KOMUNITAS PERSATUAN INTERDENOMINASI GEREJA YANG MEMPERJUANGKAN TERJADINYA KEBANGUNAN ROHANI

DARE TO LIVE FOR GODS VISION - Part 4 (Habis) (Berani untuk hidup bagi visi Allah Bag. 4)

Posted By passion for revival on Rabu, 12 Juni 2024 | 9:20 AM

Oleh : Peter B.




(Catatan dari editor: Artikel ini telah dipublikasikan pertama pada bulan Desember 2004 dan arrikel ini kami dedikasikan kepada bapa rohani kami, bpk. Peter yang telah berpulang ke rumah Bapa dan murid²nya di berbagai daerah di Indonesia yang hingga hari ini membaca, mempelajari tulisan² beliau. Semoga artikel ini dapat membantu kita melihat makin jelas akan kehendak dan rencana Tuhan dalam hidup kita serta kiranya Indonesia dipenuhi kemuliaan Tuhan).


"Telinga yang mendengar dan mata yang melihat, kedua-duanya dibuat oleh TUHAN."
~ Salomo (Ams. 20:21)


“Tanpa visi, Anda binasa; Tanpa dasar-dasar kebenaran, Anda tersesat; hati Anda harus memiliki keyakinan apapun harganya; suatu pengharapan, mimpi untuk dihidupi, suatu pelangi di awan, suatu lagu untuk dinyanyikan, suatu pelayanan yang mulia untuk dilakukan”
~ Harriet du Autermount


PENEMUAN YANG MENGGEMPARKAN
Pernahkah Anda mendengar nama Galileo Galilei? Dunia mengenal dia sebagai penemu teleskop. Itu saja. Namun jauh melampaui secuil data yang dipikiran kita mengenai Galileo, ada banyak hal menarik jika kita meneliti lebih dalam kehidupannya. Mungkin tidak banyak yang tahu bahwa Galileo, ilmuwan Italia itu, pulalah yang mengajukan teori bahwa bumi berputar mengelilingi matahari. Ironisnya, Gereja Roma Katolik mengutuk penemuan Galileo itu karena pada waktu itu tahun 1609, mereka telah mengeluarkan ketetapan bahwa bumi-lah yang menjadi pusat alam semesta. Baru hampir sekitar 40 tahun kemudian yaitu pada tahun 1992, Paus Yohanes Paulus II mengakui kesalahan gereja Katolik. Pertentangan berabad-abad lalu ini kemudian diperparah dengan penemuan-penemuan Galileo selanjutnya melalui teleskop yaitu permukaan bulan, planet Neptunus, Yupiter dan sebagainya.

Kisah ini bukan untuk menganggap rendah rekan-rekan Katolik tetapi ada satu hal yang hendak saya tunjukkan kepada Anda. Sebelum ditemukannya teleskop, otoritas gereja mengatur dengan ketat mengenai pemahaman manusia Barat khususnya mengenai ilmu pengetahuan. Gereja menetapkan bahwa bumi itu datar seperti meja, bahwa bumi adalah pusat alam semesta, dan sebagainya. Kenyataannya, mereka memutuskan itu tanpa pertimbangan yang matang, bukan berdasarkan pengetahuan yang telah terbukti tetapi didasarkan atas ketidaktahuan. Galileo berbeda. Ia meneliti, menguji, dan membuktikan hingga akhirnya ia terbukti tidak keliru.

Galileo melihat lebih banyak, lebih jelas, lebih nyata karena ia memiliki teleskop ciptaannya. Sebaliknya dari pihak gereja, mereka tidak dapat membuktikan lebih jauh karena pengetahuan dan pandangan mereka hanya terbatas pada langit dan awan yang terlihat oleh mata biasa. Maka, satu pelajaran yang dapat kita ambil dari sini adalah bahwa pandangan yang lebih jauh, lebih luas, lebih jelas, dan lebih tajam dapat menghindarkan kita dari kesesatan dan kekeliruan. Namun mereka yang berpandangan sempit, cenderung untuk terjebak dalam kesalahan-kesalahan konyol yang seharusnya tidak perlu terjadi.

