KOMUNITAS PERSATUAN INTERDENOMINASI GEREJA YANG MEMPERJUANGKAN TERJADINYA KEBANGUNAN ROHANI

HAMBA UANG (1)

Posted By passion for revival on Rabu, 16 Juni 2021 | 4:09 PM

Oleh : Peter B


"Janganlah kamu menjadi hamba uang… "
~ Ibrani 13:5

Pesan firman Tuhan jelas sekali. 

"JANGAN MENJADI HAMBA UANG"

Sesungguhnya kebenaran ini pun dikenal luas oleh orang-orang dunia. Sudah sering kita dengar kalimat terkenal, yang disampaikan pertama kali oleh PT Barnum, salah satu pelopor bisnis pertunjukan di Amerika : 

"Uang itu hamba yang luar biasa dan majikan yang mengerikan"

Menjadi penguasa dari uang dapat memberikan keleluasaan dan kemudahan dalam hidup seseorang namun di sisi lain, dikuasai oleh uang dapat membuat hidup menjadi penuh derita. 

Masalahnya, kita sering tidak tahu dan tidak mampu membedakan apakah kita ini menjadi tuan dari uang atau hamba darinya. 
Yang kaya dan punya banyak uang mungkin berpikir uang itu merupakan alat di tangannya sehingga ia dapat melakukan dan mencapai apa yang diinginkannya. Di satu sisi, bisa jadi itu benar. Tapi, siapakah yang benar-benar tahu bahwa di balik itu ia malah diperhamba oleh uang karena uanglah yang menjadi andalannya? 

Yang tidak memiliki banyak uang barangkali memandang dirinya bukan budak uang tapi benarkah demikian? Mungkinkah hidupnya justru mencerminkan dia sedang dikendalikan oleh kebutuhannya akan uang karena pengejarannya yang tak henti dan kenal lelah untuk mendapatkan uang? 

Apa sesungguhnya yang disebut menjadi "hamba uang" itu?

Bagaimana kita tahu kita ini hamba uang atau bukan?

Bagaimana kita dapat benar-benar yakin telah melakukan kebenaran firman bahwa kita tidak termasuk sebagai hamba uang? 

Kita akan mendalaminya melalui tulisan ini. 


MANUSIA DICIPTAKAN UNTUK MENGHAMBA PADA SESUATU
Walaupun terdengar mengejutkan bagi yang belum pernah mendengar hal ini, tapi ketahuilah bahwa pada dasarnya manusia diciptakan dengan sifat dasar untuk menghamba kepada sesuatu. Secara tidak disadari, ia bisa menghamba pada ambisi, keinginan, hawa nafsu hingga kesenangan-kesenangannya sendiri. Juga, secara langsung atau tidak langsung, manusia sebenarnya menghamba pada hal-hal di luar dirinya seperti kepada figur pemimpin tertentu, pada pengaruh teman-teman pergaulannya, pada pekerjaan, atau tunduk pada tekanan hingga pada pengejaran akan hal-hal kebendaan seperti kekayaan atau uang. 

Meskipun seseorang berpikir bahwa dirinya bebas dari apapun, sesungguhnya selalu ada sesuatu yang mengendalikan diri orang. Paling tidak, ia dikuasai oleh ego atau keinginan-keinginan dalam dirinya sendiri. Karena keinginan lepas dari berbagai keinginan diri itulah, ada ajaran agama yang berusaha menunjukkan jalan supaya manusia bisa lepas dari segala keinginan yang dipandang mendatangkan siksaan dan menghambat kebahagiaan terjadi dalam hidupnya . Dan mungkin saja karena mengikuti ajaran agama tersebut kemudian seseorang mulai bisa mengatur dan menguasai keinginan atau nafsunya namun bukankah kini ia diperhamba oleh suatu ajaran agama? 

Salah satu kutipan terkenal masa kini adalah "manusia (bebas) itu (mampu) memilih, sedangkan budak hanya nurut saja"

Tampaknya memang benar bahwa ketika kita berani mengambil pilihan sendiri dan tidak sekedar menuruti keadaan atau tekanan di sekitar atau di dalam kita saja, maka kita sepertinya tampak seperti manusia yang merdeka. 
Tapi, sadarkah kemudian jika demikian bahwa kita akhirnya dikendalikan dan diperbudak oleh tirani kehendak bebas kita itu sehingga kita menjadi manusia arogan dan memandang diri super? 

Pernyataan lain berkata, "bekerja untuk uang itu budak:  bekerja untuk tujuan itu manusia (normal): tetapi membuat uang bekerja untuk suatu tujuan, itu baru menjadi tuan."
Benar di satu sisi. Namun ketika kita memiliki tujuan yang kita fokuskan untuk kita kejar dan capai dengan segenap keberadaan kita, tidakkah hal itu membuat kita tanpa sadar diperhamba oleh tujuan (-tujuan) tersebut? 

Manusia selalu diperhamba oleh sesuatu. Ia tidak pernah tidak disetir dan dikendalikan oleh sesuatu. Tanpa hidup yang demikian, eksistensi seorang manusia bisa dipertanyakan.

