Oleh : Peter B
Ciri kedua seorang yang diperhamba oleh uang diberitahukan pada kita masih dari ayat yang sama :
Jangan tamak akan uang dan terimalah dengan rasa puas segala sesuatu yang ada padamu,...."
~ Ibrani 13:5 (SB2010)
Djangan kamu loba uang melainkan tjukupkan dirimu dengan apa jang ada.… ".
~ Ibrani 13:5 (ENDE)
Ciri kedua yang dimaksud adalah IA MENJADI TAMAK ATAU SERAKAH AKAN UANG.
Tamak atau serakah memiliki pengertian "selalu ingin memiliki lebih dari yang dimiliki" (KBBI) atau "suatu keinginan yang egois untuk memiliki sesuatu (seperti misalnya uang) secara lebih daripada yang dibutuhkan" (makna kata "greed" dalam Kamus Webster).
Yesus sendiri memperingatkan supaya murid-murid-Nya berhati-hati terhadap ketamakan atau keserakahan (Lukas 12.15).
Keserakahan juga termasuk perbuatan daging serta dosa yang harus dimatikan dalam diri kita sebagaimana nasihat rasul Paulus kepada jemaat-jemaat (lihat Roma 1:29; Efesus 5:3,5; Kolose 3:5).
Begitu pula baik diaken maupun penilik jemaat (tua-tua sidang) harus bukan terhitung sebagai orang-orang yang memiliki sifat serakah (lihat Titus 1:7; 1 Timotius 3:8).
Sifat serakah biasa dipraktekkan oleh orang-orang duniawi yang tidak mengenal Allah. Paulus menyebut ketamakan itu SAMA DENGAN PENYEMBAHAN BERHALA.
Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu … keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala,
~ Kolose 3:5 (TB)
Mengapa keserakahan dipersamakan dengan penyembahan berhala?
Inti penyembahan berhala adalah, suatu penyembahan dan pengabdian kepada sesuatu selain kepada Tuhan sendiri.
Dalam hal ketamakan, maka penyembahan itu ditujukan pada diri sendiri atau tepatnya merupakan PEMUJAAN DAN PENGABDIAN PADA KEINGINAN-KEINGINAN DIRI YANG BERHASRAT MEMILIKI BANYAK HAL SECARA BERLEBIH-LEBIHAN. Dan keinginan tanpa batas itu hari ini dipandang dapat dicapai jika orang memiliki banyak uang. Kelanjutannya kemudian menjadi jelas bagi kita. Orang yang dikuasai ketamakan karena ingin memiliki banyak benda dan harta, yang tidak cukup dengan apa yang biasa dan sederhana, maka ia cepat atau lambat, akan DIPERHAMBA UANG karena uanglah yang dianggap dapat memenuhi berbagai keinginan dalam hati orang.
Jadi, mengapa manusia menjadi hamba uang?
Karena ia ingin memuaskan keinginan hatinya, untuk memiliki banyak hal secara limpah, untuk memuaskan hasrat hatinya, untuk hidup serba nyaman dan bahkan mewah, walaupun secara mendasar semuanya itu bisa jadi bukan merupakan hal mendasar atau merupakan keperluan pokok dalam hidup.
Terkait keinginan, saya pernah membaca suatu meme, yang mengatakan, "Sebenarnya uang selalu cukup untuk membeli kebutuhan hidup tapi tidak akan pernah cukup jika digunakan untuk MEMUASKAN GAYA HIDUP."
Saya setuju dengan hal itu. Ada benarnya. Jika untuk kebutuhan pokok dan mendasar sehari-hari, sebenarnya tidak memerlukan sangat banyak uang. Yang membuat akhirnya orang membutuhkan dan memburu banyak uang adalah karena IA MENGINGINKAN GAYA HIDUP TERTENTU YANG TELAH DITETAPKANNYA SESUAI SELERA DAN KEINGINANNYA SENDIRI.
Dan inilah yang dikatakan dalam hati banyak orang berkaitan dengan berbagai keinginan hatinya itu :
"Aku tidak bisa makan makanan seperti itu. Aku mau makanan yang mahal dan berkelas" (padahal banyak yang makan makanan sederhana tiap hari dsn masih sehat dan kuat)
"Aku malu tinggal di rumah seperti itu. Harus cari rumah yang ego sadrah elite, lebih terjamin dan tenang lingkungannya" (padahal meski rumah biasa banyak keluarga menikmati kebersamaan yang membahagiakan)
"Aku risih dengan pakaian biasa dan umum dipakai orang banyak. Yang bermerek dong, yang nyaman dan sedap dipandang orang" (padahal baju yang sederhana memiliki fungsi yang sama dan bisa disiasati untuk serasi dengan potongan tubuh kita)
"Tubuhku butuh perawatan. Rambut, kuku, kulit, wajah, belum lagi make up dan perawatan tubuh di spa dan klinik kecantikan. Itu sudah wajib hari gini" (padahal kecantikan seorang wanita tidak hanya ditentukan oleh tampilan fisiknya).
