KOMUNITAS PERSATUAN INTERDENOMINASI GEREJA YANG MEMPERJUANGKAN TERJADINYA KEBANGUNAN ROHANI

MATA YANG MEMANDANG KE DEPAN

Posted By passion for revival on Kamis, 25 Januari 2018 | 12:32 PM


Oleh: Peter B, MA




Nats : Amsal 4:25
Biarlah matamu memandang terus ke depan dan tatapan matamu tetap ke muka

Nasehat dari nats di atas tampaknya sederhana dan biasa saja. Sekilas terkesan tidak memberikan petunjuk apapun bagi kita. Namun jika direnungkan, oleh pertolongan Roh hikmat dan wahyu, kita akan menemukan satu pesan yang berharga dan penting di dalamnya.

Hikmat memerintahkan kita supaya mata kita memandang terus ke depan dan tatapan mata kita senantiasa terarah ke muka. Beberapa orang menafsirkan ini sebagai pesan motivasi atau sepenggal petunjuk kunci meraih kesuksesan dalam hidup. Meski tidak selalu keliru, pesan dalam Alkitab sudah seharusnya pertama-tama dihubungkan dengan perkara-perkara rohani, bukan yang lainnya. Dari situ sesungguhnya semakin jelas apa yang hendak disampaikan Tuhan, sumber segala hikmat itu, melalui pesan ini.

Jika dihubungkan dengan hal mengikut Tuhan, perintah supaya mata kita terus memandang ke depan mengandung makna antara lain:

1) Keteguhan jiwa dan ketetapan hati
Mata yang menatap ke depan, bukan ke bawah karena tertunduk, menunjukkan suatu tekad yang kuat, yang juga merupakan gambaran dari sikap hati yang ditetapkan untuk melakukan atau mencapai sesuatu.

Dalam mengikut Tuhan, pilihan kita tak boleh bimbang. Hati kita harus ditetapkan untuk mengiring Dia semata. Tidak boleh mendua, namun ikhlas dan mantap mengikuti Yesus sampai nafas terakhir kita.
Mengikuti Yesus tidak dapat dilakukan sambil “pikir-pikir dulu” atau ”dicoba-coba dulu” atau It”jika enak dan menguntungkan bagiku, aku akan teruskan, dan jika tidak aku akan tinggalkan”.
Keberhasilan hidup kristen hingga saat terakhir maupun perluasan pekerjaan Tuhan di muka bumi hanya dapat dikerjakan dan dituntaskan oleh murid-murid Tuhan yang telah menetapkan hati menjadikan hidup mereka sebagai persembahan bagi Kristus sehingga kematian tak lagi menjadi suatu kengerian namun suatu keuntungan bagi mereka.

2) Ketulusan hati
Mata yang tertuju hanya ke satu arah seringkali dibaca sebagai ekspresi kejujuran dan ketulusan hati. Kebalikannya ialah mata yang melirik ke kanan ke kiri, yang kerap dipandang sebagai ekspresi menyembunyikan sesuatu dan tidak sepenuhnya terbuka kepada lawan bicaranya.

Ketulusan juga lah yang Tuhan cari di hati kita, jika kita mengaku sebagai pengikut-pengikut-Nya. Ia mencari cinta yang tulus serta pengabdian yang ikhlas dari kita sebagaimana cinta-Nya yang tak berpamrih bagi kita itu. Ketulusan dan kejujuran hati merupakan dasar dari hubungan yang benar dan sehat, dimana kedua pihak benar-benar saling mempedulikan dan mengasihi dengan motif-motif yang bersih dan murni, bebas dari tujuan memanfaatkan satu sama lain.

Tanpa ketulusan, kita hanyalah orang-orang munafik yang mengaku mengasihi Tuhan dan menyembah Dia, namun hati kita sesungguhnya hanya ingin menjadikan Dia sebagai sarana ajaib demi kepentingan-kepentingan egois kita.

3) Menutup diri dari godaan dunia.
Mata yang menatap ke depan berarti tidak menoleh ke kanan atau kiri. Ia tidak teralihkan pandangannya. Bahkan ketika ada tawaran atau godaan untuk mengalihkan pandangan dari apa yang ada di depan.

Penulis surat Ibrani mengatakan bahwa kita harus mengikut Tuhan dengan mata yang tertuju kepada Yesus saja (Ibrani 12: 1). Begitupun jika kita ingin benih firman yang ditaburkan di hati kita akhirnya berbuah, kita harus menyediakan tanah hati yang baik, yang bebas dari semak duri atau batu-batu (yang merupakan gambaran dari pengaruh -pengaruh dunia ini) yang menghalangi benih itu tumbuh dengan seharusnya.

Sesungguhnya kejatuhan Lot diawali dari membiarkan dirinya dipengaruhi pesona dunia ini. Begitu juga dengan siapa saja yang akhirnya jatuh dan tenggelam dalam dosa.