Satu hal yang JARANG DISADARI oleh manusia adalah bahwa mereka diciptakan untuk menghamba kepada Pencipta mereka. Itulah yang terbaik dan paling sesuai dengan rancangan penciptaan mereka. Bahkan sejak semula, dalam kitab Kejadian dituliskan, bahwa manusia diciptakan dan diberi tugas oleh Tuhan. Itulah makna keberadaan manusia :  melakukan apa yang Tuhan kehendaki, sambil menjalin hubungan dalam ketergantungan yang besar dan mutlak pada Tuhan. 

Keberadaan manusia tanpa menghamba dan menyerahkan diri melakukan kehendak Tuhan justru menuntunnya pada jerat. Untuk jatuh dalam perhambaan lain, yang sesungguhnya makin menyiksa dan menyengsarakan dirinya sendiri. Tanpa penundukan pada otoritas sorgawi, manusia dikuasai dosa dan keinginan-keinginan jahat yang mendesak, mendorong, menyeret bahkan menghanyutkan mereka pada cengkeraman kuasa kegelapan yang makin kuat. Semakin jauh dsri Tuhan, perbudakan atas manusia semakin mengerikan. Di dalam cengkeraman iblis, manusia tidak lebih sekedar mainan-mainan atau wayang-wayang yang hanya  mengikuti permainan iblis, sang dalang yang jahat. Manusia disesatkan dan dihancurkan hidupnya, dibawa menuju berbagai hal yang tampaknya bebas, menyenangkan dan memuaskan hati namun sesungguhnya membuatnya terperangkap dalam rantai-rantai perbudakan yang lebih kuat dan banyak. 

Tanpa Tuhan, manusia sejatinya hidup dalam perbudakan keji. Jauh berbeda dengan perhambaan kepada Tuhan yang penuh dengan kelimpahan dan kebebasan sejati. Bukankah di Eden, hanya ada satu peraturan saja supaya tidak dilanggar? Oh, betapa ringan dan mudahnya di bawah pemerintahan dan pengendalian ilahi! 

Jadi, jelas sekali manusia tidak bisa lepas dari perhambaan karena itu adalah salah satu kodrat penciptaannya. 

Itulah sebabnya TUHAN menyampaikan firman seperti ini kepada umat Israel : 

"Karena engkau tidak mau menjadi hamba kepada TUHAN, Allahmu, dengan sukacita dan gembira hati walaupun kelimpahan akan segala-galanya, 
maka dengan menanggung lapar dan haus, dengan telanjang dan kekurangan akan segala-galanya engkau akan menjadi hamba kepada musuh yang akan disuruh TUHAN melawan engkau. Ia akan membebankan kuk besi ke atas tengkukmu, sampai engkau dipunahkan-Nya. 
~ Ulangan 28:47-48 (TB)

Tuhan rindu kita menjadi hamba-Nya bukan supaya kita tersiksa, diperas, ditekan dan dibuat sengsara. Kita dipanggil menghamba kepada-Nya supaya kita tidak menghamba kepada sesuatu yang lain, yang cenderung membawa malapetaka dan celaka bagi kita. Di dalam penghambaan kepada Tuhan, kita menemukan kebebasan dan kemerdekaan sejati karena di dalam penundukan dan penerimaan akan pengendalian Tuhan maka kita dapat masuk dalam rencana Tuhan yang berkehendak mendatangkan kebaikan, keberuntungan dan kelimpahan sejati bagi hidup kita. 
Itulah yang berkali-kali Tuhan nyatakan di Alkitab sebagaimana halnya kita diumpamakan sebagai domba-domba dan Dia sebagai gembala kita. Penundukan domba-domba mewakili hal yang serupa dengan penghambaan. Demikian pula dengan kehidupan Yesus yang menjadi hamba untuk melaksanakan dan serta menyelesaikan pekerjaan Bapa bagi-Nya. 
Dalam kendali Tuhan, hidup kita terkendali, serta berada di tangan yang benar. Jauh lebih baik daripada di yang oknum atau perkara lain. Bahkan jauh lebih baik daripada di tangan kita sendiri. 

"…  biarlah kiranya kita jatuh ke dalam tangan TUHAN, sebab besar kasih sayang-Nya; tetapi janganlah aku jatuh ke dalam tangan manusia."
~ 2 Samuel 24:14

Dan jangan pernah lupakan perkataan anak bungsu yang bertekad kembali ke rumah bapanya setelah tahu betapa sia-sianya hidup menghamba pada hawa nafsu dan keinginannya sendiri : 

 Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan.
 Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa,
 aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa.
~ Lukas 15:17-19 (TB)

Kelimpahan dan tak kekurangan adalah bagian dari hidup mereka yang menghamba kepada Tuhan. Itulah sebabnya anak yang hilang ini merasa jauh lebih baik menghamba pada bapanya (yang merupakan gambaran dari Tuhan, Bapa kita di sorga) daripada kepada siapapun yang lain. 

Karena itu jelaslah bagi kita bahwa tidak ada cara yang lebih baik untuk tidak menjadi hamba uang selain hidup menghamba kepada Tuhan - yang jauh melampaui dan tak bisa dibandingkan semua harta dunia sekalipun. 

(Bersambung)


 
 
   
 
   
Blog, Updated at: 4:09 PM

0 komentar:

Posting Komentar

Mohon TIDAK menggunakan kata-kata kotor atau kasar yang tidak memuliakan nama Tuhan. Terima kasih atas perhatiannya. Salam Revival!

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.