KOMUNITAS PERSATUAN INTERDENOMINASI GEREJA YANG MEMPERJUANGKAN TERJADINYA KEBANGUNAN ROHANI

DARE TO LIVE FOR GODS VISION - Part I(Berani untuk hidup bagi visi Allah Bag. 1)

Posted By passion for revival on Kamis, 21 Maret 2024 | 11:59 AM

(Dipublikasikan pada 22 September 2004)
Oleh : Peter B.



"Sebab itu, ya raja Agripa, kepada penglihatan (visi) yang dari sorga itu tidak pernah aku tidak taat."
~ Rasul Paulus bersaksi di hadapan Herodes Agripa


"Oleh karena Sion aku tidak dapat berdiam diri, dan oleh karena Yerusalem aku tidak akan tinggal tenang, sampai kebenarnnya bersinar seperti cahaya dan keselamatannya menyala seperti suluh."
~ Nabi Yesaya


"Ku takkan berdiam dan tinggal tenang sampai kemuliaanMu dinyatakan atas negriku."
~ Pujian dari Album Jubilee


John C. Maxwell, pakar kepemimpinan itu, baru-baru ini menulis dalam pendahuluan bukunya  The Journey from Succes to Significance (Perjalanan dari Sukses menuju Kebermaknaan) sebagai berikut : 

"Ketika usia Anda sudah 80 atau 90-an, dan sedang duduk di kursi goyang di beranda, mengenang kehidupan Anda, bagaimanakah perasaan Anda kelak?  Anda tidak perlu menjawab siapapun atau memenuhi ekspektasi mereka-orang tua Anda tidak, rekan bisnis Anda tidak, bahkan pasangan Anda pun tidak.  Apakah yang akan Anda perbuat dengan karunia berupa kehidupan ini?  Jawabannya pasti penting bagi Anda kelak, jadi seharusnya, pertanyaannya penting bagi Anda sekarang.  Kalau Anda tidak berbuat sesuatu dengan kehidupan Anda, tidaklah menjadi soal berapa lama usia Anda.  Kalau Anda berbuat sesuatu dengan kehidupan Anda, juga tidak menjadi soal berapa lama usia Anda.  Kehidupan bukanlah terdiri dari tahun-tahun usia Anda, melainkan kebergunaannya."

Saudara-saudaraku terkasih dalam Tuhan, betapa kuatnya pesan dari hamba Tuhan tersebut.  Pertanyaan yang diajukannya berlaku pula bagi kita semua yang DIPANGGIL untuk HIDUP BAGI VISI ALLAH, "Apakah yang Anda perbuat dengan karunia berupa kehidupan ini? ", Ya, apa?  Apakah yang akan kita kerjakan selama hidup ini sebelum menutup mata untuk selama-lamanya?  Kehidupan yang bagaimanakah yang kita pilih sebagai tujuan serta jalan hidup kita?  Hidup untuk maksud-maksud kita sendirikah atau untuk tujuan yang paling mulia bagi manusia yang hidup di dunia : tujuan-tujuan Kerajaan Allah?  Pilihan-pilihan yang kita ambil di masa sekarang menentukan hidup kita di masa depan.  Sudahkah Anda yakin dengan pilihan Anda sehingga Anda tidak akan berurai air mata kekecewaan di hari-hari terakhir hidup Anda?

Bagi Paulus, pilihan sudah ditentukan.  "Bagiku hidup adalah Kristus..." (Filipi 1:21) Dan beberapa puluh tahun kemudian, menjelang detik-detik akhir hidupnya, ia berkata dengan keyakinan paling kuat yang pernah saya tahu, "Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir, dan aku telah memelihara iman.  Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hariNya." ( 2 Tim. 4:7-8 ). Dalam hidup bagi Tuhan, bagi kepentingan-kepentingan KerajaanNya, bagi tujuan serta rencana agungNya, tiada akhir yang mengecewakan.  Persoalannya adalah ADAKAH KITA BERANI HIDUP BAGI VISI ALLAH?