"Ah mobil murah gitu kurang gengsi. Setidaknya harus merk ini dan mesinnya setidaknya 2500 cc. Baru mantap" (padahal kebutuhan untuk sekeluarga cukup dengan mobil yang tidak mahal atau bisa juga berkendaraan dengan motor)
"Wah tidak mungkin aku menyekolahkan anak-anakku di sekolah seperti itu. Minimal sekolah ternama di kota ini. Lingkungan pergaulannya kan pengaruh" (padahal proses belajar tidak hanya ditentukan oleh sekolah. Yesus, Pribadi paling berhikmat, tidak pernah sekolah formal).
"Hmm hobby ini sedang trend. Terlihat kuno dan tidak mengikuti perkembangan zaman kalau tidak ikutan. Harus ikut koleksi dan bisa dipamerkan nanti di depan teman dan kolega" (padahal keuangan yang ada belum memungkinkan untuk digunakan menyalurkan hobby tersebut)
Dan daftarnya seolah tiada habisnya. Terus dan terus bertambah. Lain orang, lain lagi keinginan dan kemauannya, apalagi seleranya. Benarlah jika dikatakan, bahwa MANUSIA TIDAK MEMILIKI BATAS TERKAIT KEINGINAN DAN SELERANYA. Mungkin seluruh jagad pun masih kurang untuk memuaskan keinginan hati seorang manusia saja!
Alkitab sendiri yang mengatakannya. Berkali-kali, bahkan :
Dunia orang mati dan kebinasaan tak akan puas, demikianlah mata manusia tak akan puas.
~ Amsal 27:20
… mata tidak kenyang melihat, telinga tidak puas mendengar.
~ Pengkhotbah 1:8
Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya. Ini pun sia-sia.
~ Pengkhotbah 5:9
Segala jerih payah manusia adalah untuk mulutnya, namun keinginannya tidak terpuaskan.
~ Pengkhotbah 6:7
Keinginan yang tanpa batas ini, jika terus dipupuk akan membuahkan suatu karakter buruk, yang lalu menguasai manusia dan membawanya pada suatu perbudakan oleh keinginan dan uang.
Jika ini terjadi…. maka TUHAN akan dilupakan. Paling tidak, Tuhan disisihkan dari pandangan dan pusat perhatian. Hidup diarahkan untuk mengejar serta memenuhi keinginan demi keinginan. Hari demi hari dilalui sebagai usaha memenuhi gaya hidup, meningkatkan gaya hidup, dan memapankan gaya hidup yang sesuai dengan seleranya. Kebahagiaan sejati dirumuskan sebagai pemenuhan berbagai keinginan itu TANPA MENYADARI bahwa meskipun keinginan itu akhirnya terpenuhi, masih akan muncul keinginan lainnya.
Bukankah rumput tetangga selalu terlihat lebih hijau?
Dan meskipun sudah mempunyai banyak, berapa banyakkah yang menang atas iri hatinya terhadap orang lain ? (lihat Pengkhotbah 4:4; 2 Samuel 12:7-9).
Di zaman ini, banyak yang berpikir bahwa gaya hidup tertentu merupakan suatu kebutuhan hidup. Tidak bisa atau mustahil jika tidak hidup dengan gaya hidup seperti itu. Benarkah?
Bagaimana jika keadaan tiba-tiba mengalami perubahan drastis?
Tidakkah pandemi memaksa orang mengubah secara tiba-tiba akan kebiasaan sehari-hari dan gaya hidupnya?
Bagaimana jika secara mendadak terjadi bencana?
Mungkinkah terus hidup dalam gaya hidup idaman sedangkan rumah mungkin saja telah luluh lantak oleh gempa atau tsunami?
Bagaimana jika situasi dunia memburuk dan terjadi perang?
Siapakah yang bisa mencegah dan menghentikannya?
Bagaimana dengan gaya hidup yang telah ditetapkan untuk dikejar itu? Akankah orang-orang yang sebelumnya berkata tidak mungkin bisa hidup di luar suatu gaya hidup tertentu itu mengakhiri hidupnya jika situasi itu terjadi?
Kenyataannya, kita sering mencari standar kenyamanan kita sendiri sebagai manusia yang masih kerap berpusat pada diri sendiri. Tanpa sadar, di situlah hati kita perlahan beralih dari menyembah Tuhan menjadi penyembah keinginan dan uang.
Tidak ingatkah kita ketika Yesus mengatakan hal ini :
Semua itu (yaitu makanan, minuman, pakaian atau pendeknya kebutuhan pokok kehidupan sebagaimana ayat-ayat sebelumnya) dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu.
