Oleh: Ruth Yanti
Tampinongkol
Beberapa waktu lalu saya bersama dua rekan di Malang berniat untuk berkunjung ke kota Semarang. Saya berdoa dan berharap ada sesuatu yang Tuhan akan berikan untuk dapat saya pelajari di kota ini.
Satu minggu sebelum berangkat ke Semarang, saya bermimpi sedang menghadiri undangan sebuah acara resmi bersama rombongan para pemimpin rohani (hamba Tuhan) tapi melihat wajah-wajah mereka yang kebanyakan pria hampir tidak seorang pun yang saya kenal. Meski demikian saya melihat suasana penuh keakraban.
Kami disambut dengan sangat baik dan dibawa kepada sebuah ruangan jamuan makan yang sangat luas dan besar.
Masing-masing dengan satu meja di depan kami. Diatas meja tersedia berbagai hidangan yang telah disiapkan, dan di depan kami berdiri para pelayan-pelayan (pria dan wanita) yang serempak berseragam berwarna ungu gelap kehitaman yang melayani kami. Saya melihat tatapan mereka begitu ramah mengawasi kami untuk memastikan bahwa kami menikmati semua sajian yang disediakan.
Mereka bukanlah pelayan restoran tetapi orang-orang dari berbagai profesi yang memberi diri untuk melayani tamu-tamu undangan.
Saya ingat sekali sajian makanan pertama yang diberikan adalah bakso kuah, belum selesai makan sudah ditambah makanan dengan menu lauk yang berat dan terus menerus ditambah.
Saya berpikir, bagaimana caranya makan sebanyak ini?
Namun ada sesuatu yang membuat saya terheran-heran, sementara makan dan hampir menghabiskan bakso itu perut tidak cukup kenyang (masih terasa lapar) dan seolah saya ikut merasakan semua orang dalam rombongan itu juga merasakan hal yang sama. Saya memperhatikan para pelayan itu sibuk mencedok hidangan keatas piring kami masing-masing dan saya perhatikan rombongan sekeliling saya begitu menikmati hidangan yang disajikan. Mereka terus makan dengan lahapnya.
Ketika saya melanjutkan makan hidangan kedua dari ketiga hidangan yang sudah disajikan, saya mendengar ada suara berbisik di hati: "makanlah semua karena kamu tidak akan merasa kekenyangan". Hati saya bertanya-tanya, mengapa demikian? makanan sebanyak dan seberat ini tapi tidak bisa membuat kenyang? saya terdiam dan terus bertanya dalam hati.
Saya berpikir jika semuanya tidak mengenyangkan untuk apa saya lanjutkan/habiskan, seketika itu juga saya putuskan untuk berhenti makan karena merasa cukup.
Sementara masih ada hidangan yang tersisa diatas meja, saya cukup terkejut saat melihat meja rombongan sekeliling saya ternyata semuanya habis bersih sama sekali.
Setelah selesai menikmati jamuan makan, kami dibawa ke ruang pertemuan. Ternyata itu adalah sebuah pertemuan untuk terjalinnya kesatuan umat Kristen dan Katolik.
Meskipun berbeda pandangan tetapi keramahan para pemimpin inilah yang menyatukan keduanya.
Acara tersebut tidak hanya dihadiri oleh hamba Tuhan, jemaat tapi juga para pejabat bahkan Presiden Jokowi.
Ditengah-tengah acara itu saya melihat jelas sisi lain dimana meski tidak tampak secara jasmani tapi saya melihat kepalsuan diantara umat-umat Tuhan. Kesatuan itu terjadi karena banyak orang telah tertipu dengan tampilan jasmani karena sebenarnya manusia batiniah mereka tidak pernah benar-benar diubahkan.
Setelah pemandangan itu, saya melihat pemandangan yang lain dimana pak Jokowi dalam sebuah pidato menyampaikan bahwa pak Prabowo sekarang sudah banyak berubah menjadi baik sehingga tidak perlu meragukan untuk bekerjasama (mempercayai) dengannya.
Melalui pernyataan itu, Tuhan seperti menunjukkan bahwa Jokowi sedang tertipu dengan tampilan (tertipu oleh kebohongan lawan) sehingga ini sangat membahayakan posisi beliau sendiri sebagai Presiden karena mengupayakan kesatuan dengan merangkul pihak lawan.