TUJUAN ALLAH BAGI KITA
Di akhir tahun 1999, saya menerima visi kebangunan rohani atas Surabaya yang dimulai dengan adanya suatu rantai doa dan penyembahan tak terputus selama 24 jam sehari dimana tempat untuk memfasilitasi hal itu akan dibangun dengan nama Worship Center.  Dan sejak saat itu, puluhan (atau mungkin sudah ratusan?) orang yang mendengar akan visi itu.  Beberapa puluh orang mendengar dan terpanggil untuk bergabung untuk mengerjakan visi itu menjadi kenyataan.  Di antara Anda sekalian, para pembaca, mungkin saja merupakan yang termasuk sebagai yang telah terpanggil untuk hidup bagi visi ini. Beberapa di antara Anda bahkan telah menerima penyingkapan, pewahyuan serta peneguhan terkait dengan karunia rohani Anda beserta panggilan khusus Anda dalam tim pelayanan Worship Center tersebut.  Sebagian rahasia rencana Tuhan telah disingkapkan kepada Anda sekalian.  

Kini, kita semua masih menjalani proses panjang untuk dipersiapkan menjadi hamba-hamba pilihanNya bagi pencapaian visi tersebut.  Saudara-saudariku kekasih, visi itu masih menunggu kita.  Visi itu masih terbentang di masa depan menunggu orang-orang yang berani mewujudkannya.  Visi itu tetap tersedia bagi siapapun yang merindukannya menjadi suatu kenyataan.  Visi itu menanti para pelaksananya.  Jauh di depan sana, ada masa depan yang teramat cerah.  Namun lagi-lagi masalahnya : ADAKAH YANG BERANI UNTUK HIDUP MERAIH VISI ALLAH ITU?


APAKAH PANDANGAN ANDA MASIH TETAP KE DEPAN?
Visi Allah sudah ditetapkan dalam hidup kita.  Pertanyaannya : adakah kita masih memandangnya?  Adakah kita memperhatikannya?  Hidup di dalamnya?  Mengharapkan itu tergenapi dalam hidup kita?  Ke arah manakah hidup Anda ditujukan di waktu-waktu belakangan ini?  

Saudara-saudaraku kekasih, ketahuilah, bahwa tidak pernah suatu karya besar, masterpiece, yang pernah diciptakan di dunia ini dijadikan tanpa visi.  Menara tertinggi di dunia diciptakan di Perancis dengan visi.  Makam terindah di dunia, Taj Mahal, lahir dari visi seorang raja akan mendiang permaisurinya.  Dan patung Liberty di dekat New York, juga dijadikan sebagai lambang visi kebebasan bangsa Amerika Serikat.  Di waktu-waktu yang lebih lampau, para seniman agung yang pernah dilahirkan di dunia tidak pernah menghasilkan lukisan, patung, puisi, bangunan atau apapun itu tanpa sebelumnya diilhami dan digerakkan oleh visi.  Bahkan pematung paling jenius, Michaelangelo selalu berkata bahwa di balik setiap batu telah ada patung yang indah di sana.  Hanya saja tidak semua orang melihatnya.  Michaelangelo selalu berkata bahwa tugasnya hanyalah mengeluarkan karya seni itu dari balik batu itu.  Ya, Michaelangelo seseorang yang memiliki visi.  

Demikian pula dengan hidup kita, tanpa visi yang jelas hidup kita bukan apa-apa.  Sekedar lintasan waktu yang membosankan untuk diakhiri selama-lamanya dalam ratap dan kertak gigi.  Bapa kita yang baik telah merancangkan yang terbaik bagi kita.  Suatu rencana kekal yang mulia sehingga saat dalam kekekalan nanti kita menengok kembali hidup yang telah kita lalui, kita akan selama-lamanya berterima kasih karena rencanaNya ternyata indah bagi kita.  Dengan visi Allah itulah, hidup kita akan menjadi suatu karya besar dan memuliakan Allah.