~ Matius 6:32
Yesus tidak sedang mengatakan kita tidak boleh bekerja atau mencari nafkah demi kebutuhan penghidupan kita sehari-hari. Tidak sedikitpun. Yang Ia sedang sampaikan adalah DUNIA, YA ORANG-ORANG DUNIA PADA UMUMNYA, MEREKA YANG TIDAK MENGENAL ALLAH itu HIDUP UNTUK MENCARI PEMENUHAN KEBUTUHAN HIDUPNYA . Itulah tujuan dan usaha mereka setiap hari.
Namun, anak-anak Tuhan MEMILIKI TUJUAN YANG BERBEDA. Mereka tidak semata-mata mencari pemenuhan kebutuhan hidup : MEREKA MENCARI KERAJAAN ALLAH DAN KEBENARAN ALLAH DI DALAMNYA. Mereka hidup bagi rencana dan tujuan Tuhan bagi hidup mereka dan DALAM PROSESNYA TUHAN MENCUKUPI KEBUTUHAN MEREKA SEHARI-HARI.
Apakah gaya hidup demikian yang telah kita hidupi?
Jika belum… berarti kita masih hidup sama dengan mereka yang tiada mengenal Kristus. Itu berarti kita masih menetapkan hidup demi mengejar pemenuhan kebutuhan hidup sana, yang kemudian dilanjutkan dengan pengejaran keinginan kita sendiri. Tidak heran pada waktunya, kita terjerumus dalam PERHAMBAAN PADA UANG daripada HIDUP MENGHAMBA PADA TUHAN.
UKURAN MINIMAL PEMELIHARAAN TUHAN
Tahukah Anda bahwa Tuhan itu berjanji memenuhi kebutuhan kita setiap hari?
Itulah sebabnya mengapa Ia memerintahkan kita supaya tidak kuatir akan makan, minum dan pakaian kita. IA MEMBERIKAN JANJI-NYA DAN MENJAMIN PEMELIHARAAN ATAS KITA ANAK-ANAK-NYA yang Ia ciptakan dan kasihi melebihi semua makhluk lain di alam semesta ini.
Paulus pun mengajar jemaat selaras dengan kebenaran ini.
Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kita pun tidak dapat membawa apa-apa ke luar.
Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah.
~ 1 Timotius 6:7-8 (TB)
Bisakah kita melihat bahwa kebutuhan hidup kita yang sebenarnya itu tidak banyak? Kita bisa hidup asalkan ada makanan dan pakaian. Kita lah yang membuat hidup kita semakin rumit dan kompleks dengan segala keinginan serta selera kita.
Benar bahwa hari ini kita membutuhkan pendidikan, sekolah, kuliah. Memerlukan pulsa, kuota internet, alat transportasi dan komunikasi. Dan masih banyak lagi hal yang kita merasa kita tidak bisa hidup tanpa itu. Tapi tepatkah pemikiran seperti itu? Benarkah kita tidak bisa hidup tanpa itu semua?
Bukankah di masa lalu sebelum ada peralatan canggih dan rumah serta berbagai fasilitas modern seperti sekarang, orang-orang hidup di zamannya dan semua berjalan baik-baik saja?
Bahkan andaikan semua yang kita rasa kita perlukan itu tidak kita miliki sekalipun pada masa kini, akankah kita sekarat, tak dapat hidup lebih lama atau menjadi celaka?
Bahkan perkataan Yesus telah sering kita kutip tanpa kita benar-benar menyadari maknanya. Bukankah Yesus berkata, "Manusia hidup bukan dari roti saja…" Tidakkah itu menunjukkan betapa kebutuhan dasar manusia seperti makanan atau roti saja TIDAK MENENTUKAN KELANGSUNGAN HIDUP MANUSIA? Bukankah ada orang-orang yang berkelimpahan roti hingga segala yang serba mewah dalam hidupnya tetapi merasa hidupnya kosong dan tak memiliki makna sampai-sampai ada yang mengakhiri hidupnya sendiri?
Roti BUKAN segala-galanya bagi manusia. Tidak layak dijadikan pencarian, pengejaran apalagi perburuan tama, lebih-lebih hingga seumur hidup hanya dihabiskan untuk mengejar roti alias penghidupan jasmani semata.
Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah!
Asal kita punya makanan dan pakaian, dengan itu kita semestinya SUDAH PUAS! (Terjemahan Alkitab lainnya)
OLEH SEBAB ITU…. jika hari ini kita melihat hidup kita masih dapat makan makanan yang kita sukai, berteduh di rumah yang layak, memakai busana yang berfungsi baik dan sedap dipandang, dapat menjelajah dunia informasi dengan fasilitas internet atau bepergian dengan mudah dengan kendaraan yang nyaman atau masih sempat menikmati berbagai hiburan dan berwisata bersama keluarga… BUKANKAH ITU SEMUA TELAH JAUH MELEBIHI YANG TUHAN JANJIKAN YAITU AKAN MAKANAN, MINUMAN DAN PAKAIAN?