Demikian dalam kehidupan Kristen kita.
Pandangan kita yang sempit sebagai orang Kristen berisiko menyesatkan kita dari intisari ibadah kita kepada Tuhan. Yang tidak penting menjadi penting, yang perlu menjadi tidak perlu. Yang utama menjadi nomor dua, yang berada di prioritas terakhir menjadi perhatian utama. Oleh sebab itu, mari kita masuk lebih dalam untuk mengenal Dia. Tuhan rindu menyatakan keajaiban rencanaNya kepada kita. Keindahan dari tujuan-tujuanNya tidak untuk tersimpan rapi dalam hati dan pikiran Tuhan. Allah kita rindu kita menerima penglihatan seperti yang dimilikiNya. Mari mengenal Dia dan jalan-jalanNya karena bukankah Tuhan pernah memperingatkan, “Umat-Ku binasa karena tidak mengenal Allah; karena engkaulah yang menolak pengenalan itu...?" (Hos. 4:6a).


Inilah tiga hal yang Tuhan tambahkan pada empat visi rohani kita sebelumnya, saat kita mengarahkan seluruh hidup kita kepadaNya :


5. VISI TUAIAN JIWA-JIWA
Banyak orang Kristen yang bahkan telah bertahun-tahun datang ke gereja, aktif dalam pelayanan gerejawi, bahkan menjabat posisi-posisi penting di dalam struktur hirarki kepemimpinan gereja tidak mengetahui akan satu hal ini. Sedemikian lama mereka mengaku percaya kepada Yesus dan mengiring Dia namun akan satu perkara ini, mereka benar-benar tidak mengerti. Hal ini seakanakan tertutup bagi orang-orang itu. Dan itu mungkin saja termasuk kita. Nah, hal apakah itu?

Inilah hal yang saya maksud: tahukah Anda hal apakah yang paling dirindukan oleh Tuhan? Hal apakah yang paling Ia cari dan perjuangkan di antara umat manusia? Apakah yang paling berharga bagi Tuhan? Ketiga pertanyaan itu memiliki satu jawaban yang sama. Yang paling Tuhan rindukan adalah PERTOBATAN JIWA-JIWA MANUSIA UNTUK  KEMBALI KEPADA-NYA. Dan ini dibuktikan bukan hanya dalam satu kali kesempatan. Berkali-kali Yesus menekankan perkara ini kepada para muridNya. Sejak awal pelayanan hingga kenaikanNya, Yesus tidak pernah lalai mengajarkan, mengingatkan dan mengamanatkan untuk pergi dan mencari jiwa-jiwa terhilang supaya mereka diselamatkan.

Di awal pelayanan, Matius mencatat kegiatan utama Yesus : Ia “berkeliling di seluruh Galilea; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Allah....” (Mat. 4:23) dengan berita, “Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!” (Mat. 4:17). Markus mencatat perkataan Yesus kepada murid-muridNya di awal pelayananNya, “Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang" (Mark. 1:38). Tujuan kedatangan Yesus tidak lain adalah untuk memberitakan kabar baik dan menyelamatkan umat manusia dari hukuman dosa; sebagaimana yang diucapkanNya sendiri, “Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang” (Luk. 19:10). Dan bagi saya, perumpamaan paling indah yang pernah disampaikan Kristus dalam pengajaranNya tidak lain adalah trilogi perumpamaan domba, dirham dan anak yang hilang (Luk. 15). Yang semuanya menggambarkan betapa Tuhan sangat mencintai dan merindukan setiap jiwa yang terhilang bertobat dan diselamatkan. Surga berpesta ketika satu jiwa bertobat dan diselamatkan!

Pun janganlah dilupakan mengenai misi utama keberadaan kita di dunia sebagai anak-anak Tuhan. Sesaat sebelum Yesus terangkat ke surga, Ia memerintahkan untuk “pergilah dan jadikanlah segala bangsa muridKu....” (Mat. 28:19-20). Dan karena itulah, Rasul Petrus dengan tegas mengingatkan kepada kita bahwa panggilan kita adalah untuk “memberitakan perbuatan-perbuatanNya yang besar dari Dia yang telah memanggil kamu keluar dari gelap kepada terangNya yang ajaib” (1 Pet. 2:9).

Namun sekali lagi, sayangnya, hal ini
tampaknya tidak terlalu dihiraukan oleh banyak orang Kristen. Gairah banyak orang Kristen masih belum tertuju kepada jiwa-jiwa. Gereja Tuhan belum memiliki semangat yang sama dalam mencari yang terhilang. Rasa aman dan nyaman dalam kehidupan pribadi maupun rohani telah melumpuhkan kobaran nyala api yang ada di hati gembala yang mengetahui satu dombanya telah hilang. Juga kasih Bapa yang merindukan anak yang hilang kembali pulang tidak lagi mengisi hati para hamba-hambaNya, digantikan oleh keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup yang berasal dari dunia ini (1 Yoh. 2:15-16).