Dua kesamaan yang saya lihat dalam kehidupan umat Tuhan dan pemerintahan. Keduanya sedang tertipu oleh tampilan manusia dan bermaksud menjalin kesatuan. Keduanya hanya melihat dari sikap atau perbuatan baik yang ditampilkan.
Ketika saya terbangun, hari sudah pagi. Saya merasakan suasana damai sejahtera yang begitu dalam. Lalu Tuhan memerintahkan hati saya segera membaca kitab Amsal 27. Saya bergegas bangun, membuka dan membaca Alkitab perlahan-lahan. Betapa terkejutnya saat menemukan satu ayat yang membuat saya menemukan potongan (petunjuk) dari mimpi yang Tuhan berikan.
Amsal 27:20 (FAYH)
“Hawa nafsu sama saja dengan alam maut; KEDUA-DUANYA TIDAK PERNAH MERASA PUAS.”
Hari Minggu 18 November saya bersama dua orang teman (suami-istri) yang adalah seorang profesional muda berangkat ke Semarang. Tidak ada rencana atau keperluan khusus, tapi kami punya agenda salah satunya adalah mengunjungi bukit doa Getsemani yang ada di Semarang. Disana kami bertemu dengan teman-teman gereja lama dari kota Palembang. Mereka adalah para pemimpin rohani dan para pengusaha ternama. Kami pun bergabung menjadi satu rombongan selama di Semarang.
Singkat cerita saat kami berkunjung di bukit doa tersebut untuk menanyakan informasi, ternyata (sesuai peraturan yang ada) kami tidak bisa bebas keluar masuk tapi harus tinggal disana minimal dua hari. Kami sepakat dan memutuskan tinggal disana. Kami tiba di bukit doa kira-kira pukul 21.00 WIB.
Setelah masuk kamar tidur saya merebahkan tubuh sejenak.
Saat baru saja berbaring saya merasakan dan mendengar sangat jelas atmosfir rohani di tempat itu penuh suara-suara jeritan, rintihan, teriakan kesakitan dan seruan doa-doa permohonan yang terus berkumandang. Tuhan menaruhkan bahwa ini adalah tempat permohonan dimana doa-doa dinaikkan. Atmosfir doa-doanya begitu terasa.
Setelah beristirahat, tepat pukul 24.00 WIB kami keluar menuju goa doa, yaitu ruangan-ruangan kecil berukuran 1x2m di lokasi yang sunyi (jauh dari kamar). Meski agak gelap karena dibawah pohon-pohon rindang tapi di dalam goa ada lampu-lampu kecil sebagai penerang. Teman-teman berdoa berdua dan bertiga dalam satu ruangan tapi saya memilih seorang diri.
Di dalam goa itu adalah kesempatan untuk saya menikmati Tuhan. Tidak ada kata yang bisa terucap selain air mata yang mengalir karena mengalami kehadiran Tuhan yang begitu dekat. Tidak ada permintaan apapun, hanya bisa menangis dalam rasa haru akan kasih Tuhan. Dalam keheningan itu saya mendengar teman-teman berseru-seru dengan suara nyaring dan tangisan memohon pertolongan Tuhan atas setiap persoalan yang hadapinya. Meski demikian saya tidak terganggu dan tetap menikmati kebersamaan dengan Tuhan.
Mereka selesai lebih cepat dan saya masih tinggal di goa seorang diri karena larut dalam suasana ilahi. Saya mengalami satu momen dimana mata, telinga dan hati saya merasakan dengan sangat jelas bunyi langit terbuka lebar saat pergantian/pergeseran malam menuju fajar. Bagi saya ini adalah sebuah anugerah karena diijinkan melihat dan merasakan peristiwa ini untuk pertama kalinya. Karena itulah yang sebenarnya terjadi setiap kali kita datang kepada-Nya dalam doa.
Tuhan menaruhkan bahwa inilah saat-saat/waktu terbaik untuk menaikkan permohonan doa, yaitu dalam keheningan dan kesendirian bersama dengan Tuhan.
Saya mulai menangkap sesuatu dimana Tuhan ingin saya melihat bagaimana orang-orang (umat Tuhan) berdoa di tempat itu. Dalam air mata dan rasa syukur saya menutup doa dengan sebuah permohonan supaya Tuhan berkenan membawa saya lebih dalam masuk hadirat-Nya dan mengerti hikmat serta pimpinan-Nya setiap hari dalam kehidupan saya.
