadi cerah sehingga aku bisa melihat menembus kabut. Air itu tidak hanya memuaskan dahagaku, tapi juga rasa laparku.
"Air macam apa ini?," pikirku. Kemudian aku mulai berpikir bahwa air itu telah menjadi suatu radioaktif dan telah melakukan sesuatu yang aneh bagiku secara fisik. Aku menganggap bahwa itu mungkin akan segera membunuhku, tetapi mungkin saja akan menjadi suatu cara yang luar biasa untuk mati! Aku merasa sangat baik sehingga sulit untuk bersikap negatif tentang apa pun. Kejernihan mental yang kurasakan sama menyegarkannya dengan energi yang aku rasakan mengalir melalui tubuhku. Aku tidak pernah mengingat pernah mengalami keadaan yang sedemikian baik atau setajam itu. Saat aku melihat sekeliling, aku seperti menangkap setiap detail dengan cepat. Aku melihat hal-hal yang tidak akan pernah aku sadari sebelumnya bahkan jika aku telah mengamatinya dalam waktu lama. Pikiranku bergerak dengan sangat cepat, tetapi dengan keteraturan dan ketepatan. Aku berpikir bahwa jika aku memiliki air ini saat melewati hutan belantara, itu akan menjadi perjalanan yang paling menyenangkan, bukan jalan kematian seperti yang terjadi sebelumnya.
Aku terkejut melihat seorang pria berdiri begitu dekat sehingga aku tidak percaya aku tidak melihatnya mendekat, terutama dengan kemampuanku yang bisa melihat dan menerima begitu banyak.
"Siapa engkau?" aku bertanya. "Apakah air ini milikmu?"
“Air ini milik siapa saja yang mau meminumnya,” jawabnya.
"Apakah engkau seorang malaikat?" tanyaku.
"Bukan. Aku manusia sepertimu,” jawabnya. Dia menatapku sejenak dan kemudian melanjutkan, “Aliran yang mengaliri kolam ini sangat dekat denganmu di belantara yang baru saja kaulewati. Kau bisa menyegarkan diri dengannya kapan saja. ”
"Aku tidak melihat aliran apapun di alam liar itu," protesku.
“Kau tidak melihatnya karena engkau tidak mencarinya,” jawabnya tanpa perasaan.
Itu adalah pemikiran yang mengejutkan. Jika aku bisa mendapatkan air ini sewaktu melewati hutan belantara tadi aku pasti akan berlari dan meminumnya sambil menyanyikan pujian kepada Tuhan alih-alih menderita siksaan yang aku alami tadi!
“Aku tidak diberitahu apa-apa tentang air di alam liar ini,” jawab aku.
“Bahkan murid-murid yang paling muda diajari di mana ia dapat menemukan air ini dan bagaimana cara meminumnya setiap hari. Apakah tidak ada lagi pemuridan? Apakah engkau tidak memiliki mentor untuk mengajarimu akan hal ini? " dia berkata.
"Tidak. Aku tidak memiliki mentor. Dan tidak banyak lagi pemuridan yang tersisa, ”jawabku.
Orang itu menundukkan kepalanya seolah sangat berduka. Akhirnya dia melanjutkan, "Daya tahanmu sangat mengesankan. Ini akan membantumu dengan baik dalam perjalanan ini, tetapi kau harus menyimpan daya tahanmu untuk pertempuran yang akan terjadi. Belantara ini memang dimaksudkan sebagai sesuatu yang sukar, tetapi tidak sesukar itu, sebagaimana Kau berhasil melaluinya. Air hidup tersedia untuk pendatang kapan saja dan di mana saja, jika kau tetap tinggal jalan yang benar. Ketika engkau berada di jalan yang benar, air itu akan selalu dekat denganmu, jadi temukanlah air itu, minumlah sering-sering, dan jangan pernah jauh darinya. Ini adalah salah satu pelajaran paling dasar yang harus kaupelajari yang berguna bagi tempat yang sedang kautuju dan pada apa merupakan panggilanmu untuk melakukannya."
“Aku pikir engkau tidak harus mengatakan itu lagi kepadaku,” jawabku, “tetapi bagaimana engkau tahu ke mana aku pergi dan apa yang harus aku lakukan?"