Sebaliknya bagi mereka yang telah memberikan dirinya untuk sepenuh hati hidup bagi Dia, belajar untuk melihat menembus seluruh tawaran kemegahan dunia, dan mengarahkan pandangan matanya hanya kepada perkara-perkaraNya, mereka melihat dengan jelas visi TUAIAN JIWA-JIWA. Yesus menunjukkan visi ini dengan suatu pengalaman yang luar biasa. Di dalam Yohanes 4 diceritakan mengenai perjumpaan Yesus secara pribadi dengan perempuan Samaria di suatu sumur tempat mengambil air pada tengah hari yang panas. Setelah percakapan yang sangat dramatis, perempuan Samaria ini akhirnya mengaku dosa di hadapan Yesus. Maka, wanita ini pun

pulang dengan sukacita sambil menceritakan pertobatannya sehingga banyak penduduk Samaria juga menjadi percaya. Mengetahui hal ini, Yesus pun berkata kepada murid-muridNya, “Bukankah kamu mengatakan: Empat bulan lagi tibalah musim menuai? Tetapi Aku berkata kepadamu: Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai” (Yoh. 4:35). Bagi banyak orang, penuaian berarti hasil panen dari sawah atau ladang mereka. Dan bagi orang-orang, musim menuai masih kurang empat bulan lagi. Ini berbeda dengan pandangan Allah. Karena bagi Allah, musim menuai itu dimulai saat Yesus telah hadir ke dunia dan untuk seterusnya setiap saat dapat terjadi penuaian. Bagi Allah, ladang sudah menguning dan siap untuk dituai karena yang dituai adalah JIWA-JIWA.

Jika kita melihat sebagaimana Allah melihat maka kita akan mendapatkan pewahyuan akan tuaian jiwa-jiwa yang besar. Ya, jiwa-jiwa menanti untuk diselamatkan dan kita pun bangkit menyerahkan diri kita menjadi penuai-penuai yang dipekerjakan oleh Allah. Menuai atau memenangkan jiwa-jiwa menjadi tugas utama hidup kita sebagaimana itu menjadi prioritas tertinggi Allah. D.L. Moody, salah satu penginjil yang paling terkenal dalam sejarah, suatu kali berjalan kaki menyusuri kota Chicago. Melihat seseorang yang tidak dikenalnya berdiri di pinggir jalan, ia pun mendekati orang itu dan bertanya, “Tuan, apakah Anda pengikut Kristus?” Dengan tak ramah orang itu menjawab, “Pikirkan saja urusanmu sendiri.” Maka Moody pun menjawab, “Ini pun urusan saya!” Jiwa-jiwa menjadi perhatian utama kita jika kita melihat ladang tuaian yang menguning itu! Sebagaimana Rasul Paulus bersaksi dengan sangat berani, “Sungguhpun aku bebas terhadap semua orang, aku menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak mungkin orang. Demikianlah bagi orang Yahudi aku menjadi seperti orang Yahudi, supaya aku memenangkan orang -orang Yahudi. Bagi orang-orang yang hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku sendiri tidak hidup di bawah hukum Taurat, supaya aku dapat memenangkan mereka yang hidup di bawah hukum Taurat. Bagi orang-orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku tidak hidup di luar hukum Allah, karena aku hidup di bawah hukum Kristus, supaya aku dapat memenangkan mereka yang tidak hidup di bawah hukum Taurat. Bagi orang-orang yang lemah aku menjadi seperti orang yang lemah, supaya aku dapat menyelamatkan mereka yang lemah. Bagi semua orang aku telah menjadi segala-galanya, supaya aku sedapat mungkin memenangkan beberapa orang dari antara mereka. Segala sesuatu ini aku lakukan karena Injil, supaya aku mendapat bagian dalamnya” (1 Kor. 9:19-23).

Mata sang rasul telah celik. Ia melihat tuaian jiwa-jiwa. Dengan kerinduan yang besar, ia memberikan dirinya menjadi penuai pilihan Allah!


6. VISI PEMULIHAN/KEBANGUNAN
ROHANI
Salah satu nabi yang paling aneh adalah Yunus. Sebagai seorang hamba Tuhan, ternyata ia tidak memiliki pandangan yang sama dengan Tuannya. Perintah Tuhan untuk ke kota Niniwe tampaknya menjadi sesuatu yang sangat mengganggu Yunus. Pesan pertobatan untuk kota Niniwe pun terancam tidak tersampaikan sampai kemudian Tuhan mengguncang perjalanan Yunus melarikan diri dari panggilanNya. Akhirnya pesan dari Tuhan pun berkumandang di Niniwe, kota kafir itu. Hasilnya, satu kota merendahkan diri dan bertobat. Murka Tuhan pun tertahankan hingga beberapa waktu lamanya.