Dan berbicara mengenai visi, hati saya selalu tergetar jika teringat kata-kata kutipan dari salah seorang penyandang tuna netra paling terkenal, Hellen Keller yang sekalipun pada usia 19 bulan mengalami kebutaan dan tuli, ia menjadi sarjana dan lulus dengan kehormatan.  Hellen Keller selanjutnya menghabiskan hidupnya sebagai aktivis kemanusiaan dan seorang pengajar di banyak universitas.  Inilah kata-katanya, "Orang yang paling menyedihkan di dunia adalah seorang yang memiliki penglihatan namun tidak mempunyai visi."   Dan hal itu saya aminkan kebenarannya.  Karena memang tanpa visi hidup kita kosong belaka, tanpa arti. Sekarang, kembali pada pertanyaan inti.  Apakah hidupmu memiliki visi?  Visi apakah yang Anda hidupi sekarang ini?  Adakah yang lebih besar dan lebih penting daripada hidup dalam visi Allah?  Visi Allah itulah visi yang kekal.  Jika engkau bisa meraihnya, engkau akan berbahagia dalam kekekalan.  Visi dunia hanya sementara, yang diraih pun, paling lama, hanya sepanjang usia dunia ini saja.  

Jika Anda hanya dapat melihat hal-hal yang buruk saja, maka hidup Anda akan buruk.  Jika Anda melihat hal-hal yang baik saja, hidup Anda hanya rata-rata.  Namun jika hidup Anda mampu melihat yang terbaik dari Allah, hidup Anda luar biasa dan tidak pernah sia-sia.  Jika Anda dapat serta terus melihat visi Allah, bahkan menghidupinya maka Anda akan meraihnya.  Karena itu lihat dan hiduplah dalam visi Allah.  Karena seperti dikatakan oleh John Maxwell, "Anda hanya bisa meraih apa yang Anda lihat."  


MEMERIKSA PANDANGAN KITA
Telah kita pelajari bersama bahwa pandangan kita dan cara kita memandang menentukan masa depan kita.  Itu menentukan apakah hidup kita akan sia-sia atau luar biasa.  Jadi marilah sekarang kita memeriksa apakah kita sedang hidup memandang kepada tujuan akhir (visi) dari Allah itu atau kita memandang ke arah lain....?

Berhati-hatilah untuk tidak memandang ke bawah dengan berputus asa.  Banyak kali orang mengumpamakan hidup seperti air mengalir.  Biarkan saja entah kemana arus membawa kita, demikian kata beberapa orang.  Sekalipun demikian, perjalanan mereka bukan berarti mulus dan lancar.  Setiap hari, setiap jam dan setiap detik ribuan atau bahkan milyaran orang di dunia mengalami musibah, kecelakaan, kerugian, kejadian yang menyakitkan, penolakan, KEGAGALAN.  Hidup tanpa target sekalipun dapat membuat seseorang frustrasi.  Tidak sedikit di antara orang-orang itu mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.  Hidup ini memang indah tapi semuanya jalin menjalin dengan warna-warna gelap dan saat-saat tidak menyenangkan.  

Nah, jika hidup tanpa sasaran yang jelas masih membawa beban, maka hidup dengan suatu sasaran akan terasa lebih berat lagi. Mereka yang bersekolah dan tidak peduli apakah nilainya baik atau tidak, belajar ala kadarnya.  Tetapi mereka yang berkeinginan memiliki nilai-nilai yang tinggi bahkan juara kelas belajar lebih giat, yang tentunya diperlukan usaha yang keras dan memikul beban yang berat.  

Dalam perjalanan kita menatap visi Tuhan, kita seringkali memulainya dengan semangat membara untuk berbuat sesuatu bagi Tuhan.  Tetapi di tengah perjalanan, halangan menerpa dan hambatan menghadang.  Segala sesuatu sepertinya melawan serta menekan kita dari segala penjuru.  Berulang kali kita mengalami kegagalan.  Kita menjadi takut, gentar, lemah, dan kalah.  Di situlah iblis datang menawarkan perdamaian dengan satu syarat : Anda harus mundur dari cita-cita ini.  Apakah Anda akan mundur?

