KOMUNITAS PERSATUAN INTERDENOMINASI GEREJA YANG MEMPERJUANGKAN TERJADINYA KEBANGUNAN ROHANI

DARE TO LIVE GODS VISION -Part 3 (Berani untuk hidup bagi visi Allah Bag. 3)

Posted By passion for revival on Jumat, 31 Mei 2024 | 6:10 PM

Oleh : Peter B.


(Catatan dari editor: Artikel ini telah dipublikasikan mulai 20 November 2004 dan kami dedikasikan kepada bapa rohani kami, bpk. Peter yang telah berpulang ke rumah Bapa dan murid²nya di berbagai daerah di Indonesia. Semoga artikel ini membantu kita melihat makin jelas akan kehendak Tuhan dalam hidup kita dan atas Indonesia. Indonesia penuh kemuliaan Tuhan)


"Berbahagialah mata yang melihat apa yang kamu lihat.
Karena Aku berkata kepada kamu: Banyak nabi dan raja ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya."
- Yesus Kristus (Luk.10.23)


Anugrah yang Ajaib!
Betapa manis didengarnya!
Yang menyelamatkan
seorang jahat seperti aku!
Satu kali aku terhilang,
namun sekarang ku tlah ditemukan
Aku dulu buta,
Tetapi kini ku tlah melihat!
- John Newton, dari lagu Amazing Grace



Sukacita Dari Mata Yang Terbuka
Siang itu, kota Yerikho demikian ramai.  Serasa ada sesuatu yang tidak biasa terjadi di hari itu.  Kerumunan orang tampak terpusat di satu tempat.  Tidak lama kemudian, kerumunan itu bergerak dan terus bergerak menuju perbatasan kota.  Ada apakah gerangan?  Semua orang sepertinya tidak ingin ketinggalan kesempatan yang berharga itu.  Mereka setidaknya ingin melihat dari dekat apa yang telah dibicarakan selama dua tahun terakhir ini.  Lebih tepatnya bukan apa, melainkan Siapa.  Karena yang sedang menjadi pusat perhatian pada waktu itu tidak lain adalah seseorang yang paling menggemparkan tanah Israel di zaman itu.  Ya, Yesus datang ke Yerikho.  Dan seperti biasanya, kedatangan Yesus di sana menyedot perhatian seluruh kota.  Orang berduyun-duyun ingin menyaksikan 'orang suci' yang terkenal itu.  Mereka ingin melihat dari dekat atau jika mungkin mengalami jamahan tangan yang penuh kuasa itu.  

Kabar kedatangan Yesus yang menghebohkan tidak lama untuk tersebar hingga seluruh kota.  Tua muda, pria maupun wanita, miskin atau kaya, pejabat atau rakyat jelata semua mengetahui serta mendengarnya.  Tidak terkecuali seorang pria buta yang telah cukup lama mengemis di pinggir jalan Yerikho yang berdebu itu.  Namanya Bartimeus (Mark. 10:46; Luk18:35-43). Bertahun-tahun ia meminta-minta uang atau makanan, namun hari itu -mungkin untuk satu-satunya kesempatan yang ia miliki- ia tahu bahwa ia harus meminta jauh lebih besar dari apa yang dimintanya selama ini.  Telah begitu lama ia meletakkan pengharapan hidupnya kepada orang-orang lewat yang berbelas kasihan kepadanya, tetapi di hari itu ia harus menaikkan imannya lebih tinggi lagi : pengharapan kepada Anak Daud.  Ia harus memohon kepada Yesus yang telah tersohor mampu mengadakan perkara-perkara ajaib. Bartimeus meminta sesuatu yang sukar diberikan oleh orang manapun.  Penglihatan atas matanya yang buta. Sekalipun begitu, ujian iman Bartimeus tetap harus dilalui. 