Mengingat dunia penuh tawaran untuk berbuat dosa, untuk mengikuti hawa nafsu dan keinginan kita sendiri maupun untuk mengikut ilah dan ajaran lain yang tampak baik namun bukan berasal dari Allah sendiri, sudah seharusnya kita memohon kekuatan dari Tuhan untuk menghindari dan melepaskan diri dari segala godaan dosa.

4) Meninggalkan apa yang ada di belakang
Pandangan mata yang melihat ke depan juga bermakna tak lagi melihat apa yang ada di belakang. Seluruh perhatian diarahkan kepada apa yang di hadapan, ke arah jalan yang hendak ditempuh.

Seorang bijak pernah berkata,"Jangan biarkan kenang-kenangan Anda lebih besar daripada impian Anda." Betapa benar itu sebagai inspirasi demi pencapaian-pencapaian duniawi. Hal yang sama pun berlaku, bahkan lebih lagi, bagi perkara-perkara rohani yang kekal.

Inilah yang sebenarnya dimaksudkan oleh rasul paulus kepada jemaat di Filipi ia menulis:

Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku (Filipi 3:13).

Memang demikianlah seharusnya mengikut Tuhan. Pikiran kita tidak seharusnya memikirkan apa yang ada di belakang. Yesus berkata barangsiapa ingin mengikut Dia, tidak boleh menoleh ke belakang lagi (Luk. 9: 61 - 62) yang mengandung arti bahwa segala sesuatu harus ditinggalkan dan dilepaskan demi menjemput hidup dan pengalaman yang baru, yang jauh lebih menggairahkan, yang berharga lagi mulia bersama-sama dengan Yesus. Menoleh ke belakang akan melemahkan kita dan menjadikan kita berpikir berulang kali untuk mengikut Yesus dengan sepenuh hati sebagai satu-satunya jalan, kebenaran dan kehidupan sehingga kita akan kehilangan bukan hanya berkat-berkat kehidupan yang terbaik yang dapat kita peroleh di dalam Kristus namun juga dapat membatalkan kesempatan kita mendapatkan hidup kekal.

5) Terarah kepada tujuan hidup di dalam Tuhan
Pandangan yang diarahkan tetap ke depan adalah pandangan yang melihat tujuan yang hendak dicapai. Para pelari yang berlomba makin bersemangat dan menambah kesungguhan usahanya saat ia melihat garis finish sudah di depan mata.

Mata yang terarah ke depan, dalam hubungan dengan mengikut Tuhan, juga berbicara mengenai hidup yang diarahkan untuk melihat dan mengusahakan tujuan-tujuan Tuhan agar itu digenapi dalam hidup kita.
Sejatinya, Tuhan telah menetapkan tujuan yang unik bagi setiap kita, yang seharusnya kepada tujuan itulah seluruh perhatian dan usaha di dalam hidup kita kerahkan.

Mengarahkan diri pada tujuan Tuhan dan hidup di dalamnya, sesungguhnya tidak akan pernah sia-sia. Seperti hidup Yesus yang taat sepenuhnya pada Bapa dan menjalani hidup-Nya di bumi untuk menjalankan misi dan visi Bapa di hidup-Nya, kita yang mau meneladani-Nya akan menjadikan hidup kita berdampak bagi dunia, bahkan hingga generasi-generasi setelah kita. Hidup yang demikianlah yang akan diganjar oleh Tuhan dengan ucapan paling membanggakan di segala zaman, ”Baik sekali perbuatanmu hai hamba ku yang baik dan setia, masuk dan turutlah dalam kesukaan tuanmu” (Mat. 25:21). Suatu kehidupan yang beroleh upah yang sangat besar dan kekal.


Jika hari ini Anda belum menujukan pandangan ke depan dalam perjalanan Anda mengikut Yesus, buatlah keputusan hari ini. Keputusan yang tidak akan Anda sesali. Bahkan bisa jadi itu merupakan salah satu keputusan terbaik dalam hidup Anda.

Terimalah hikmat Tuhan hari ini lalu melangkahlah dalam ketaatan dalam iman kepada Tuhan. Yakinlah bahwa hidup Anda akan dibawa pada keberhasilan bukan saja di bumi sekarang ini namun hingga Anda menerima mahkota yang tidak akan layu.

Rindukah hidup yang bermakna, berharga dan mulia hingga kekekalan itu menjadi milik Anda?

Salam revival
Indonesia penuh kemuliaan Tuhan
 
 
   
 
   
Blog, Updated at: 12:32 PM

0 komentar:

Posting Komentar

Mohon TIDAK menggunakan kata-kata kotor atau kasar yang tidak memuliakan nama Tuhan. Terima kasih atas perhatiannya. Salam Revival!

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.