Jadi, berhati-hatilah.  Sadarilah bahwa Iblis menggunakan segala kesukaran dalam proses Tuhan bukan untuk kebaikan, tapi untuk kehancuran Anda.  Ia akan menunjukkan bahwa halangan, kendala, hambatan, rintangan, tantangan dan sebagainya itu sebagai sesuatu yang terlalu berat bagi Anda.  Tapi, bangkitlah dan hunuslah senjata Anda.  Katakanlah bahwa Anda akan bertanding dalam pertandingan iman yang benar dan merebut hidup kekal (  1 Tim. 6:12 ).  Tetapkanlah bahwa Anda akan memberitakan firman, bersiap sedia baik atau tidak baik waktunya... ( 2 Tim. 4:2 ). Ya, Anda akan dapat menguasai diri dalam segala hal, sabar menderita, melakukan tugas pemberitaan Injil Kerajaan Allah dan menunaikan tugas pelayanan Anda! (  2 Tim. 4:5 ). Di atas semuanya, ingatlah selalu bahwa dalam kamus Allah tidak ada kata menyerah, melainkan MENANG.  Ingatlah bahwa Anda itu lebih dari seorang pemenang. Sebab "tujuh kali orang benar jatuh, dan ia akan bangun kembali...." (  Ams. 24:6 ).


Jangan pernah lagi melihat ke belakang dengan hasrat. Sebuah koran terkenal di kota kita memiliki semboyan "Selalu ada yang baru."  Secara teologis, itu tidak alkitabiah.  Sebab Alkitab berkata dengan tegas, tidak ada yang baru di bawah matahari ( Pkh. 1:9-10 ).  Apa yang pernah ada akan ada lagi, dan apa yang pernah dibuat akan dibuat lagi, tak ada sesuatu yang baru di bawah matahari.  Itu sebabnya banyak orang cenderung mengenang masa-masa keemasan di waktu-waktu lalu dan berusaha mengulanginya kembali.  

Namun perhatikanlah, para pembaca terkasih di dalam Tuhan,  di dalam Tuhan tidak ada pengulangan.  Yang dulu pernah ada tidak diulang lagi.  Bahkan kemuliaan gereja yang terakhir akan berkali lipat dibandingkan gereja yang pertama berdiri di zaman rasul-rasul.  "Lihat, Aku hendak membuat sesuatu yang baru....." ( Yes. 43:19 ) adalah janji kegemaranNya.  Dan di akhir segala sesuatu, Tuhan menyambut kita, "Lihatlah, Aku menjadikan segala sesuatu baru!" ( Wah. 21:5 ). Masa depan kita akan menjadi baru, gilang gemilang bersama Tuhan.  Jauh melebihi dari segala masa depan yang dapat dirancangkan otak manusia atau mesin yang paling brillian sekalipun karena "Tuhan menyiapkan rancangan baru, yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul dalam hati manusia...." ( 1 Kor. 2:9 ). Itulah sebabnya Yesus menegaskan kepada para pendengarnya, "Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah" ( Luk. 9:62 ).

Jadi, saudara-saudariku terkasih dalam Kristus, jangan melihat lagi apa yang ada di belakang Anda dan merindukan saat-saat itu kembali. Mengapa? Karena yang terbaik masih akan datang. Yang terbaik ada di depan kita. Kita tidak perlu mengulangi kepahitan, kekecewaan atau mungkin juga kebaikan, kesenangan ataupun keberhasilan kita di masa lalu karena KITA AKAN MENDAPATKAN YANG LEBIH BAIK BAHKAN JAUH LEBIH BAIK DI DEPAN KITA! Jangan pernah lagi merindukan Mesir karena Kanaan terbentang di depan kita! Jangan berakhir binasa, sama dengan istri Lot yang melihat ke belakang! John Mason, seorang penulis muda Kristen yang menyala-nyala, mengatakan, "Kegagalan sedang menanti-nanti di setiap sisi bagi mereka yang hidup dari keberhasilan-keberhasilan dan kegagalan-kegagalan di masa lalu."
Karena itu mari bersatu dalam seruan tekad bersama Rasul Paulus, "ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan. yaitu panggilan surgawi" ( Fil. 3:13-14 )