Ujian pertamanya adalah orang banyak yang berkerumun di sekitar Yesus.  Bartimeus yang tidak dapat melihat tentu saja tidak dapat menghampiri Yesus.  Maka ia berteriak, ia berseru-seru dengan amat kerasnya.  Bukan tidak mungkin teriakan Bartimeus menjadi amat sangat keras untuk mengatasi riuh rendah suara orang-orang yang berkerumun, bergerak, saling berteriak satu dengan yang lain.  Lama kelamaan, teriakan itu menjadi semacam gangguan pendengaran.  Bahkan para murid pun tidak tahan dengan teriakan Bartimeus.  Suara lembut Yesus belum terdengar malah caci maki yang terlontar kepadanya.  Perintah untuk diam saja pun tidak hanya sekali didengarnya.  Apakah Bartimeus terhalangi?  Tidak.  Mengapa?  Karena ia ingin dapat melihat.  

Adegan selanjutnya dari perjumpaan dahsyat itu bagi saya menyiratkan suatu ujian iman bagi Bartimeus.  Si buta itu dituntun kepada Yesus.  Dan ketika suara yang paling ingin didengarnya itu bergema, Bartimeus terhenyak.  Suara itu bertanya, Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?  Iman Bartimeus ditantang.  Akankah ia meminta uang?  Ataukah makanan hari itu?  Hidup yang nyaman di sebuah rumah sebagai ganti jalanan kotor?  Saudaraku, apakah kira-kira Bartimeus kebingungan menjawab pertanyaan Sang Pembuat Mujizat itu?  Tentu tidak.  Mengapa?  Karena ia tahu yang ia mau.  Apa itu?  Ia ingin dapat melihat.  Maka iman Bartimeus kepada Anak Manusia membuahkan hasil.  Ia pulang dengan sukacita dan pujian kepada Allah dengan penglihatan dari kedua matanya.  

Sekarang izinkanlah saya bertanya.  Adakah yang lebih berharga bagi orang buta selain dari mata yang melihat? Bahkan harta yang melimpah atau persediaan makanan seumur hidup sekalipun tidak akan memuaskan hati Bartimeus.  Setiap orang yang tidak dapat melihat hanya memiliki satu impian : supaya ia dapat melihat.  O, betapa sukacitanya memiliki mata yang mampu dipergunakan.  Betapa berharga kedua bola mata bersinar yang menunjukkan kita segala sesuatu di dunia!  Tidak ada seorangpun menginginkan kebutaan.  Mata yang celik selalu merupakan dambaan.  Ya, mata yang melihat merupakan harta yang tiada bandingannya!  

"Di negeri orang-orang buta, orang yang memiliki satu mata adalah raja", demikian kata Desiderius Erasmus.  Ini menunjukkan betapa mata yang melihat itu sangat penting bahkan menentukan derajat atau keberhasilan seseorang.  Mata yang tak mampu melihat membatasi seseorang demikian hebatnya.  Mata yang buta mudah menuntun kita kepada kekeliruan dan kesesatan.  Ingatkah Anda akan perkataan Yesus bahwa jika orang buta menuntun orang buta maka keduanya akan jatuh ke dalam lobang (Mat. 15:14)? Juga sebuah kata-kata bijak berkata, "Adalah menyedihkan jika dalam kebutaan kita, kita mengumpulkan semak duri daripada bunga..." Memang itu dapat terjadi!    