Yunus jelas sekali menggambarkan orang Kristen atau hamba Tuhan yang tidak memiliki visi pemulihan atau kebangunan rohani (revival). Apakah itu revival? Revival atau kebangunan rohani adalah suatu keadaan dimana lawatan serta kemuliaan Tuhan turun secara nyata atas manusia secara massal (biasanya dalam lingkup satu kota atau satu bangsa) yang mengakibatkan pertobatan serta pemulihan dalam kehidupan di wilayah tersebut.

Cepat atau lambat, kota-kota atau bangsa-bangsa yang mengalami kebangunan rohani akan diubahkan, mulai dari kerohanian orang-orang di dalamnya berlanjut hingga keadaan fisik/jasmaninya misalnya pemulihan ekonomi, berkurangnya kriminalitas, lingkungan yang bersih dan terjaga, dan sebagainya.

Patut disayangkan, sampai hari ini masih
cukup banyak orang-orang Kristen bahkan mereka yang mengaku dirinya sebagai pendeta atau hambahamba Tuhan masih merasa sangat asing dengan kebenaran ini. Itulah sebabnya pula, saya menggolongkan topik ini sebagai suatu visi rohani yang perlu disingkapkan. Karena hanya mereka yang sungguh-sungguh mencari Tuhan, belajar jalan-jalanNya, dan berjalan bersama Dia setiap hari yang akan menangkap kerinduan hatiNya yang terdalam dan menemukan kebenaran-kebenaran berharga bagaikan seorang penyelam menemukan mutiara-mutiara indah nan mahal di dasar lautan.

Sebagai penolong, secara ringkas saya ingin menunjukkan beberapa alasan mendasar mengapa kita seharusnya melihat seperti yang Tuhan lihat khususnya dalam hal kebangunan rohani. Secara umum, sesungguhnya sebelum kedatangan Tuhan yang kedua kali, Tuhan merencanakan pemulihan besar-besaran di muka bumi. Rasul Petrus menubuatkan,“Kristus itu harus tinggal di sorga sampai waktu pemulihan segala sesuatu, seperti yang difirmankan Allah dengan perantaraan nabi-nabi-Nya yang kudus di zaman dahulu.” (Kis. 3:21) sejalan dengan yang diserukan oleh nabi Habakuk, “Sebab bumi akan penuh dengan pengetahuan tentang kemuliaan TUHAN, seperti air yang menutupi dasar laut.” (Hab. 2:14). Selebihnya kemudian menjadi semakin jelas bagi kita. Inilah beberapa tanda dari Alkitab yang memang tidak kentara namun menjadi sangat jelas bagi mereka yang menyelidiki jalan-jalanNya : kepedulian Tuhan akan keselamatan kota-kota seperti Sodom dan Gomora, Niniwe ditambah tangisan Tuhan bagi Yerusalem menunjukkan bahwa Tuhan rindu melawat serta mendatangkan pemulihan atas kota-kota di dunia; nyanyian ziarah seperti Mazmur 122 dan Mazmur 126 juga memberikan kesan yang sangat kuat betapa Tuhan ingin hamba-hambaNya mengambil bagian dalam pemulihan Sion. Dan sebagai tambahan cobalah untuk merenungkan sejenak mengapa Tuhan memanggil jemaat-jemaatNya berdasarkan nama-nama kota di mana mereka berada seperti jemaat Tuhan di Roma, jemaat di Korintus, jemaat di Galatia, jemaat di Smirna, jemaat di Filadelfia, jemaat di Laodikia dan sebagainya? Anda belum menemukan maksudNya? Jawaban yang jelas dan sulit untuk disangkal adalah : TUHAN INGIN MEMAKAI GEREJA-NYA MENJADI BERKAT BAGI KOTA-KOTA DI MANA MEREKA BERADA! Bukankah ini luar biasa?