Renungkanlah sejenak apakah Anda sedang memandang sekitar Anda  dan terpesona.  Tahukah Anda bahwa musuh terbesar dari apa yang terbaik adalah apa yang baik?  Urusan-urusan sehari-hari bukanlah sesuatu yang buruk.  Pekerjaan-pekerjaan kecil yang menyibukkan kita setiap hari bisa jadi merupakan sesuatu yang mendesak dan perlu untuk dilakukan.  Namun demikian, kita perlu terus bersikap waspada supaya kita tidak terseret kepada hal-hal yang justru menghambat kita menuju tujuan akhir yang jauh lebih baik daripada segala kesibukan kita.  Dalam suatu perlombaan atau pertandingan apapun, hal pertama yang harus dimiliki adalah fokus.  Fokus terhadap apa yang sedang dilakukan, fokus terhadap lawan kita, fokus terhadap kemenangan.  Kemenangan akan selalu menjadi milik mereka yang mampu memfokuskan diri dengan lebih baik.  Para pelari memfokuskan diri pada garis finish dan sama sekali tidak berminat pada sekelilingnya sebelum pertandingan dimenangkannya.  Para petinju dan alet bela diri memanfaatkan kelengahan lawan supaya bisa memukul jatuh pesaingnya itu.  Dan olahraga-olahraga beregu menunjukkan bahwa tim yang paling siap dan paling berhasrat menginginkan kemenanganlah yang akan memperoleh gelar juara.  Juga, kelinci yang tidak fokus pada pertandingan akhirnya harus menangis kecewa setelah dikalahkan secara memalukan oleh kura-kura.  

Abraham dipanggil untuk hidup beribadah kepada Tuhan.  Abraham menerima visi untuk hidup sebagai pengembara yang menggantungkan hidupnya hanya kepada Tuhan.  Bersama para pengikutnya, Abraham meninggalkan negeri serta sanak keluarganya.  Di antara para pengikut Abraham itu ada Lot, keponakannya.  Dalam perjalanan waktu, seharusnya Lot mengerti akan panggilan Abraham.  Dari pergaulan maupun pengamatan cara hidup Abraham, Lot semestinya tahu bahwa hidup di dunia ini adalah demi melayani Yehovah, satu-satunya Tuhan yang layak disembah.  Alkitab mencatat Lot tergolong sebagai orang percaya, ( 2 Pet. 2:7 ) sekalipun begitu Lot kehilangan banyak sekali hal yang baik dalam hidupnya. Mengapa demikian? Karena Lot terpesona oleh apa yang ada di sekitarnya! Lot tertarik akan kesuburan wilayah Sodom dan Gomora. Ia terkesima melihat betapa besar keuntungan yang akan dia raih apabila memiliki tanah di wilayah tersebut. Lot melihat yang baik tapi melupakan yang terbaik. Ia melupakan hubungannya dengan Tuhan. Ia melalaikan tanggung jawabnya sebagai suami dan kepala rumah tangganya. Ia telah hidup dalam prinsip hidup yang keliru sehingga prinsip itulah yang dipercaya oleh istri serta anak-anaknya. Karena terpesona akan sekitarnya, Lot jatuh bangkrut, menjadi duda, berzinah dengan darah dagingnya sendiri ( Kej. 19 ). Pastilah sisa hidupnya dipenuhi dengan penyesalan yang tiada akhir.

Saudara-saudariku terkasih, Alkitab telah memperingatkan kita.  Adakah hati Anda tergetar?  Adakah kesadaran Anda tersentak dengan kisah Lot di atas?  Mengertikah Anda sekarang betapa bahayanya mengkompromikan hidup kita dengan jalan-jalan atau cara-cara dunia?  Masihkah Anda memberikan diri dihanyutkan oleh pesona daya tarik semu dunia?  Masihkah hati Anda terikat dengan sesuatu yang duniawi atah bahkan dosa?  Yesus berkata kepada seorang pendengarnya mencari alasan untuk mengikut Dia, "Biarlah orang mati menguburkan orang mati, tetapi kamu, pergilah dan beritakanlah Injil Kerajaan Allah di mana-mana" ( Luk. 9:60 ). Jadi, urusan Kerajaan Allah adalah prioritas tertinggi.  Itu menuntut segenap perhatian kita lebih daripada urusan-urusan pribadi kita sendiri.  Bukankah seorang prajurit yang sedang bertugas tidak memusingkan dirinya dengan urusan-urusannya sendiri tapi supaya ia dapat berkenan kepada komandannya ( 2 Tim. 2:4 )?  Jika Alkitab mengatakannya dan Yesus menegaskannya, sebaiknya kita mempercayainya.  Karena memang itulah kebenarannya.  