Mata jasmani yang buta dapat menimbulkan kesulitan yang besar.  Demikian pula dengan mata rohani yang buta.   Mengenai hal ini, Rasul Paulus dengan tegas mengatakan bahwa ada "orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah" (2 Kor. 4:4). Jadi jelaslah di sini, bukan hanya mata yang dapat dibutakan melainkan juga pikiran serta hati.  Dalam pengalaman pribadinya, Paulus belajar mengenai hal ini lewat cara yang sukar.  Di perjalanan menuju Damsyik, ia dibutakan oleh cahaya terang dari Allah.  Ia terjatuh dari kuda dan menjadi buta.  Ia yang sebelumnya sangat perkasa dan berkuasa memperlakukan orang lain menurut keinginannya harus pulang dengan pertolongan orang lain.  Tiga hari lamanya Saulus buta.  Namun tiga hari itu merupakan tiga hari yang tak akan pernah terlupakan seumur hidup Saulus karena tiga hari itu melalui mata jasmaninya yang buta Tuhan mengajarkan kepadanya betapa hati serta pikirannya selama ini sebuta penglihatannya 3 hari itu!  Maka di akhir tiga hari itu, saat Ananias, hamba Tuhan itu datang membaptis serta mendoakannya, Saulus merasakan seperti suatu selaput terjatuh dari matanya.  Itulah selubung yang membutakan dirinya selama ini.  Itulah selubung yang menghalangi dia memandang kebenaran Allah dan mengenalNya secara pribadi.  Dan saat seorang berbalik kepada Allah maka selubung itu diambil daripadanya (2 Kor. 3:16).    

Perubahan drastis terjadi saat selubung yang membutakan Paulus terbuka.  Mata rohaninya yang telah celik kini melihat Allah.  Tidak hanya itu, mata hati Paulus melihat visi dan rencana Allah dalam hidupnya.  Sejak hari itu, ia hidup sebagai orang yang celik.  Dia yang dahulu pembenci Allah serta umatNya, kini menjadi pengikut serta pelayan yang tiada duanya.  Cintanya kepada Allah dan gerejaNya sukar dilukiskan dengan kata-kata.  Ia hidup dan mati bagi Allahnya.  Hidup Paulus tidak pernah sia-sia karena mata hatinya telah terbuka.  Oleh karena itu pemazmur berseru dalam doanya, "Singkapkanlah mataku supaya aku memandang keajaiban-keajaiban dari TauratMu" (Maz. 119:18).

Marilah sejenak kita berdiam diri dan merenung.  Jika mata yang celik mengubahkan seseorang yang kejam tak kenal ampun yang dipenuhi nafsu membunuh orang-orang Kristen hingga menjadi seorang hamba Tuhan yang berkomitmen total bagi Tuhan, apakah yang telah terjadi dengan kita yang mengaku telah dicelikkan oleh Tuhan?  Jika mata kita celik mengapa hidup kita belum sepenuhnya dipersembahkan bagi Tuhan?  Jika mata hati kita melihat dengan jelas, mengapa pelayanan serta komitmen kita tidak seperti Paulus?  Jika mata jiwa kita terang, mengapa hidup serta pengenalan kita kepada Tuhan tidak berubah dari tahun ke tahun?  Para pembaca yang kekasih, periksalah ulang mata Anda.  Mungkinkah selubung itu masih ada di sana?  

Jika kita sungguh-sungguh dicelikkan, hidup kita tidak akan pernah sama lagi. Kita akan melihat seperti Allah melihat. Cara pandang kita mencapai keselarasan dengan cara pandang Allah.  Karena mata rohani kita akan melihat visi yang dari Allah.  Dan hidup kita pun akan ditarik untuk mengejar visi illahi itu.  O, betapa indahnya mata yang terbuka dan celik!  Dua artikel terdahulu telah mengajarkan kepada kita kemanakah seharusnya kita mengarahkan pandangan kita dan juga bagaimana seharusnya cara kita memandang.  Sekarang kita masuk pada dua bagian yang terakhir artikel ini dimana kita secara khusus membahas mengenai hasil pandangan dari mata yang celik.  Inilah keindahan pemandangan yang Tuhan janjikan saat mata kita telah dicelikkan : 


1. Visi Kekekalan
Saat kita mengarahkan pandangan kita kepada Dia, dan juga memfokuskan kepada perkara-perkara yang berasal dari Dia -bukan kepada hal-hal dari dunia ini- maka kekekalan menjadi kian nyata.  Segala kesenangan hawa nafsu maupun sensasi duniawi menjadi semakin memudar digantikan kerinduan akan surga.  Hanya seseorang yang mendapatkan kepastian penuh akan hidup kekal di surga yang dapat berkata seperti berikut, "Karena KAMI TAHU,  bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah TELAH menyediakan suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia" (2 Kor. 5:1).

