Oleh : Peter B
Sementara sikap cinta uang dan serakah dapat membuat seseorang diperhamba oleh uang, ada sisi lain yang menjadi sebab sekaligus menjadi indikasi seseorang telah menjadi hamba uang.
Ciri ketiga dari seorang hamba uang disiratkan oleh Ibrani 13:5 dalam bagian ayat yang berhuruf tebal ini :
Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu.
Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau."
~ Ibrani 13:5
Dikatakan di sana bahwa Tuhan berjanji akan menyertai, Ia tidak akan membiarkan anak-anak-Nya bahkan sama sekali Ia tidak pernah meninggalkan mereka. Itulah mengapa Yesus memerintahkan murid-murid-Nya supaya, "... janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu" (Matius 6:31-32).
Jika kita percaya bahwa Allah Bapa menjaga kita, memelihara kita dan pasti mencukupkan kebutuhan dasar kita, maka SUDAH SEHARUSNYA KITA TIDAK LAGI HIDUP DALAM KEKUATIRAN.
Namun jika sebaliknya yang terjadi, yaitu kita tidak percaya kepada Dia, maka KEKUATIRAN MENYUSUP MASUK DI HATI yang LAMBAT LAUN BISA MENGUASAI HATI KITA. Kita menjadi takut, cemas, bingung akan bagaimana kita memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu solusi manusia mengatasi kekuatiran tanpa menaruh percaya kepada Tuhan ialah BERPALING PADA UANG, karena uang dipandang sebagi sarana pemenuhan kebutuhan hidup.
Yesus menyebut mereka yang kuatir dan tidak mengenal Allah, akan mengisi hidupnya dengan "mencari" pemenuhan akan kebutuhan-kebutuhan hidupnya saja. Bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah hanya tahu satu hal selama hidupnya : bagaimana mencukupi dan memenuhi kebutuhan hidupnya itu. Didorong oleh kebutuhan dan kekuatiran tidak memperoleh penghidupan, umumnya manusia menjadikan pemenuhan kebutuhan hidup sebagai inti dan tujuan hidupnya. Ini bukan berarti mencari penghidupan bukan merupakan sesuatu yang buruk dan merupakan sesuatu yang rendah. Tetapi manusia, dari tujuan penciptaannya mula-mula dirancang demi sesuatu yang lebih tinggi dan lebih mulia dari sekedar menjalani hidup mencari penghidupan. Manusia diciptakan untuk memiliki hubungan kasih dengan Tuhan dan hidup bagi pencipta-Nya.
Jadi, inilah ciri ketiga dari seseorang yang hidupnya dikuasai uang : Hamba uang HATINYA KERAP DIRUNDUNG KEKUATIRAN TIDAK MENDAPATKAN KEBUTUHAN HIDUPNYA.
Kekuatiran seharusnya membuat kita sadar betapa lemahnya kita dan kita memerlukan pertolongan dsn berkat dari Yang Mahakuasa dan Maha Memelihara kita sehingga karena itu maka kita memandang pada Tuhan dan mengandalkan Dia dalam hidup kita.
Sayangnya, tidak semudah itu. Putusnya hubungan manusia dengan Tuhan, membuat manusia hanya percaya dan mengenal kemampuan dirinya. Tanpa Tuhan, manusia mengandalkan apa yang dapat diusahakannya dan dimiliknya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Karena uang menjadi alat untuk memperoleh kebutuhan serta keinginan hidup, maka manusia berpaling pada kekuatan uang dan mengandalkannya bagi hidupnya.
Sebagai penenang batinnya yang kerap diliputi ketakutan dan kekuatiran menjalani kehidupan, manusia menimbun harta. Demi memperoleh semacam jaminan bagi hidupnya melalui uang, orang rela menyerahkan dirinya, waktu, tenaga, dan setiap daya upaya.
DIJERUMUSKAN OLEH KEKUATIRAN KITA
Alkitab menunjukkan hubungan antara kekuatiran dan pencarian kekayaan bendawi dalam ayat-ayat berikut ini :
Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah.
~ Matius 13:22 (TB)
Dan yang lain ialah yang ditaburkan di tengah semak duri, itulah yang mendengar firman itu,
lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan dan keinginan-keinginan akan hal yang lain masuklah menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah.
~ Markus 4:18-19 (TB)
Yang jatuh dalam semak duri ialah orang yang telah mendengar firman itu, dan dalam pertumbuhan selanjutnya mereka terhimpit oleh kekuatiran dan kekayaan dan kenikmatan hidup, sehingga mereka tidak menghasilkan buah yang matang.