Milikilah iman supaya Anda tidak melihat diri Anda sendiri dan menjadi lemah.  Mereka yang mencapai perkara-perkara besar dan dipandang sebagai orang-orang sukses di dunia hampir seluruhnya memiliki prinsip atau pandangan hidup yang sama.  Mereka terutama percaya bahwa dalam diri mereka ada potensi yang besar untuk mencapai hal-hal yang dianggap mustahil oleh banyak orang.  Beberapa bulan lalu, saya menemukan satu buku yang sangat menarik perhatian.  Buku itu berjudul Unstoppable (Tak Terhentikan). Dalam buku tersebut terdapat kisah 45 orang yang berhasil mencapai cita-cita mereka sekalipun semula hal itu mustahil dipikirkan secara akal sehat untuk dapat diraih.  Saya membaca bab-bab awalnya dan mau tidak mau saya terkagum-kagum sekali lagi akan potensi dalam diri manusia itu sendiri. 

Para pembaca terkasih di dalam Tuhan, jika dengan percaya kepada kemampuan diri sendiri saja banyak orang dapat mencapai apa yang mereka impikan, betapa dahsyatnya yang dapat kita lakukan jika Pembuat Keajaiban itu bersama-sama dengan kita!  Secara manusiawi kita memiliki keterbatasan.  Tetapi fakta-fakta ratusan tahun membuktikan bahwa kadangkala keterbatasan itu hanya sejauh pikiran kita.  "Jika Anda pikir Anda bisa, maka Anda pasti bisa",  demikian kata pakar motivasi dan kepemimpinan.  Sekalipun begitu, ada yang lebih besar daripada kekuatan diri kita sendiri.  Keyakinan atau mungkin bahkan kebanggaan akan kemampuan diri sendiri bisa jadi menolong kita untuk mencapai hal-hal besar di dunia,   namun itu mengandung kelemahan yang dapat menghalangi kita meraih yang terbaik dari Tuhan.  Hal itu dapat membentuk karakter angkuh dan over confidence sehingga kita meletakkan iman kita bukan Allah melainkan kepada yang lain.    
Oleh karena itu, seharusnya setiap potensi, bakat, kepandaian, keahlian, kemampuan dan segala kelebihan kita yang lain kita persembahkan di mezbah Tuhan sebagai persembahan yang berkenan lagi harum di hadapanNya.  Di situ segala yang kita punya akan disatukan dengan karya kuasa Roh Kudus sehingga mencapai tingkat yang tertinggi, membawa keselamatan dan berkat bagi banyak orang.  Jangan memandang dirimu masih muda.  Jangan pula menganggap dirimu tidak berarti.  Tidak ada yang lebih menyedihkan seperti Saul dan tentara Israel pada waktu ditantang oleh Goliat.  Mereka memiliki tubuh yang kuat, tegap, terlatih sebagai tentara tetapi mereka tidak memiliki jiwa pejuang.  Yang lebih fatal, mereka tidak memiliki keyakinan bahwa bersama Allah mereka tidak ada satu musuh pun yang dapat bertahan ( Ul. 7:24 ). Tetapi generasi yang sedang disiapkan Tuhan akan seperti Daud.  Mereka muda, kecil di mata manusia, bukan siapa-siapa di pemandangan orang namun mereka datang dalam nama Tuhan.  Dan mereka meraih kemenangan.  Bersama-sama dengan Tuhan.  
Bukankah segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberikan kekuatan kepadaku ( Fil. 4:13)?
 

