KOMUNITAS PERSATUAN INTERDENOMINASI GEREJA YANG MEMPERJUANGKAN TERJADINYA KEBANGUNAN ROHANI

MERANGKUL PERUBAHAN (3 - Selesai)

Posted By passion for revival on Rabu, 06 September 2023 | 11:18 AM

Oleh Peter B, MA




“Perubahan yang terus menerus adalah sesuatu yang menyenangkan. Masa lampau akhirnya dapat dijadikan panduan bagi masa depan.
-Charles Handy (Penulis dan pakar manajemen Inggris)


“Dia lebih takut pada perubahan daripada takut akan bencana,
Apakah yang dapat ia lakukan untuk menghadapinya
Bencana yang mengancam?" 
-Max Frisch (Dramawan dan Novelis Swiss)


"Hanya orung yang paling bijaksana dan paling bodoh yang tidak dapat berubah" 
-Confusius (Filsuf Cina)


Tahunnya adalah 1936. Tempat kejadian: Berlin, Jerman. Eventnya adalah Pesta Olahraga level dunia Olympiade. Tokoh utamanya adalah seo rang pemuda kulit hitam berusia 23 tahun berkebangsaan Amerika Serikat. Namanya Jesse Owens.

Jesse Owens dikenal dunia hingga kini bukan saja karena ia me menangkan empat medali emas dan memecahkan sembilan rekor pada Olym piade 1936 di Berlin, Jerman tetapi ada sesuatu yang luar biasa pada saat tampilnya ia sebagai juara dunia lari 100 meter yang rekornya bertahan selama hampir setengah abad (48 tahun). Jika Anda memperhatikan kembali tahun dan tempat berlangsungnya kejuaraan dunia olahraga itu, Anda mungkin dapat memperkirakannya.

Untuk sekedar diketahui, tahun-tahun sekitar 1936 hingga 1940 merupakan masa-masa keemasan dimana Adolf Hitler, diktator Jerman terbesar yang sangat jahat itu berkuasa. Pada saat itu, Jerman mulai tampil sebagai suatu kekuatan baru di Eropa setelah sekian lama terpuruk sebagai suatu bangsa. Adalah Hitler yang membangkitkan kembali jiwa kebanggaan Jerman sebagai suatu bangsa yang besar. Lebih daripada itu, dengan pengaruh yang semakin besar, Hitler menyebarkan suatu paham diskriminasi yang tajam, yang dianutnya dengan sangat fanatik. Intinya adalah bahwa ras bangsa Arya (yaitu bangsa kulit putih Eropa atau bangsa Jerman pada khususnya) merupakan suatu jenis keturunan manusia yang paling hebat dan paling unggul di muka bumi. Oleh karena itu pulalah, pada waktunya Hitler menjalankan rencana besarnya menaklukkan seluruh Eropa sembari dengan tanpa belas kasihan membantai jutaan warga Yahudi dan menekan ras suku bangsa lainnya. Dunia sedang mengalami salah satu perubahan yang terbesar dalam sejarah. Terbukti kemunculan Hitler yang memegang tampuk kekuasaan Jerman selama tahun 1932 hingga 1945 menjadi sebab dari salah satu peristiwa paling berpengaruh dalam sejarah peradaban manusia yaitu Perang Dunia II.

Dalam suasana dunia dan kondisi pemerintahan Jerman yang penuh dengan keyakinan diri akan keunggulan ras mereka, kemenangan Jesse Owens sebagai seorang kulit hitam yang meraih empat medali emas dan memecahkan banyak rekor dunia pada waktu itu menjadi sesuatu yang luar biasa. Kemenangan Owens lomba lari 100 dan 200 meter, lompat jauh dan lari estafet 400 meter mencengangkan seluruh penonton  waktu itu bahkan publik Jerman sendiri. Tidak henti-hentinya para penonton mengelu-elukan Owens pada saat ia bertanding. Walaupun pada akhirnya, Hitler yang menjadi pemimpin Jerman saat itu menolak untuk memberikan selamat kepada Owens, hal itu sama sekali tidak mengecilkan prestasi luar biasa dari seorang kulit hitam yang kakeknya adalah seorang budak dan ayahnya seorang buruh tani. Pencapaian Owens membuktikan bahwa kemenangan serta terobosan dapat diwujudkan sekalipun dalam tekanan atau penolakan di tengah-tengah perubahan dahsyat yang sedang terjadi di sekitar seseorang.