Mengapa kekekalan itu menjadi sangat nyata bagi beberapa orang tetapi bagi banyak orang lain itu bagaikan omong kosong belaka?  Mengapa ada seseorang yang rohani sehingga terus menerus berusaha menyiapkan diri menghadapi kekekalan itu; sedangkan seorang yang lain dengan teguh berpegang bahwa manusia seharusnya 'makan, minum dan bersenang-senang, sebab besok akan mati' -sehingga hidupnya habis untuk pengejaran kesenangan duniawi semata?  Sekali lagi kondisi mata (rohani) seseorang sangat menentukan.  Mereka yang memiliki mata rohani yang celik sungguh-sungguh menyadari melalui iman bahwa hidup di dunia merupakan babakan sementara untuk kehidupan selanjutnya yang abadi sifatnya.  Roh mereka yang telah dilahirkan kembali meraba, menyentuh, bahkan dipenuhi dengan keberadaan kekekalan itu sendiri.  Sebaliknya, bagi roh yang mati dan mata rohani yang buta, kehidupan diukur dari apa yang dapat dirasakan, dilihat, didengar dan dialami oleh panca indera mereka saja.  Tidak mengherankan jika dalam waktu tidak terlalu lama, mereka yang berpandangan hidup hanya berlangsung di dunia ini saja mulai bertingkah laku seperti hewan.  Ya, manusia yang mata rohaninya tidak celik tidak lebih seperti seekor hewan yang menjalani hidup mengalir bersuka-suka menunggu mati!

Allah yang kekal, yang bergelar "El-Olam" menciptakan manusia dengan kekekalan di hati mereka (Pkh. 3:11) tetapi karena tipu muslihat si iblis, hal itu menjadi tersembunyi dari pikiran manusia.  Hubungan yang disambung kembali dengan Bapa Kekekalan melalui korban Kristus di atas kayu salib pada akhirnya mengangkat manusia untuk benar-benar menyadari bahwa ada kehidupan kekal setelah kehidupan yang sekarang ini dan bahwa keadaan di kehidupan kekal itu ditentukan oleh pilihan-pilihan yang dibuat selama hidup di dunia ini.   Jika kita hidup dalam kesalehan dan mencari perkara-perkaraNya, surga menjadi semakin nyata karena itu menjadi milik kita yang pasti (2 Ptr. 1:10-11). Kematian menjadi sesuatu yang keuntungan (Fil 1:21) karena kita berpindah kepada kediaman yang kekal di surga.  Betapa indah detik-detik kita beralih dari dunia ini menuju tempat paling menyenangkan, ternyaman, terindah, teragung yang pernah diciptakan untuk manusia!  Kata-kata terakhir D.L. Moody, penginjil besar itu menunjukkan kemuliaan seseorang yang telah melayani Allah seumur hidupnya, "Bumi semakin jauh; surga mendekat.  Inilah hari aku akan dimahkotai Allah!"  Surga menjadi kenyataan! Betapa sukacita dan mulianya mereka yang telah hidup bagi kemuliaanNya!