“Aku telah menunggumu dan yang lainnya. Aku di sini untuk membantumu. Belum banyak yang datang di sini belakangan ini. Ini pasti hasil dari tidak banyaknya pemuridan yang ada. Apakah tidak ada bapa-bapa rohani yang tersisa?"
“Bapa dan ibu rohani jarang ada pada saat-saat ini,” kataku.
“Aku pikir, secara umum, para pemimpin telah memberikan diri mereka demi membangun organisasi-organisasi lebih daripada membangun orang. Kami sungguh memiliki beberapa pelayanan dan organisasi besar yang terus dikembangkan, tetapi orang-orang kudus yang luar biasa menjadi langka."
“Bagaimana denganmu?” dia bertanya.
“Aku sama bersalahnya dengan orang lain. Aku bukan bapa rohani atau mentor yang baik. Aku juga telah menghabiskan lebih banyak waktu membangun organisasi daripada membangun orang, ” jawabku.
“Apakah engkau akan melakukannya secara berbeda jika engkau mendapat kesempatan lagi?” tanya orang itu sambil menatapku seolah-olah ini adalah pertanyaan terpenting yang bisa dia tanyakan.
"Aku ingin mencoba," jawab aku. “Aku selalu canggung dalam hubungan, tapi aku tahu betapa pentingnya itu. Aku hanya belum berbuat banyak tentang itu."
“Kau benar,” jawab orang itu. “Dunia sedang mengalami pengumpulan orang-orang percaya baru yang terbesar dalam sejarah di masamu, tetapi sangat sedikit yang menemukan jalan ini. Jika mereka tidak datang di sini mereka tidak akan siap untuk apa yang akan terjadi di bumi. Jika mereka tidak siap, mereka akan hilang.”
"Apa yang akan terjadi di waktu mendatang?" aku bertanya.
“Apakah kau tidak tahu kemana engkau akan pergi?”
“Aku tahu aku akan pergi ke gunung, tetapi engkau berbicara tentang sesuatu yang akan datang. Apa yang akan terjadi?".
"Aku tahu engkau pernah ke gunung dan bahwa engkau telah bertempur di sana, tapi apa yang akan datang adalah pertempuran terbesar yang pernah ada di bumi. Ini adalah pertempuran terakhir. Kami di sini untuk mempersiapkanmu bagi tujuanmu, untuk menyelesaikan apa yang kurang dalam pelatihanmu, yang sangat jauh dari yang aku harapkan. Kita harus mulai. Aku telah membawakanmu ini, ” katanya, sambil mengangkat satu set pakaian baru yang dia taruh di cabang pohon terdekat.
Aku melihat pakaian itu dan kembali padanya, tapi dia sudah pergi. Aku yakin dia tidak bisa bergerak cukup cepat untuk melampaui penglihatanku secepat itu, namun aku tidak bisa melihatnya. Aku pikir dia pasti seorang malaikat saat aku menoleh untuk melihat pakaian itu.
Pakaiannya terbuat dari bahan yang sangat tipis dan ringan sehingga sepertinya tidak memiliki bobot. Aku pikir perlengkapan itu akan terlalu rapuh untuk dipakai. Aku mencoba membuat sobekan kecil pada tunik itu mengujinya, tetapi sekeras yang aku coba aku tidak bisa merobeknya. Aku kemudian mencoba membuat lubang kecil di dalamnya dengan tongkat tajam, tetapi sekeras yang aku coba aku bahkan tidak bisa membuat tanda di atasnya.
Aku melepas kain compang campingku, mencucinya di genangan air, dan mengenakan pakaian baru. Ada sepatu bot, jubah, dan topi, semuanya terbuat dari bahan yang sama, dan semuanya pas. Kemudian aku mendengar suara pria yang baru saja bersamaku datang dari hutan. Aku tidak bisa melihat siapa pun dari arah suara itu berasal.
“Semua itu lebih dari sekedar pakaian. Itu adalah bagian dari perlengkapan perangmu. Kau akan membutuhkannya untuk pergi ke mana engkau pergi sekarang.”
“Kemana aku akan pergi sekarang?” Aku bertanya.
“Kamu akan pergi ke rumahmu.”
(Bersambung ke bagian 2)
0 komentar:
Posting Komentar
Mohon TIDAK menggunakan kata-kata kotor atau kasar yang tidak memuliakan nama Tuhan. Terima kasih atas perhatiannya. Salam Revival!
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.