MERAIH KEMENANGAN DALAM HIDUP YANG PENUH PERUBAHAN
Orang-orang yang dianggap sukses dalam bidang kehidupan yang digelutinya pada dasarnya memiliki banyak persamaan. Salah satunya ialah mereka itu orang-orang yang tekun dan tidak mudah menyerah menghadapi perubahan dan tantangan hidup yang bertubi-tubi menghalangi mereka mencapai tujuan. Para visioner sejati tidak kenal lelah. Mereka juga tidak pernah menyerah atau berhenti di tengah jalan. Jalan terjal berliku yang dipenuhi kerikil-kerikil tajam tidak menyurutkan langkah mereka menuju cita-cita besar yang membara di hati mereka. Sebelum impian mereka tergenapi, mereka bertahan dan tetap maju. Perubahan di sekeliling mereka justru memacu peruba-han-perubahan yang diperlukan di dalam jiwa dan karakter mereka sehingga mereka akhirnya siap dan layak memperoleh penghargaan bagi jerih lelah mereka : impian menjadi kenyataan.

Jadi menang atas kehidupan yang penuh perubahan bukan sesuatu yang mustahil. Kenyataannya, rasul-rasul yang tidak lain adalah para murid Yesus selama 3 1/2 tahun dibawa dari pengalaman kepada pengalaman, pergolakan demi pergolakan dan perubahan demi perubahan selama mereka mengikuti pelayanan Yesus Kristus. Mereka perlahan-lahan dibentuk dan diubahkan sesuai dengan rencana Allah atas hidup mereka. Mereka disiapkan dan akhirnya mereka berubah. Di hari Pentakosta 2000 tahun lalu, mereka bukan lagi sekelompok nelayan, pemungut cukai, tentara bayaran dan sebagainya. Mereka telah menjadi rasul-rasul Kristus! Dan perubahan pun masih belum berakhir. Proses Tuhan masih bekerja hingga hari terakhir mereka di bumi. Ya, sekalipun mereka seringkali disebut sebagai 'rasul-rasul yang tiada taranya itu' (2 Korintus 11:5), rupa Kristus harus nyata dalam hidup mereka setiap hari (2Korintus 4:11).

Dari batu yang tidak berharga menjadi intan berlian. Dari hidup sia-sia menjadi hidup yang mulia. Dari penyebar kematian dan kutuk menjadi pembawa berita kehidupan dan keselamatan. Itulah yang dikerjakan Tuhan kepada setiap orang yang mau mengikut Dia dengan segenap hati. Sejak seorang pemuda sadis bernama Saulus berjumpa dengan Tuhan di jalan menuju Damsyik (Kisah Para Rasul 9:1-18), Tuhan mendesak dan membawa pemuda itu dalam perubahan-perubahan yang sangat drastis. Setelah pertobatannya, ia belajar dari Tuhan di tanah Arab tiga tahun lamanya (Galatia 1:15-18), melayani dalam pelayanan kepada jemaat dengan setia bersama Barnabas (Kisah Para Rasul 11:25-30), menghadapi berbagai bahaya dalam pelayanan baik bersama-sama rekan (Kisah Para Rasul 16:19-24) maupun sendirian (Kisah Para Rasul 16:19-24), pernah mengalami keadaan hampir mati (Kisah Para Rasul 27) dan menjalani penderitaan hidup yang paling ekstrim (Kisah Para Rasul 27), tetapi akhirnya ia -yang kini menjadi Paulus, sang rasul- berhasil menyelesaikan tiga perjalanan besar selama hidupnya. Banyak orang berkata : tanpa Paulus, Eropa tidak akan pernah seperti sekarang ini. Dan inilah perkataan orang yang telah mengalami dahsyatnya perubahan namun menang atas semuanya itu bersama Tuhan:

Mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat. Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya (2 Korintus 11:24-28)

Saya sudah membaca puluhan kali ayat di atas. Bagi saya itu merupakan salah satu perkataan terakhir sebelum mati yang terbaik yang pernah saya tahu. Kita akan dapat mengatakan perkataan yang demikian sebelum mati jika kita mampu hidup berkemenangan mengatasi perubahan dan mencapai tujuan bersama Kristus (2 Timotius 4:6-8). Betapa berarti dan mulianya hidup yang demikian!