2. Visi Upah
Satu hal lain yang menjadi nyata saat mata rohani kita terbuka adalah kebenaran mengenai upah kita di sorga.  Karena mata yang terbuka akan upah kekal di sorga inilah maka para Kristen sejati meninggalkan segala sesuatu untuk kemudian mempersembahkan hidupnya bagi Tuhan.  Salah satu contoh ekstrem adalah Musa.  Musa yang telah diangkat anak oleh Firaun, mendapat pendidikan terbaik, memiliki gaya hidup mewah, gelar kebangsawanan, kesempatan memperoleh tahta atau kekuasaan atas Mesir, dan segala hal yang diinginkan banyak orang pada umumnya justru kemudian melepaskan semuanya itu demi meraih misi Allah untuk membebaskan Israel dari tanah Mesir.  Apa yang memotivasi Musa? Penulis kitab Ibrani memberitahukan jawabannya kepada kita, Karena IMAN maka Musa, setelah dewasa, menolak disebut anak puteri Firaun, karena ia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah daripada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa.  Ia menganggap penghinaan karena Kristus sebagai kekayaan yang lebih besar daripada semua harta Mesir, sebab pandangannya ia arahkan kepada "UPAH" (Ibr. 11:24-26). Bagi Musa ada yang lebih nyata daripada segala kekayaan Mesir, ada yang lebih berharga daripada seluruh harta Firaun.  Itulah upah kekal dari Allah.  Itu yang menjadi jelas dan semakin jelas saat ia mengarahkan pandangan kepada Allahnya. 

Saudara-saudariku terkasih, bagi kebanyakan orang hidup saleh serta beribadah kepada Allah itu sering dipandang sebagai suatu beban.  Pikir mereka, apa gunanya?  Otak mereka mulai berhitung dan memutuskan bahwa itu tidak menguntungkan karena tidak menghasilkan uang atau kekayaan.  Yang lebih ngawur  adalah mereka yang mencoba memadukan hal ini (yaitu supaya ibadah menjadi sesuatu yang digemari banyak orang maka mereka menekankan keuntungan-keuntungan materi sebagai imbalan dari ibadah) sehingga kemudian ibadah dianggap sebagai suatu sumber keuntungan (1 Tim. 6:3-5). Sesungguhnya ada suatu keuntungan besar di dalam ibadah sejati kita kepada Tuhan.  Namun itu merupakan upah surgawi yang tidak dapat dinilai dengan sekedar setumpuk emas, permata dunia atau satu gudang penuh uang dari tempat fana ini.  Berkat-berkat rohani maupun jasmani yang tak ternilai siap dicurahkan oleh Tuhan bagi mereka yang mengarahkan diri kepadaNya setiap waktu.  Bukankah janjiNya, "Tetapi carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenaranNya, maka semuanya ini (makan, minum, kebutuhan serta keperluan hidup) akan ditambahkan kepadamu" (Mat. 6:33). Artinya, jika kita hidup hanya untuk mengejar upah jasmani, kita dapat kehilangan berkat-berkat dari perkara-perkara rohani.  Namun jika kita mencari Allah dan perkara-perkaraNya, Ia berjanji tidak ada satupun yang hilang.  Kita akan mendapatkan Dia serta hal-hal berharga daripadaNya ditambah dengan terpenuhinya segala kebutuhan jasmani kita.

Bagi mereka yang buta mengenai upah dengan mereka yang telah terbuka matanya terhadap upah berlaku perkataan Firman Tuhan melalui nabi Maleakhi (Mal. 3:13-18) berikut ini. Inilah sekilas kutipan dialog :   


"Bicaramu kurang ajar tentang Aku,"  firman Tuhanè

"Apa yang kami bicarakan di antara kami tentang Engkau?" jawab umatNya

Kamu telah berkata : "Adalah sia-sia beribadah kepada Allah.  Apakah untungnya kita memelihara apa yang harus dilakukan terhadapNya dan berjalan dengan pakaian berkabung di hadapan TUHAN semesta alam?  Oleh sebab itu kita ini menyebut berbahagia orang-orang yang gegabah; bukan saja mujur orang-orang yang berbuat fasik itu tetapi dengan mencobai Allahpun, mereka luput juga," demikian hardik Allah

Umatnya pun terdiam. 

Maka TUHAN pun kembali menunjukkan sebuah fakta, "Beginilah berbicara satu sama lain orang-orang yang takut akan TUHAN: TUHAN MEMPERHATIKAN dan MENDENGARNYA; sebuah kitab peringatan ditulis di hadapanNya bagi orang-orang yang takut akan TUHAN dan bagi orang-orang yang menghormati namaNya."