~ Lukas 8:14 (TB)
Dari tiga kali gambaran perumpamaan Yesus mengenai benih yang jatuh di tengah semak duri, kesemuanya menyebutkan suatu kehadiran bersama-sama dan hubungan yang erat antara kekuatiran dunia dan (tipu daya) kekayaan. Ketika kekuatiran disebut maka kekayaan juga turut disinggung di sana.
Ini setidaknya menunjukkan pada kita beberapa hal :
1- karena dikendalikan oleh kekuatiran, manusia dapat berpaling pada kekayaan yang disangkanya dapat diandalkan serta menjadi jaminan baginya
Kekayaan materi memang diumpamakan seperti kota benteng bagi pemiliknya
Kota yang kuat bagi orang kaya ialah hartanya,… .
~ Amsal 10:15
Kota yang kuat bagi orang kaya ialah hartanya dan seperti tembok yang tinggi menurut anggapannya.
~ Amsal 18:11
Dengan harta yang banyak, secara jasmaniah seseorang lebih berpeluang bertahan hidup. Itulah sebabnya mengapa banyak sekali orang yang mengandalkan harta sebagai perlindungan dan merasa aman karenanya.
Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku.
Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah!
~ Lukas 12:18-19 (TB)
Perkataan d atas barangkali merupakan perkataan umum yang kerap muncul di hati banyak orang. Namun, sesuai yang disampaikan Yesus, itu merupakan perkataan seorang kaya namun bodoh di pandangan Tuhan.
Melalui kisah orang kaya yang bodoh itu, Tuhan memperingatkan bahwa hidup manusia tidak tergantung berapapun banyaknya hartanya
Kata-Nya lagi kepada mereka: "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu."
~ Lukas 12:15
Adalah ajaran serta kehendak Tuhan supaya kita tidak bermegah atas banyaknya kekayaan kita :
Beginilah firman TUHAN: "Janganlah orang bijaksana bermegah karena kebijaksanaannya, janganlah orang kuat bermegah karena kekuatannya, janganlah orang kaya bermegah karena kekayaannya,"
~ Yeremia 9:23
Meskipun harta dipandang dapat menolong, seharusnya itu tidak boleh diandalkan dan m:n jadi tempat bergantung.
2- kekuatiran di hati rawan membawa orang terjerat tipu daya kekayaan
Kekayaan dalam batas tertentu memang menguntungkan. Barangkali itu pula sebabnya tidak sedikit yang tergiur memilikinya sebanyak-banyaknya melalui segala cara.
Hanya, banyak yang tiada menyadari bahwa di balik kekayaan yang besar ada bahaya yang besar pula.
Yesus berkata, "Lebih mudah seekor unta masuk lubang jarum daripada seorang kaya masuk ke dalam kerajaan sorga" (Matius 19:24) yang dapat diartikan jika kekayaan bisa menjadi PENGHALANG BAGI ORANG UNTUK MENGEJAR DAN MEMILIKI PERKARA-PERKARA SORGAWI.
Kekayaan juga menjadikan orang menjadi sombong, menilai dirinya terlalu tinggi sehingga merasa tidak perlu bergantung pada Tuhan.
Rasul Yakobus memperingatkan bahwa sekalipun dipandang tinggi oleh dunia, kedudukan orang-orang kaya tidak sekali begitu di hadapan Tuhan.
Yang terjadi kerap kali malah kebalikannya :
Orang kaya tidak perlu merasa dirinya lebih tinggi dari orang miskin :
Baiklah saudara yang berada dalam keadaan yang rendah bermegah karena kedudukannya yang tinggi,
dan orang kaya karena kedudukannya yang rendah sebab ia akan lenyap seperti bunga rumput.
~ Yakobus 1:9-10
Seanjutnya, kehidupan yang nyaman dan mewah tanpa mengingat Tuhan dan sesama, merupakan kehidupan yang sengsara dan harus diratapi!
Jadi sekarang hai kamu orang-orang kaya, menangislah dan merataplah atas sengsara yang akan menimpa kamu!
Kekayaanmu sudah busuk, dan pakaianmu telah dimakan ngengat!
Emas dan perakmu sudah berkarat, dan karatnya akan menjadi kesaksian terhadap kamu dan akan memakan dagingmu seperti api. Kamu telah mengumpulkan harta pada hari-hari yang sedang berakhir.