Jika hamba-hamba Tuhan di masa lampau berhasil menjadi visioner-visioner illahi dan berkemenangan dalam pergolakan dunia yang tidak berhenti berubah menentang Injil, tentu kita pun -oleh kasih karunia Tuhan- bisa. Oleh karena itulah kita akan mempelajari sejumlah kebiasaan dan gaya hidup para visioner illahi supaya kita bukan saja berani merangkul perubahan namun lebih dari itu kita akan keluar sebagai orang-orang yang tidak tergoncangkan oleh perubahan dunia. Ya, perubahan-perubahan yang terjadi di sekeliling kita sehari-hari pada akhirnya hanya akan menjadi pengaruh bagi perubahan kita yaitu semakin serupa dengan Kristus. Poin-poin berikut ini merupakan persamaan yang ada di antara mereka yang berkemenangan bersama-sama dengan Tuhan dalam perubahan yang terus menerus.


1.MEMANFAATKAN PERUBAHAN MENJADI KEUNTUNGAN BAGI KITA
Banyak orang berpikir bahwa apabila zaman berubah menjadi gila, maka jika mereka tidak ikut menjadi gila maka mereka tidak akan dapat bertahan hidup. Pepatah Jawa berkata, “Ing zaman edan, sing ora melu edan, ora keduman.” Ini pola pikir dunia yang dikendalikan perbudakan Kerajaan Kegelapan. Kita yang dimerdekakan memiliki keuntungan yang besar. Kita tidak perlu lagi tunduk kepada kuasa pemerintahan iblis yang 'memaksa' kita untuk melakukan kegilaan-kegilaan untuk mempertahankan kelangsungan hidup di dunia ini. Dalam salah satu traktat komik yang pernah saya baca, roda kehidupan di muka bumi ini diibaratkan seperti mesin-mesin gila dimana orang yang hidup di dalamnya berusaha untuk hidup secara waras tetapi pada akhirnya mau tidak mau turut menjadi gila. Ini benar. Iblis secara giat menjalankan mesin-mesin gilanya dan menghancurkan hidup manusia di dalamnya -cepat atau lambat. Tetapi -sekali lagi- di dalam Kristus kita telah dibebaskan dan menjadi warga negara Kerajaan Allah ( Filipi 3:20) yang patuh hanya kepada hukum-hukum Kerajaan Allah.

Lebih daripada kehidupan yang sedang berlangsung di atas dunia ini, kita memiliki hak istimewa untuk mengambil keuntungan dari perubahan-perubahan yang terus menerus terjadi dalam hidup kita. Para tokoh-tokoh besar sepanjang sejarah dunia pada dasarnya -dalam ukuran yang terbatas-adalah orang-orang yang tahu bagaimana memanfaatkan perubahan-perubahan (baik itu berupa rintangan atau kendala hidup maupun kesempatan-kesempatan baik yang menghampiri hidup mereka). Sesungguhnya, kita -yang dipanggil untuk hidup sebagai visioner-visioner illahi- seharusnya memiliki karakter yang demikian -bahkan lebih lagi. Kita dapat mengubahkan seluruh pergumulan atau pergolakan hidup yang kita alami menjadi suatu keuntungan, sepenuh-penuhnya. Keadaan yang terburuk sekalipun dapat menjadi kesempatan terbesar kita bersama-sama dengan Tuhan. Kesulitan dan tantangan yang secara manusiawi begitu dahsyat sesungguhnya akan menjadi batu loncatan kita menuju kepada kemuliaan yang lebih besar.