Berjanjilah dengan segenap hati untuk tidak melihat keadaan keluarga, teman-teman atau rekan-rekan seperjuangan dan menjadi tersandung.  Tahukah Anda bahwa dalam perjalanan Abraham memenuhi panggilan Tuhan, ia pernah terhenti selama beberapa tahun ( Bandingkan Kis.7:2-4 dan Kej.11:31-32 & 12:1-5 )? Apakah kira-kira yang menghambat Abraham?  Jika Anda memperhatikan dengan seksama, kita akan mempunyai kesimpulan yang sama : Abraham terhambat karena bapaknya, Terah yang memimpin perjalanan itu.  Terah jualah yang mengendalikan hidup Abraham yang telah dipanggil untuk mengerjakan visi Tuhan.  Baru setelah Terah mati, Abraham disadarkan kembali bahwa ia sudah membuang beberapa tahun hidupnya tanpa kemajuan yang berarti.  

Saudara-saudari pembaca terkasih di dalam Tuhan, tidak hanya orang tua, keluarga, sanak famili atau kerabat-kerabat kita yang dapat menjadi sandungan bagi perjalanan kita menggapai visi Allah.  Daftar itu dapat bertambah panjang dengan istri, kekasih, teman-teman sepergaulan atau ini yang paling menyakitkan-  rekan-rekan seperjalanan kita sendiri!  Kesaksian Rasul Paulus mencatat bahwa bukan hanya satu kali melainkan berkali-kali 'saudara-saudara palsu' ini menjadi penghalang dalam setiap langkahnya melayani Tuhan (  2 Kor.11:26; Gal. 2:4; Fil. 3:2 ). Dan ini pula yang menjadi salah satu penyebab kemunduran, kejatuhan bahkan kematian rohani banyak anak Tuhan yang semula berkobar-kobar bagi Tuhan.  Mereka yang pada awalnya terpanggil untuk hidup bagi Tuhan kemudian mulai memperhatikan gaya hidup saudara-saudara seimannya di gereja lalu mereka menurunkan standard kerohaniannya.  Mereka tidak tahan terhadap perlakuan atau kata-kata pedas dari rekan sepelayanan lalu mereka mundur teratur.  Mereka kecewa dengan tingkah laku serta sikap hamba-hamba Tuhan yang mereka kagumi maka mereka kemudian memilih untuk tidak percaya lagi.  Dan contoh-contoh ini terus bertambah panjang.....

Sebab itu, hari ini bertekadlah di hadapan Tuhan bahwa hidup Anda hanya diarahkan kepada Tuhan.  Nasihat rasuli dari penulis surat Ibrani mengingatkan kita untuk berlomba dengan tekun dan "melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman dan yang serta membawa iman kita itu kepada kesempurnaan...." ( Ibr.12:2 ). Di akhir zaman, Tuhan akan mempunyai mempelai yang mengkhususkan  mempersembahkan diri hanya kepada Dia.  Mempelai wanita itu akan menatap masa depan bersama Kekasih Agung yang mencintainya lebih daripada segala-galanya.  Ya, mempelai wanita itu akan menggenapi nubuat pemazmur, "Dengarlah, hai puteri, lihatlah, dan sendengkanlah telingamu, lupakanlah bangsamu dan seisi rumah ayahmu! Biarlah raja menjadi gairah karena keelokanmu, sebab dialah tuanmu!...."( Maz. 45:10-11 )"


Ambillah keputusan yang tegas untuk menatap ke depan dan melangkah menuju kegenapan dari panggilan hidup Anda.  Sekarang tidak ada pilihan lain.  Pandanglah ke atas.  Maka di sana Anda akan melihat Bapa yang di sorga menyertai Anda.  Pandanglah ke sebelah kanan Anda, di situ ada Yesus Kristus Tuhan yang telah berjanji untuk tidak meninggalkan Anda sampai kesudahan alam ( Mat. 28:20 ).  Dan lihatlah ke dalam diri Anda.  Roh Kudus tinggal di sana.  Ia lebih besar dari segala roh dunia ini.  Ia siap memberikan kuasa, bimbingan, pengarahan, nasihat, serta penghiburan kepada Anda.  Kini, telah tiba waktunya menatap ke depan.  Memandang visi Allah dan hidup di dalamnya.  Maukah Anda?  Beranikah Anda menetapkan hati memandang ke muka?  Inilah HIKMAT KEHIDUPAN bagi Anda : "Biarlah matamu memandang terus ke depan dan tatapan matamu TETAP KE MUKA.  Tempuhlah jalan yang rata dan hendaklah tetap segala jalanmu.  Janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri, jauhkanlah kakimu dari kejahatan" ( Ams.4:25-27 ).  