Salah seorang hamba Tuhan dari Gereja Mawar Sharon yang sudah langganan berdoa disana menyampaikan kepada kami bahwa tempat ini dikunjungi oleh banyak hamba Tuhan besar dan ternama. Mulai dari Pdt. Abraham Alex, Pdt. Niko, Pdt. Timotius Arifin, Pdt. Philip Mantofa, Pdt. Petrus Agung, dll.
Sebelum menjadi orang-orang besar mereka telah berdoa sebelumnya di tempat ini. Salah seorang diantaranya pemimpin gereja di Semarang, saat masih miskin berdoa minta mobil dan keesokan harinya Tuhan kirim mobil. Akhirnya cerita ini menjadi kesaksian dimana-mana juga diajarkan kepada murid-murid sekolah Alkitab yang letaknya dibelakang bukit doa tersebut dan membawa banyak hamba Tuhan juga umat Tuhan datang dengan membawa pergumulan dengan harapan memperoleh mujizat Tuhan di tempat ini.
Dan benar adanya, hampir semua teman-teman rombongan saya melakukan hal yang sama. Mereka datang ternyata membawa pergumulan yang sangat berat, saya cukup shock saat mendengar sharing mereka. Salah satunya seorang gembala yang juga pengusaha tiba-tiba usahanya jatuh dengan hutang 16 miliar. Isterinya bergumul untuk suaminya yang kabur ke kota lain karena menjadi buronan. Dua diantaranya juga pengusaha yang sedang jatuh dan merindukan pemulihan keuangan. Mereka adalah para donatur gereja-gereja di kota dimana mereka tinggal bahkan melayani orang-orang miskin namun Tuhan ijinkan mengalami kerugian. Mereka berdoa dan berharap keadaan mereka dipulihkan jauh lebih baik dari sebelumnya.
Saya menjumpai hampir semua orang dari kota-kota yang sangat jauh dengan berbagai denominasi gereja datang hanya untuk memohon pertolongan Tuhan bukan untuk mencari kehendak Tuhan.
Dalam pertemuan pertama doa pagi bersama, Tuhan menyampaikan dalam hati saya bahwa Dia senang menjawab doa-doa umat-Nya. Meski demikian hati saya sangat sedih karena mendapati bahwa meski Tuhan senang menjawab doa umat-Nya akankah kita terus menerus memanfaatkan-Nya demi memuaskan kebutuhan/kepentingan daging kita semata tanpa ada kerinduan untuk mencari tahu isi hati-Nya?
Melalui hal ini Tuhan memberikan sebuah hikmat bahwa tempat itu adalah gambaran keadaan yang ada dalam mimpi saya:
- Pertama, ruang jamuan makan yang besar. Disini tamu-tamu undangan menghadapi jamuan makanan yang melimpah dengan meja-meja pribadi.
Ruang jamuan makan adalah sebuah tempat persekutuan (yang sangat akrab/intim) dengan Tuhan secara pribadi.
Ini adalah goa-goa atau tempat-tempat doa pribadi dimana desain ruangannya terdiri dari satu matras tipis di lantai untuk duduk dan bangku kecil.
Di tempat ini semua orang bebas berdoa dan meminta sepuasnya untuk kebutuhan pribadi. Seolah tidak ada batasan, mereka terus menerus meminta perkara-perkara jasmani yang besar dan melimpah. Seperti orang makan dan tidak bisa berkata cukup. Mereka meluapkan semua keinginan-keinginan mereka dalam seruan doa. Mereka tidak memahami bahwa KEPUASAN DI DALAM TUHAN ADALAH SATU-SATUNYA KESUKSESAN YANG SERINGKALI TERLUPAKAN.
- Kedua, dalam ruang jamuan itu ada pelayan-pelayan dari berbagai profesi yang melayani. Mereka adalah para pengusaha yang menjadi donatur pelayanan di berbagai gereja, mereka mengorbankan/mempersembahkan kekayaannya untuk melayani/memuaskan para hamba Tuhan karena mereka berharap para hamba Tuhan tersebut terus mendoakan supaya mereka semakin berkelimpahan. Dengan cara itu juga mereka bebas mengatur/menguasai/mengendalikan hidup seorang hamba Tuhan dan gereja-gereja bahkan tidak sedikit yang bersikap merendahkan para hamba Tuhan.