Belum cukup dengan itu, bangsa-bangsa juga menjadi target Tuhan. Keselamatan suatu negeri tidak luput dari perhatianNya. Salah satu ayat-ayat yang paling mencengangkan kita antara lain adalah, “Aku mencari di tengah-tengah mereka seorang yang hendak mendirikan tembok atau yang mempertahankan NEGERI itu di hadapan-Ku, supaya jangan Kumusnahkan, tetapi Aku tidak menemuinya.” (Yeh. 22:30) dan “Mintalah kepada-Ku, maka BANGSA-BANGSA AKAN KUBERIKAN kepadamu menjadi milik pusakamu, dan ujung bumi menjadi kepunyaanmu” (Maz. 2:8). Dan sebagai penegas dari semua yang telah disampaikan di atas, inilah janji yang juga merupakan hasrat hatiNya yang terdalam, “dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari sorga dan mengampuni dosa mereka, serta MEMULIHKAN NEGERI mereka.” (2 Taw 7:14) Saya sangat yakin bahwa mereka yang menujukan pandangan kepadaNya akan melihat visi kebangunan rohani atas kota kota maupun bangsabangsa. Francis Frangipane, dalam bukunya Rumah Tuhan, menulis , “Allah tidak menghalangi kepulihan negeri kita. Melainkan keapatisan dan ketidakpercayaan kitalah yang menahan kita merenggut potensi yang ditawarkan bagi kita dalam Injil Kristus. Jangan terpesona karena seluruh kota dapat diselamatkan. Alkitab membertahu kita bahwa bangsa-bangsa akan berduyun-duyun datang kepada terang kita dan raja-raja kepada cahaya yang terbit atas kita.

Ya, mintalah visi kebangunan rohani menjadi bagian dari wawasan rohani Anda. Dan bersiaplah untuk melaju di pusat kegerakan Allah!


7. VISI PERJAMUAN KAWIN ANAK
DOMBA
Berbicara mengenai apakah sesungguhnya Perjamuan Kawin Anak Domba itu? Dalam Wahyu 19 digambarkan di sana suatu pertemuan yang luar biasa antara Tuhan telah tampil menjadi Raja yang Mahakuasa dengan pengantinNya yang telah siap sedia. Inilah perjumpaan dan penyatuan selama-lamanya antara Yesus Kristus, Sang Mempelai Pria dengan Gereja, Mempelai WanitaNya. Tetapi, mengapa ini menjadi visi yang luar biasa? Untuk mengetahuinya, kita harus memahami dengan benar peristiwa apakah Perjamuan Kawin Anak Domba ini secara lengkap.

Perjamuan Kawin Anak Domba menjadi suatu gambaran masa depan yang sangat membangkitkan harapan karena pada saat itulah segala yang ada dicdunia tidak akan pernah sama lagi. Babakan baru nasib dunia dimulai pada saat Gereja yang kudus, suci, tak bernoda bersatu dengan Kekasih Agung, Yesus Kristus. Perjamuan Kawin Anak Domba menjadi acara pembuka dari kemunculan Yesus Kristus yang kemudian mengalahkan naga beserta segala pengikutnya  (Wah. 19:11-21). Inipun kemudian menjadi rangkaian kemenangan yang luar biasa karena selama 1000 tahun Iblis ditawan dalam jurang maut dan Yesus Kristus beserta gerejaNya memerintah atas dunia (Wah. 20:4-6). Sebagai final dari semuanya ini, Iblis dikalahkan selama-lamanya dan penghakiman terakhir pun digelar (Wah. 20:7-15). Maka kesudahan bumi dan langit yang lama pun tiba, digantikan oleh langit dan bumi yang baru (Wah. 21-22). Jadi Perjamuan Kawin Anak Domba menjadi saat-saat yang menentukan sekali bagi mereka yang mengaku sebagai pengikut Kristus

Paling tidak, ada 4 hal yang menjadi
kemuliaan bagi mereka yang masuk dalam Perjamuan Kawin Anak Domba : 

Pertamaitu merupakan akhir atau puncak penantian panjang para pengikut Kristus dari segala zaman untuk dapat bersatu selama-lamanya dengan Allah secara sah dengan ikatan yang tak tergoyahkan oleh apapun juga yaitu kasih. Bukankah dua orang yang saling mengasihi dan berkomitmen terhadap satu sama lain akan berakhir dalam suatu perkawinan?

KeduaPerjamuan Kawin itu menjadi ajang penghargaan atas jerih lelah setiap orang yang telah hidup bagi Tuhan selama di dunia. Suatu pengumuman kelulusan dari sekolah, wisuda sarjana atau bahkan penyematan medali atau penyerahan piala kejuaraan hanya contoh kecil yang tidak dapat menggambarkan sukacita kemuliaan setelah bekerja keras dan memberikan yang terbaik bagi Tuhan. 