Penutup : Mengambil pelajaran dari seorang waria
Pagi hari sebelum saya menyelesaikan tulisan ini, secara tidak sengaja saya menyaksikan kisah hidup seorang waria di televisi.  Saya mengamati dengan penuh perhatian.  Adegan demi adegan, pernyataan demi pernyataan saya simak dari penampilan waria yang keturunan Tionghoa itu.  Ternyata dia yakin bahwa menjadi waria adalah suatu takdir dari Tuhan sehingga ia tidak mau berubah.  Ia meninggalkan seluruh keluarganya, tanpa mempedulikan tangisan kesedihan yang menyayat dari kedua orang tuanya yang memang semula menolak keadaannya itu.  Kini dalam keputus asaan orang tua waria tersebut berjanji menerima putranya apa adanya.  Sekalipun begitu, si waria sepertinya tetap memilih jalannya sendiri.  Ia rela meninggalkan semua yang di belakangnya demi menjalani kehidupan -yang ia yakini- sebagai tujuan hidupnya : MENJADI WARIA!

Para pembaca terkasih, ini merupakan kisah yang ekstrim.  Tetapi hati saya gelisah dan bertanya-tanya, Mengapakah ada seorang yang rela meninggalkan seluruh keluarga, kehidupan di belakangnya, teman-teman, status sosial atau apa saja yang lain demi menjadi sesuatu yang dianggap murahan oleh masyarakat umum?  Dan mungkin saja ada yang meninggalkan segala sesuatunya demi menjadi pelacur, perampok, teroris atau apa pun yang rendah di mata masyarakat?  Mengapa ada yang mau dan rela?  MENGAPA MEREKA BERANI?  

TETAPI SEBALIKNYA
MENGAPA BEGITU KECIL  KEBERANIAN ANAK-ANAK TUHAN UNTUK MENJALANI HIDUP YANG MULIA BAGI VISI ALLAH?

Saya mengajak Anda untuk meninggalkan yang telah lalu dan menatap masa depan bersama Tuhan.  "Marilah kita menanggalkan semÅ•ua beban dan dosa yang begitu Å• kita, dan bfferlomba dengan tekun Å•fe perlombaan yang diwajibkan bagi kita"  ( Ibr. 12:1 ).  Saya mengajak Anda untuk hidup dengan alasan yang mulia.  Alasan tertinggi untuk hidup di dunia.  Alasan terbaik yang pernah ada bagi seorang manusia.  Apakah Anda mengasihi Tuhan?  Jadi, hiduplah bagi Dia dan tujuan-tujuanNya.  

Saya menantang Anda untuk menjalani hidup yang terbaik yang telah disiapkan bagi Anda : HIDUP BAGI VISI ALLAH!  


Lupakan yang tlah lalu
Mengarah pada tujuan
Dengan mata memandang Tuhan Yesus
Bertanding sampai menang
Berlari sampai akhir
Tanggalkan semua dosa yang merintangi

Kumau setia 
kan panggilanMu
Sbab Kau sanggup 
Menjaga langkahku
Pada JanjiMu Kupercaya 
Kau kan sempurnakan
PekerjaanMu dalamku


Doa : 
Tuhan, ampunilah kami apabila kami telah merendahkan panggilan kudusMu dalam hidup kami.  Sadarkanlah kami bahwa hidup kami tidak akan berarti di luar Engkau.  Dan hidup kami hanya sekedar lewat jika di luar dari rencanaMu.  Ajar kami untuk selalu bergantung dan melekat kepadaMu.  Karena kepada siapakah kami akan pergi selain mengikut Engkau seumur hidup kami.  Engkaulah Tuhan, bagian kami untuk selama-lamanya.  Dalam nama Yesus. Amin.

 
 
   
 
   
Blog, Updated at: 11:59 AM

0 komentar:

Posting Komentar

Mohon TIDAK menggunakan kata-kata kotor atau kasar yang tidak memuliakan nama Tuhan. Terima kasih atas perhatiannya. Salam Revival!

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.