Maka inilah janji TUHAN yang keluar dari mulutnya sendiri bagi mereka yang telah meletakkan pengharapan akan upah kepada TUHAN, "Mereka akan menjadi milik kesayanganKu sendiri... pada hari yang kusiapkan.  Aku akan mengasihani mereka sama seperti seseorang menyayangi anaknya yang melayani dia.  maka kamu akan MELIHAT PERBEDAAN antara orang benar dan orang fasik, antara orang yang beribadah kepada Allah dan orang yang tidak beribadah kepadaNya."


Para pembaca, hendaklah Anda selalu ingat bahwa Allah memandang hina bagi mereka yang hidupnya meniadakan kebenaran upah surgawi ini.  Disebutnya mereka itu kurang ajar.  Tetapi bagi mereka yang celik dan memandang kepada upah kekal, mereka adalah milik kesayanganNya!  


3. Visi Kemenangan Kebenaran
Salah satu hal mengesankan dari Rasul Paulus adalah komitmennya kepada Tuhan.  Tidak hanya itu, komitmennya kepada kebenaran juga mempesonakan saya.  Suatu kali dalam suratnya kepada jemaat di Korintus, saya menemukan ia menulis seperti ini, "Karena kami tidak dapat berbuat apa-apa melawan kebenaran; yang dapat kami perbuat ialah untuk kebenaran" (2 Kor. 13:8). Wow, pernyataan yang luar biasa! Pertanyaannya sekarang adalah mengapa Rasul Paulus sangat gigih membela kebenaran di dalam Tuhan? Mengapa ia tidak patah semangat, menyerah, putus asa, sehingga akhirnya berkompromi dengan dosa atau prinsip-prinsip duniawi lainnya?  

Di zaman sekarang keadaan sangat jauh berbeda.  Mereka yang mengaku beribadah kepada Tuhan bahkan menyebut diri mereka hamba-hamba Tuhan tampaknya tidak tahu menahu dengan kebenaran ini.  Di awal perjuangan mereka di ladang Tuhan, banyak orang menyala-nyala membela kebenaran.  Kata kompromi seolah-olah tidak mereka kenal.  Hidup mereka lurus di jalan Tuhan.  Sayangnya, dalam perkembangannya mereka mulai menghadapi banyak tantangan serta hambatan yang tidak sedikit dan juga tidak ringan. Pada saat-saat seperti itu, godaan untuk menyerah menjadi sangat kuat.  Tawaran untuk menurunkan standard dan berkompromi dengan jalan-jalan dunia kelihatannya menjadi salah satu solusi yang paling masuk akal untuk diterapkan dalam bidang-bidang kerohanian atau pekerjaan Tuhan.  Tidak heran kemudian banyak gembala sidang yang mengutamakan hal-hal jasmani padahal mereka bergerak di bidang rohani;  atau orang-orang Kristen yang bermegah dalam hal-hal duniawi seperti gelar, kekayaan, jabatan dan sebagainya sekalipun semuanya itu bukan merupakan sesuatu yang penting di mata Allah.  "Anak-anak Tuhan" ini tidak malu-malu mengubah gaya hidup yang berubah sesuai tuntutan zaman dengan berbicara, berperilaku, berpakaian atau memiliki kebiasaan seperti mereka yang tidak mengenal Tuhan.  Dimanakah ketegaran seperti Rasul Paulus? Mengapa sangat sukar dijumpai orang berpegang teguh, berpihak, dan berjuang hingga saat-saat terakhir demi kebenaran?  Mengapa kebenaran Allah yang ditinggikan oleh hamba-hambaNya di masa lalu kini dengan mudah ditukar dengan beberapa lembar uang untuk mendukung pembangunan gedung gereja yang megah atau demi mendapatkan pasangan hidup yang bukan berasal dari Tuhan?  