~ Yakobus 5:1-3
Berbeda dengan kebanyakan orang-orang dunia memandangnya, Paulus menyebut kekayaan dengan istilah yang barangkali mengejutkan. Ya, harta benda disebut Paulus sebagai "sesuatu yang tidak tentu (atau yang tidak pasti)"
Peringatkanlah kepada orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan, …
~ 1 Timotius 6:17 (TB)
Mengandalkan diri pada kekayaan, sekalipun sekilas tampak dapat dijadikan sandaran, sesungguhnya tidak akan bertahan lama. Banyak contoh kekayaan lenyap dalam waktu singkat dan dalam situasi tertentu, uang yang banyak sekalipun tak dapat digunakan untuk apa-apa seperti misalnya ketika bencana alam terjadi dan perdagangan lumpuh. Begitu pula jika terjadi krisis ekonomi sehingga menyebabkan nilai uang menjadi jatuh sangat rendah.
Pengharapan kita yang pasti dan tak tergoyahkan adalah TUHAN sendiri, yang memiliki tubuh dan nyawa kita. Mereka yang berharap kepada Tuhan akan dipelihara dengan segala cara, bahkan melalui cara-cara yang melampaui akal, untuk membuktikan bahwa manusia hidup bukan hanya dari roti saja tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Tuhan.
3- kekuatiran yang mengendalikan hidup manusia bisa membuat orang memusatkan diri mengejar kekayaan daripada mengisi hidup sebagai pelaku-pelaku firman setiap harinya
Sebagaimana diungkapkan dalam perumpamaan Yesus, kekuatiran hidup yang disandingkan bersama tipu daya kejayaan diumpamakan seperti semak duri yang menghimpit benih firman, menghalangi benih itu tumbuh dengan baik dan sempurna sebagaimana mestinya. Benih itu bertumbuh namun pertumbuhannya terhambat. Dengan susah payah, ia muncul sebagai tanaman yang kurang nutrisi dan tidak subur. Hasil dari benih tersebut adalah suatu tumbuhan yang tidak berbuah atau tidak menghasilkan buah yang matang.
Dan yang lain ialah yang ditaburkan di tengah semak duri, itulah yang mendengar firman itu,
lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan dan keinginan-keinginan akan hal yang lain masuklah menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah.
~ Markus 4:18-19
Yang jatuh dalam semak duri ialah orang yang telah mendengar firman itu, dan dalam pertumbuhan selanjutnya mereka terhimpit oleh kekuatiran dan kekayaan dan kenikmatan hidup, sehingga mereka tidak menghasilkan buah yang matang.
~ Lukas 8:14
Sari-sari makanan dalam tanah yang seharusnya diserap dengan baik dengan kadar penuh, rupanya diserap oleh tanaman semak-semak duri di sekitarnya. Ini menggambarkan mengenai perhatian, sumber daya serta energi yang ada tidak difokuskan untuk mengejar buah-buah rohani di dalam Tuhan tetapi juga untuk perkara-perkara lain.
Akar dari kata "kuatir" dalam bahasa Gerika mengandung pengertian "memecah" atau "membagi". Dan ini memperjelas pengertian bahwa mereka yang kuatir seringkali terpecah perhatiannya, pemikirannya dan fokus pengejarannya. Orang yang kuatir lebih dikuasai kebimbangan daripada keyakinan dan keteguhan hati. Ketika keraguan menyusup, maka kekuatan dan usaha kita menjadi lebih lemah daripada seharusnya.
Begitu juga jika kita hendak berjalan bersama Tuhan tetapi hati kita menyimpan kekuatiran. Pandangan kita terbagi. Iman kita mendua. Tak lagi fokus mengejar apa yang Tuhan kehendaki untuk kita kejar. Kita mengusahakan kehendak Tuhan dengan setengah hati untuk kemudian mencoba melakukan yang lain, yang dirasa dapat meredam kekuatiran kita.
Alih-alih menaruh keyakinan PENUH dan SATU-SATUNYA pada Tuhan, kekuatiran membuat kita terbagi : mengandalkan Tuhan SAMBIL mengandalkan yang lain -yang sejatinya sama dengan TIDAK MENGANDALKAN TUHAN dalam prakteknya.
"Tidak ada waktu untuk hal rohani, sulit menyediakan waktu untuk Tuhan karena harus mengejar target memenuhi kebutuhan hidup" adalah alasan klasik dari mereka yang hatinya penuh kekuatiran sekaligus masih percaya pada kekayaan sebagai sandaran hidup. Tidak mengherankan jika pada akhirnya pertumbuhan rohani mereka TIDAK NORMAL, menjadi MENYIMPANG DARI YANG SEMESTINYA, yang seharusnya bertumbuh sebagai manusia-manusia rohani yang kuat dan perkasa dalam Tuhan, mengerti jalan-jalan Tuhan dsn hukum-hukum rohani Kerajaan Allah dalam suatu kehidupan yang penuh kuasa namun kemudian muncul sebagai orang-orang Kristen yang memusatkan hidup serta mendambakan perkara-perkara duniawi. Orang-orang Kristen seperti ini lebih rindu mencapai kesuksesan sebagaimana ukuran dunia, dengan cara meyakini dan mengklaim berkat-berkat jasmani itu melalui ayat-ayat Alkitab yang diajarkan dan ditafsirkan menurut pengertian serta harapan-harapan di hati yang tertuju pada dunia ini.