Bukankah itu KASIH KARUNIA serta KELIMPAHAN KEBAIKAN TUHAN BAGI KITA?
Itulah yang seharusnya kita terima dengan rasa puas dan ucapan syukur!
Lalu….mengapa kita sering masih merasa kurang dan terus fokus mengejar uang daripada Tuhan???
Bukankah sudah saatnya ketika beroleh pewahyuan Tuhan bahwa hidup kita ditebus dan dijadikan baru maka pengejaran kita seharusnya menjadi pengejaran hidup yang lebih tinggi dan lebih berarti daripada sekedar mencari pemenuhan kebutuhan dan keinginan hidup maupun harta dunia?
APAKAH KITA PERNAH DAN MASIH MELAKUKAN ITU SEBAGAI ORANG YANG MENGAKU SEBAGAI PENGIKUT KRISTUS?
Sebagai penutup, saya ingin menyampaikan yang Tuhan taruh di hati saya mengenai keinginan manusia.
Berhati-hatilah dengan setiap keinginan kita.
Sebagai murid Kristus, biarlah kehendak, kerinduan, keinginan, harapan serta selera kita selaras dengan hati dan kehendak Tuhan.
Menginginkan sesuatu yang lain yang berakar serta berpusatkan pemuasan diri, lebih-lebih jika kita menginginkan apa yang serupa dengan keinginan orang-orang duniawi, akan membuat kita kehilangan iman, menyimpang dari jalan yang benar, melepaskan Tuhan untuk kemudian menghambakan diri pada Mamon.
Almarhum Joseph Campbell, profesor literatur di AS, bahkan dengan berani mengatakan, "Saya pikir seseorang yang bekerja supaya ia bisa hidup -maksudnya, bekerja untuk mendapatkan uang- telah menjadikan dirinya sebagai budak."
Maksud Campbell jelas, orang yang bekerja untuk memperoleh uang, sesungguhnya menyerahkan dirinya untuk dikuasai dan dikendalikan hidupnya oleh uang. Keputusannya, gerak langkahnya, waktunya, tenaga, pikiran, perhatian dan semua daya yang ada padanya diserahkan demi uang.
Dari sini kita dapat lebih memahami mengapa Alkitab menyebut bahwa dunia akan dipenuhi para hamba uang.
Saya percaya bahwa sebagai manusia-manusia baru, ya, ciptaan-ciptaan baru, Tuhan sanggup memberikan kerinduan, keinginan dan hasrat yang baru. Ketika kota abadi yang di dalamnya Tuhan menyediakan tempat dan harta kekal kita semakin jelas terlihat mata iman kita, maka dunia dengan segala yang di dalamnya akan terasa menjemukan dan kian kehilangan daya tariknya.
Yesuslah yang kini harus menjadi pengejaran utama kita. Yang karena-Nya kita seharusnya meneladani Paulus, rela menganggap "apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus" dan bahkan "segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhan, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus!" (lihat Filipi 3:7-8).
Perhambaan pada uang terjadi ketika kita ingin memuaskan segala keinginan kita dalam hidup ini.
Perhambaan pada Tuhan dimulai ketika kita menerima dengan syukur apa yang kita miliki dan terima dari Tuhan setiap hari lalu menjadi puas di dalam Tuhan, serta yakin bahwa Dia pasti menjaga serta memelihara hidup kita selagi kita mengabdikan hidup dalam kehendak dan tujuan-tujuan-Nya.
Ingatlah selalu : APA YANG PALING ANDA RINDUKAN DAN DAMBAKAN DALAM HIDUP AKAN MENENTUKAN KEPADA SIAPA ANDA MENGHAMBA, pada ALLAH BAPA DI SORGA atau kepada Mamon!
Dan sekali lagi, jika kita tidak menghamba kepada yang benar maka sekalipun kita tidak mengakuinya, kita tetap menghamba kepada sesuatu yang kemungkinan bukan sesuatu yang benar.
Dan perkataan ini benar : cara terbaik tidak menghamba kepada uang atau ilah apapun dan manapun lainnya ialah dengan menghamba kepada Kristus.
(Bersambung)
SERIAL PENGAJARAN TERKAIT HAMBA UANG:
0 komentar:
Posting Komentar
Mohon TIDAK menggunakan kata-kata kotor atau kasar yang tidak memuliakan nama Tuhan. Terima kasih atas perhatiannya. Salam Revival!
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.