Peribahasa Inggris berkata, "Right makes might".  Kebenaran itu pada akhirnya membawa kuasa dan keperkasaan.    Tepat sperti itulah yang diyakini oleh Paulus.  Ia menjadi gigih karena keyakinan bahwa kebenaran Allah akan menang.  Di akhir dari segala sesuatu, seekor kuda putih akan datang dengan ditunggangi oleh "Yang setia dan Yang benar" yang akan menghakimi dan berperang dengan adil.  JubahNya adalah 'Firman Allah' yang disebut juga kebenaran. Perhatikanlah, dari mulutNya akan keluar sebilah pedang tajam yang akan MEMUKUL segala bangsa.  Dan Ia akan menggembalakan mereka dengan gada besi.  Dan tulisan pada jubah dan pahaNya ialah : "Raja segala raja dan Tuan di atas segala tuan" (Wahyu 19:11-16). Yesus Tuhan kita adalah jalan dan KEBENARAN dan hidup akan memerintah untuk selama-lamanya atas segala bangsa.  Oleh karena itu, para pengikutnya seharusnya terbuka matanya dan memandang akan visi kemenangan kebenaran.  

Mata yang terarah ke depan menatap kepada Allah akan dihibur dengan visi kemenangan kebenaran.  Mereka akan tetap bertahan, menjadi setia sampai mati, tidak tergoyahkan oleh arus dunia, tidak berkompromi dengan dosa dan iblis.  Justru mereka yang tidak mengarahkan diri kepada Allah pada akhirnya akan menjadi semakin lemah, lutut mereka goyah, pertahanan merekapun rapuh.  Mereka seolah-olah berjuang sendirian tanpa ada sinar pengharapan atau pertolongan yang menguatkan mereka.  

Memang, jika kita mengiring Tuhan tanpa memandang dia kita tidak akan bertahan lama.  Pandangan yang diarahkan kepada manusia saleh, pemimpin berkarisma, organisasi gereja yang besar dan kuat, atau hukum-hukum agama pada ujungnya tidak membawa kita kepada kehidupan dan kekuatan.  Mereka yang berjalan bersama Tuhan setiap harilah yang memperoleh kekuatan yang tak pernah habis.   Seperti kata bani Korah, "Berbahagialah orang-orang yang diam di rumahMu, yang terus-menerus memuji-muji Engkau.  Berbahagialah manusia yang kekuatannya di dalam Engkau, yang berhasrat mengadakan ziarah (mencari Tuhan).... Mereka berjalan makin lama makin kuat, hendak menghadap Allah di Sion" (Maz. 84:4-6). 

Mereka yang di dalam Tuhan akan mantap di jalur kebenaran.  Kepastian kemenangan akan menjadi milik mereka.  


4. Visi Keserupaan dengan Kristus
Di masa-masa awal kehidupan Kristen saya, saya sempat terkagum-kagum dengan beberapa hamba-hamba Tuhan yang dipakai dengan dahsyat oleh Allah.  Beberapa kali pula saya memutuskan untuk meniru mereka, untuk menjadi seperti mereka.  Maka gaya bicara, penampilan, cara berkhotbah dan sebagainya saya jadikan semirip mungkin dengan mereka.  Tetapi ini tidak berlangsung lama.  Selagi saya bertumbuh, saya mengetahui dengan semakin jelas bahwa saya dipanggil oleh Tuhan, bukan oleh mereka; saya melayani dan menyembah Tuhan, bukan manusia.  Dan hari demi hari Tuhan menarik saya kepada diriNya.  Sekarang, tidak ada lagi yang saya inginkan selain menjadi seperti Dia.  Dalam perkataan, tingkah laku, pikiran, perbuatan, kekudusan serta kesetiaan.  Saya mendapatkan visi dari Allah.  Visi untuk menjadikan hidup saya serupa dengan Kristus.  