Gambaran ini pun nampak jelas terlihat dalam rombongan kami dimana salah seorang pengusaha berbicara kasar tanpa rasa hormat kepada ibu gembalanya dan saya melihat ibu gembala tersebut hanya diam bahkan berdalih dengan mengatakan meski ia bicaranya kasar tapi hatinya baik suka memberi/menabur untuk Tuhan. Ibu tersebut juga menyampaikan bahwa beberapa pengusaha di gerejanya hendak membunuh suaminya dan mengeroyok serta menganiaya salah satu pekerjanya karena ingin mengambil alih gerejanya sehingga ibu gembala tersebut harus pergi ke luar kota membawa semua barangnya demi keamanan. Pihak gereja enggan melaporkan kepada pihak kepolisian karena menjaga nama baik gereja.
Ketika saya bertanya mengapa tidak keluar saja dari gereja tersebut dan hidup dengan iman daripada diatur manusia (gembala senior) dan bukan Tuhan, ibu gembala ini menjawab karena masih membutuhkan gaji untuk biaya anaknya sehingga harus bertahan meskipun suaminya harus bertaruh nyawa karena setiap hari menghadapi ancaman.
- Ketiga, ruang pertemuan. Tempat berkumpulnya para hamba Tuhan dan umat Tuhan (baik Kristen maupun Katolik) untuk menjalin kesatuan.
Selain goa doa disana juga tersedia ruangan pertemuan doa umum yang bisa digunakan untuk berdoa kelompok bersama-sama.
Di tempat itu semua orang juga menaikkan syafaat yang sama. Mereka sehati sepikir untuk mendoakan pokok-pokok doa yang tidak jauh berbeda dengan doa-doa pribadi mereka yang penuh keserakahan. Untuk gereja supaya dipenuhi ribuan jiwa-jiwa (tanpa pemuridan), keluarga dan usaha pekerjaan yang diberkati berkelimpahan (tanpa pengenalan akan Tuhan). Juga untuk pemerintahan yang aman penuh damai sejahtera (tanpa ada konflik). Hampir tidak ada pokok doa yang dinaikkan atas petunjuk sesuai kerinduan Tuhan.
Dalam ruang pertemuan itu puji-pujian dinyanyikan serempak seperti paduan suara dalam irama dan suara yang mempesona. Mereka bernyanyi bergantian bersama rombongan masing-masing: entah para pengusaha, para pelayan gereja ataupun para hamba Tuhan dan jemaatnya.
Setiap telinga yang mendengar pasti akan merasakan kekaguman akan suara-suara nyanyian permohonan doa yang mereka naikkan. Sayangnya mereka tidak menyanyi untuk Tuhan tetapi sedang melayani, menghibur dan memuaskan diri sendiri.
Mereka juga bertekun dalam pembacaan ayat-ayat Alkitab, ada yang menghabiskan satu pasal, dua hingga tiga pasal dalam setiap pembacaan karena sedang menjadi sebuah tren (pergerakan baru) di gereja-gereja. Mereka menganggap bahwa itu adalah bentuk pemuridan yang Tuhan kehendaki tetapi tidak menyadari bahwa mereka sedang menipu diri sendiri karena menggunakan ayat-ayat hanya untuk meneguhkan keinginanya terlebih membenarkan diri sendiri namun tidak pernah memberikan hatinya untuk benar-benar diremukkan.
Semua ini diteguhkan selama dua hari pertemuan di bukit doa itu, saya melihat jelas bukan hanya bagaimana mereka berdoa tetapi juga karakter mereka. Cara berbicara mereka. Ketaatan mereka pada tata tertib yang ada dimana menggunakan ruangan melebihi jam batas yang ditentukan sehingga mendapatkan teguran dari petugas/penjaga. [meskipun hanya seorang diri tapi saya memilih meninggalkan ruangan tepat waktu].
Kehidupan yang tidak benar-benar mencerminkan para pengikut Kristus karena penuh kepalsuan. Menyanyikan syukur namun penuh keluhan karena AC dalam ruangan tidak terlalu dingin, menu makanan yang disediakan tidak seenak makanan diluar. Mengajarkan tentang iman kepada Kristus dalam pertemuan tersebut namun hidup sebagai budak mamon/dunia.