Kekuatiran yang berkelindan dengan keserakahan membelit jiwa manusia ke dalam jerat maut yang membawa mereka menjauh dari Tuhan lalu tunduk pada perbudakan uang.
PERBEDAAN MENDASAR
Mengetahui betapa kekuatiran dapat menjerat orang dalam perhambaan uang, jelas sekali Yesus tidak main-main memperingatkan supaya pengikut-pengikut-Nya supaya tidak kuatir.
Orang yang menaruh pengharapan dan meletakkan seluruh penghidupannya kepada Tuhan PASTILAH orang yang percaya akan janji Tuhan : "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau". Orang yang menghamba kepada Tuhan tak menaruh rasa amannya pada uang maupun harta benda sebagai sandaran hidupnya. Ia sadar dan yakin sepenuhnya TUHANLAH PENENTU KEHIDUPANNYA. Orang demikian akan selalu berkata dengan yakin dalam hatinya :
"Tuhan adalah Penolongku. Aku tidak akan takut.. ." (Ibrani 13:6)
Sebaliknya, mereka yang kuatir sesungguhnya tidak percaya pada Tuhan. Mereka, akhirnya, mengandalkan yang lain, yaitu Mamon. Percaya pada kekuatan uang dan harta. Dapatkah itu mengusir kekuatiran dari hati mereka? Untuk sementara mungkin bisa. Tapi kekuatiran akan hal lain akan terus berdatangan, berusaha menyelinap masuk di hatinya.
Kekuatiran yang terlalu banyak dan beragam jenisnya, yang bahkan banyaknya uang tak mampu mengatasinya.
Benarlah jika dikatakan :
Uang bisa membeli minyak wangi yang termahal, tetapi uang tidak dapat membeli nafas yang teratur dan segar.
Uang bisa membeli makanan enak, tetapi uang tidak bisa beli nafsu makan.
Uang bisa membeli rumah megah, tetapi uang tidak dapat membeli kenyamanan yang tinggal di dalamnya.
Uang bisa membeli vitamin yang termahal, tetapi uang tidak dapat membeli kesehatan.
Uang bisa membeli tempat tidur yang mewah, tetapi tidak dapat membeli tidur nyenyak.
Uang bisa membeli suasana pesta, tetapi uang tidak dapat membeli rasa gembira dan suka-cita.
Uang bisa membeli tiket berlibur panjang, tetapi uang tidak dapat membeli rasa senang menikmati liburan itu.
Uang bisa membeli seks, tetapi tidak dapat membeli cinta yang sejati.
Uang bisa membeli obat awet muda, tetapi uang tidak dapat membeli nyawa.
UANG BISA MEMBELI "SESUATU" TAPI TIDAK BISA MEMBELI "KEPUASAN DI HATI"
UANG bisa membeli KESENANGAN tapi tidak bisa membeli KEBAHAGIAAN.
Sungguh, kekuatiran bercampur dengan keinginan manusia yang tak memiliki batas tidak akan membiarkan orang tenang sekalipun uang yang banyak dalam genggaman. Ketakutan kehilangan harta bercampur dengan keinginan memperoleh lebih banyak lagi akan menariknya dalam lautan kegelisahan dan keterombang-ambingan. Seumur hidupnya. Suatu kehidupan yang tak pernah menemukan kedamaian yang sesungguhnya.
Hanya di dalam Tuhan, jiwa kita tenang.
Beroleh damai penuh sejahtera.
Sukacita. Kelegaan. Yang bahkan melampaui yang bisa diberikan segala harta.
Dalam perhambaan uang, kekosongan dan kehausan terus datang.
Dalam penundukan dan perhambaan kepada Tuhan, jiwa kita menemukan ketenangan sejati.
Di dalam Dia saja ada bahagia kita.
(Bersambung)
SERIAL PENGAJARAN TERKAIT HAMBA UANG:
0 komentar:
Posting Komentar
Mohon TIDAK menggunakan kata-kata kotor atau kasar yang tidak memuliakan nama Tuhan. Terima kasih atas perhatiannya. Salam Revival!
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.