Setiap orang yang mengarahkan pandangan kepada Tuhan akan diubahkan (2 Kor. 3:18).  Dari kemuliaan kepada kemuliaan. Semakin hari semakin rindu menjadi serupa Kristus -dan memang mereka menjadi serupa dengan Kristus.  Setiap orang yang berjalan bersama Tuhan akan dipimpin oleh Roh Kudus untuk memuliakan Kristus (Yoh. 16:14). Yesus Kristus menjadi nama yang termanis bagi kita.  PribadiNya menjadi pribadi yang paling kita kagumi dan cintai.  KeberadaanNya menjadi kerinduan kita setiap waktu.  KarakterNya menjadi tujuan kita selama hidup di dunia.  Sebab itu, apabila seseorang mengaku telah mengenal Kristus namun sedikit terpengaruh atau kurang terpesona dengan Kristus sehingga tidak ada kerinduan untuk hidup seperti Dia, jelaslah mata rohaninya sedang memiliki masalah.  Orang itu buta akan Allah dan kebenaranNya.  

Visi hidup kita telah ditetapkan oleh Bapa, yaitu menjadi serupa dengan gambaran AnakNya (Rom. 8:29). Oleh karena itulah, hidup setiap anak Tuhan semestinya tidak pernah sama lagi. Rancangan-rancangan hidup, cita-cita masa depannya, ambisi-ambisi pribadinya semuanya menjadi tidak berarti lagi setelah pertemuan dengan Kristus yang mencelikkan mata rohaninya.  Orang yang dicelikkan mata rohaninya akan melihat keindahan Kristus yang tiada tara sehingga ia akan memberikan segala yang ia miliki untuk melayaniNya dan menjadi pribadi yang seperti Dia. "Aturan kehidupan bagi seorang manusia dewasa adalah untuk menjadi serupa dengan Allah", demikian nasihat Santo Clement dari Alexandria.  


Sebaliknya dari mengagumi pribadi Tuhan, orang yang buta mata rohaniNya melihat Yesus sebagai seseorang nabi biasa, tokoh etika, atau bahkan sekedar seorang anak tukang kayu yang sempat menggemparkan dunia.  Jadi sebenarnya tidak sukar untuk menentukan posisi kerohanian kita saat ini.  Cukup kita bertanya kepada diri kita : apakah ada kerinduan kita untuk menjadi serupa dengan Kristus?  Sebagai apakah Kristus itu dalam hidupku?  Ingin menjadi pribadi yang bagaimanakah aku sekarang ini?  Jika dengan jujur kita mengakui bahwa kita belum hidup untuk menjadi serupa dengan Dia, datanglah dalam pertobatan.  Kembalilah mengarahkan pandangan serta hidup Anda kepada Tuhan.  Berserah dan bertobatlah.  Maka Kristus akan mewahyukan diriNya dalam hidupmu.  Karena "tidak ada seorangpun yang demikian buta selain mereka yang tidak mau melihat". Ia akan menjadikan Anda serupa dengan Dia.  

Para pembaca terkasih, masih ada tiga perkara dahsyat yang Tuhan akan singkapkan kepada kita pada saat mata kita diarahkan kepada Dia.  Kita akan membahas ketiga hal itu dalam artikel bulan depan.  Sekarang persiapkanlah hati Anda untuk melihat yang lebih banyak lagi.  Rencana Tuhan akan dinyatakan kepada kita di tahun-tahun ke depan nanti.  Satu hal yang pasti: hanya mereka yang dapat melihat yang akan melihat apa yang dibukakan Allah.  Mata yang buta tidak akan melihat keajaiban rencanaNya.  Jadi, pastikanlah mata Anda telah celik, melihat ke arah yang benar, dan memandang hanya kepada Dia.  Amin. 


Seri pengajaran yang berjudul "DARE TO LIVE  GODS VISION"




 
 
   
 
   
Blog, Updated at: 6:10 PM

0 komentar:

Posting Komentar

Mohon TIDAK menggunakan kata-kata kotor atau kasar yang tidak memuliakan nama Tuhan. Terima kasih atas perhatiannya. Salam Revival!

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.