Ketiga, Pesta Kawin Agung itu juga menandai secara resmi dimulainya pelayanan mereka kepada Tuhan sebagai pemerintah-pemerintah dunia di bawah kekuasaan Raja Agung, Yesus Kristus selama 1000 tahun ke depan. Sungguh sukacitanya tak terbayangkan karena jikalau pelayanan masa kini yang serba terbatas, dimana kemuliaan Allah belum nyata benar sudah sangat menyukakan hati, maka jauh lebih besar sukacita saat melayani di bersamasama dengan Tuhan sendiri! 

KeempatPesta Kawin Anak Domba menjadi gerbang kegenapan lembaran baru bagi pasangan mempelai yaitu hidup bersama sebagai suatu keluarga. Demikian pula kita akan selama-lamanya tinggal bersama-sama dengan Tuhan, tak terpisahkan dalam kekekalan!


Bagi banyak orang, kebenaran-kebenaran yang dijabarkan di atas mungkin saja tidak penting. Mereka pikir, “Apa urusanku dengan semua itu? Aku tidak mau terpengaruh cerita khayalan seperti itu sedangkan keadaan dunia sama sekali bertentangan dengan hal itu.” Jelas setiap orang yang berkata demikian belum memiliki visi illahi ini. Karena setiap orang yang hidup dalam takut akan Tuhan, berjalan bersama Dia setiap hari, mencari wajahNya, hidup dalam kebenaranNya, merindukan kehadiran kemuliaanNya memiliki jiwa seperti para penyembah di masa lampau yang berseru-seru, “...aku akan diam dalam rumah Tuhan sepanjang masa” (Maz. 23:6) dan juga, “Satu hal telah kuminta kepada Tuhan, itulah yang kuingini: Diam di rumah Tuhan seumur hidupku, menyaksikan kemurahan Tuhan dan menikmati BaitNya” (Maz.

27:4). Pula Bani Korah meratap, “Jiwaku hancur karena merindukan pelataran-pelataran TUHAN; hatiku dan dagingku bersorak-sorai kepada Allah yang hidup” (Maz. 84:3). Pengharapan mereka yang mencari Allah adalah satu kali mereka menerima upah mereka yaitu menatap wajah Allah dan selama-lamanya tinggal bersama-sama dengan Dia.

Pewahyuan mengenai Perjamuan Kawin tidak dapat tidak menjadi suatu pengharapan yang besar bagi mereka yang merindukan Tuhan yaitu bahwa pencarian, pengorbanan, susah payah, kerja keras, penyembahan, ketekunan, kesetiaan, iman, kasih, dan hidup mereka yang telah diberikan bagi kemuliaan Allah TIDAK PERNAH SIA-SIA. Visi ini menjadi pemicu semangat, pendorong terbesar untuk setiap orang yang hidup beribadah kepada Tuhan tidak pernah lagi melihat ke belakang melainkan terus bergerak dalam rencanaNya. Bagi mereka yang masuk di dalamnya, Tuhan berfirman, "Tuliskanlah: Berbahagialah mereka yang diundang ke perjamuan kawin Anak Domba." (Wah. 19:9).

John Maxwell sering mengatakan, “Jika tidak ada harapan di masa depan, tidak akan ada kekuatan untuk masa kini.” Tidaklah mengherankan, banyak di antara orang Kristen tidak bersungguh-sungguh dalam komitmenNya untuk hidup bagi Tuhan. Mereka tidak dapat melihat pengharapan besar ini. Sekalipun begitu, jika Anda termasuk orang Kristen yang demikian, serahkanlah seluruh hidup Anda kepada Tuhan. Maka bukan saja, visi ini akan menerangi hidup Anda tetapi juga menjadikan diri Anda menjadi pengikut Kristus yang berhasil. Hingga Anda menatap wajahNya!


"Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat
keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan dihadapan segala bangsa”
~ Simeon, pada saat menatang bayi Yesus (Luk. 2:29-31)




Seri pengajaran yang berjudul "DARE TO LIVE  GODS VISION"

Bagian 1 

Bagian 2

Bagian 3 

Bagian 4 (Selesai)

 
 
   
 
   
Blog, Updated at: 9:20 AM

0 komentar:

Posting Komentar

Mohon TIDAK menggunakan kata-kata kotor atau kasar yang tidak memuliakan nama Tuhan. Terima kasih atas perhatiannya. Salam Revival!

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.