Tuhan mengijinkan saya melihat semuanya supaya melihat kebutuhan utama gereja bukanlah mujizat tapi perubahan karakter, kepuasan rohani dan bukan jasmani, mencari kehendak Tuhan dan bukan memuaskan keinginan daging. sayangnya mereka tidak pernah benar-benar menyadarinya.
Tuhan menjelaskan bahwa inilah wajah-wajah yang saya lihat dalam mimpi itu, dimana meskipun saya satu rombongan dan bersama-sama tapi benar-benar tidak mengenal mereka sebagai sesama hamba Tuhan ataupun para pengikut Kristus.
Meskipun orang-orang yang secara dunia maupun kepemimpinan rohani memiliki reputasi namun karakternya sama seperti orang fasik.
Pada sesi terakhir doa bersama di hari kedua, mereka menyanyikan lagu pujian sorak sorai karena percaya Tuhan sudah mendengar doa-doa mereka. Dan yang membuat saya terkejut dan tertawa adalah mereka menutup doa dengan sebuah permintaan dan keyakinan bahwa tahun depan kami satu rombongan akan berangkat ke bukit doa di Korea bersama-sama. Bahkan mereka sudah membicarakan untuk mengatur waktu untuk kembali melakukan wisata rohani di Yerusalem pada tahun selanjutnya. Saya tertawa karena merasa heran betapa rakusnya mereka ini, tidak cukupkah dengan semua yang sudah mereka minta??
Sepulang dari bukit doa Getsemani, kami sempatkan untuk berkunjung ke bukit doa khusus orang-orang Katolik di Goa Maria. Disana pun saya mengamati pemandangan yang sama dimana banyak orang datang dengan berbagai pergumulan doa. Beberapa orang nampak mempersembahkan seikat bunga segar karena doa-doa yang mereka naikan sebelumnya ditempat itu telah dikabulkan.
Tuhan menaruhkan sebuah kesimpulan bahwa kesesatan yang begitu dalam (akibat pengaruh kebodohan dan roh agamawi) telah menguasai bidang doa. Dan kebodohan rohani ini berdampak luas hingga pada pemerintahan. Kejatuhan yang terjadi hari ini adalah buah yang dihasilkan dari ajaran hamba-hamba Tuhan sebelumnya.
Tentang permohonan doa-doa ini, Tuhan menaruhkan sebuah gambaran tentang kehendak bebas seperti kisah seorang bapa kepada anak bungsunya yang memberikan apa yang diminta anaknya namun yang terjadi setelah menerima kekayaan itu anaknya semakin miskin dan kotor karena menjadi budak dunia.
[Tuhan bisa memberikan kekayaan karena Dia pemilik segala kekayaan tetapi sebenarnya bukan itu yang dikehendaki dari anak-anak-Nya].
Seperti anak bungsu yang hidup jauh dari bapanya demikian mereka keluar dari kasih karunia Bapa. Meskipun mereka menikmati berbagai kelimpahan dan kenyamanan tetapi jauh dari kehendak Bapa sehingga hati Bapa tetap berduka merindukan pemulihan hati anak-anak-Nya.
Tuhan menaruhkan bahwa gereja-gereja dan para pemimpin doa khususnya harus mengubah doa-doanya:
Doa bukanlah sekedar permintaan tetapi sebuah gaya hidup. Mereka harus memiliki gaya hidup seperti yang diajarkan oleh Daud dan Yesus, yaitu meminta HIDUP DI HADIRAT TUHAN sebagai satu-satunya kerinduan dan MELAKUKAN KEHENDAK TUHAN sebagai satu-satunya kepuasan.
Satu hal yang kuinginkan dari Allah, yang sungguh-sungguh menjadi kerinduanku, ialah berbakti di dalam rumah-Nya, hidup di hadirat-Nya sepanjang umurku, dan bersukacita atas kesempurnaan dan kemuliaan-Nya yang tidak ada taranya.
~ Mazmur 27:4 (FAYH)
Kata Yesus kepada mereka: "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya."
~ Yohanes 4:34 (TB)
Saat berdoa kita seperti sedang menghadapi jamuan makan, yaitu sesuatu yang menyenangkan. Disanalah hati kita diuji Tuhan. Apakah menginginkan Tuhan sendiri sebagai satu-satunya kepuasan atau menginginkan makanan (perkara-perkara jasmani) yang tidak pernah benar-benar memuaskan?
Dalam hal ini Tuhan membawa saya melihat dengan jelas bahwa doa yang sesungguhnya bukanlah tentang keinginan kita tetapi keinginan Tuhan. Bukan hal-hal yang menyenangkan (memuaskan nafsu) kita tetapi semata-mata menyenangkan hati Tuhan.
Itulah yang perlu umat-Nya minta dan doakan dalam ketulusan kepada Tuhan.
Tuhan menaruhkan hikmat untuk merenungkan kembali ayat yang sebelumnya Tuhan berikan dalam Amsal 27:20. Dalam terjemahan baru dikatakan bahwa "ketidakpuasan hanya ada di dalam dunia orang mati dan kebinasaan", artinya SIKAP HATI MANUSIA YANG TIDAK PERNAH MERASA PUAS MENUNJUKKAN BAHWA SEBENARNYA MEREKA MASIH TINGGAL DI ALAM MAUT (DALAM KEBINASAAN) meskipun mereka mengaku sebagai hamba-hamba Tuhan.
Pada bagian akhir perenungan ini Tuhan menaruhkan supaya umat Tuhan perlu waspada bagaimana para pemimpin mengajar mereka. Jika bertentangan dengan apa yang Yesus sendiri ajarkan maka mereka harus berani menghindarinya:
Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, supaya kamu waspada terhadap mereka, yang bertentangan dengan pengajaran yang telah kamu terima, menimbulkan perpecahan dan godaan. Sebab itu hindarilah mereka!
Sebab orang-orang demikian tidak melayani Kristus, Tuhan kita, tetapi melayani perut mereka sendiri. Dan dengan kata-kata mereka yang muluk-muluk dan bahasa mereka yang manis mereka menipu orang-orang yang tulus hatinya.
~ Roma 16:17-18 (TB)
Pesan penting yang Tuhan ingin sampaikan melalui perenungan ini adalah supaya gereja dan para pemimpin doa dapat bergerak melalui doa-doa sesuai petunjuk Tuhan untuk mengubahkan keadaan rohani bangsa ini sehingga umat Tuhan, gereja dan para pemimpinnya dibebaskan dari kesesatan dunia dan kembali kepada kebenaran Tuhan.
Bagaimana langkah-langkah untuk dapat mengerjakannya akan kita pelajari bersama pada artikel berikutnya.
Tuhan
Yesus
menyertai perjuangan kita.
*) NB: Tidak diperkenankan untuk menyebarluaskan tulisan ini tanpa ijin dari penulis.
*) NB: Tidak diperkenankan untuk menyebarluaskan tulisan ini tanpa ijin dari penulis.
Saya melalui bacaan diatas mendapat pembelajaran betapa egoisnya Kita didalam kehidupan sehari- Hari Dan itu tercermin dalam kehidupan rohani Kita. Berdoa untuk meminta dan beriman Tuhan akan menjawab memenuhi keinginan saya,itu adalah manipulasi yang Saya lakukan. Terima kasih sudah berbagi Dan membuat Saya sadar untuk hidup menurut kehendak Nya Dan menjadikan Tuhan sebagai pemimpin bukan pelayan yang memenuhi keserakahan Kita dalam berdoa��
BalasHapusNobody can fool God. He could see your heart and know what's in your mind. We as Christian as diciple of Jesus not a church or religions. If you follow priest, you go with the priest or pastor, if you follow christian or catolic or ortodok, you go with , if you follow Jesus and do God's will, are allowed to enter the kingdom of God. If you are follow a man such as priest, pastor,bishop even pope, ustadz, you are a fool. Who are they? No one. They are sinner like us. Salvation is a matter of the heart. Church is not a building. Church is us - the Christian , a community of believers around the world. But beware , some are fake -those who think that a church is a place to make money from donations by church members, some are truthful (really serving God). Who says that Jesus is religion ? He never came with any religion. He is always against religions because it is doing business not serving God. Religion is always a man - made. Christianity is all about relationship with God. Why does One God has so many religions and denominations ? To whom are you listening ? Christianity is about following Jesus and do what He said. It doesn't matter wether you are protestan, catolic or ortodock. God knows His sheeps. He is a sheperd. Who care who you are ? What God really care is what's in your heart or mind ? You cannot fool God. You shall know them by their fruit.
BalasHapus