Tahukah Anda kisah mengenai Empat Sekawan? Bukan, ini bukan semacam cerita novel anak-anak yang terkenal. Ini kisah nyata mengenai empat pemuda tanggung yang menyerah dan tunduk kepada nubuatan nabi Yeremia. Sang nabi pada waktu itu bernubuat bahwa apabila penduduk Yehuda tidak memberontak dan melawan raja Babel melainkan tunduk menyerahkan diri ke dalam tawanan, mereka akan memperoleh keselamatan dan keadaan yang lebih baik (Yeremia 21:8-10). Atas dasar nubuatan itulah Daniel, Hananya, Misael dan Azarya menyerahkan diri kepada orang-orang Kasdim untuk dibawa ke Babel. Ketahuilah, saudaraku, ini merupakan suatu perubahan hidup yang besar. Yang menarik adalah bahwa ternyata perubahan ini menjadi suatu titik balik yang luar biasa dalam hidup mereka. Di Yehuda, empat orang pemuda ini tidak memiliki pengaruh yang besar walaupun mereka sangat berbakat. Di Babel, mereka justru memasuki tahap kehidupan yang lebih tinggi. Mereka mulai mengembangkan karunia dan talenta mereka. Mereka mulai menjadi pribadi dimana mereka telah ditetapkan oleh Tuhan. Ya, selama beberapa puluh tahun Babel menjadi tahu dan mulai belajar bahwa ada Allah semesta alam yang mengatasi segala allah. Dan raja-raja beserta segenap bangsa paling adi daya zaman itu mendengar tentang Allah sejati dari kehidupan empat orang pemuda Yahudi itu. Pembuangan, tawanan, gaya hidup penyembahan berhala, intrik-intrik, tantangan-tantangan hidup di sekeliling Daniel dan kawan-kawannya terbukti tidak pernah menelan dan mengalahkan mereka. Sebaliknya, sepanjang umur mereka, semuanya menjadi suatu kesempatan untuk bersaksi bahwa Allah Yehovah adalah Allah yang perkasa dan tiada Allah lain yang seperti Dia. Semuanya karena Daniel dan sahabat-sahabatnya itu mau menerima perubahan, membiasakan hidup di dalamnya dan puncaknya : mereka berhasil mengambil keuntungan dari masalah, kegoncangan, tekanan dan kesulitan dalam hidup mereka.

Pertanyaannya, bagaimana kita dapat mengubahkan segenap tekanan dan goncangan hidup menjadi manfaat bagi kita? Pertama-tama, jangan lari dari masalah atau tantangan. Mereka yang tidak mempunyai nyali untuk berhadapan dengan kesulitan sekecil apapun dapat dipastikan akan mengalami kerugian terbesar. Mungkin saja Anda berpikir dimana kerugiannya? Pada satu sisi, orang yang tidak berani mengambil resiko untuk berjuang menghadapi masalahnya mungkin tidak akan mengalami kerugian sebesar mereka yang maju dan gagal. Tetapi pada tahap tertentu, mereka mengalami kerugian yang besar karena orang-orang yang demikian tidak akan pernah membuat kemajuan. Dalam hati kecilnya, mereka merindukan pertambahan, kemajuan, peningkatan dan sesuatu yang lebih baik. Sayangnya, ini hanya impian bagi mereka yang berpangku tangan, berdiri di sudut atau bahkan beringsut pergi saat keadaan menjadi semakin berat.

Lihat dan amatilah para pelaku olahraga ekstrem (extreme sports) seperti terjun payung, bungee jumping (Bungee Jumping adalah satu jenis olahraga dimana seseorang melompat terjun dari suatu ketinggian tertentu dengan salah satu kakinya diikat dengan tali yang dapat menahan kejatu-han mereka ke tanah. Berawal dari tradisi suatu suku di Afrika, kini berkembang menjadi suatu rekreasi olahraga yang sangat disukai di seluruh dunia), pereli mobil dan sebagainya. Semakin besar tantangannya, semakin bersemangatlah mereka. Bagi para peselancar yang ahli, ombak yang besar bukan saja dibutuhkan tetapi sangat dinantikan. Mengapa? Karena mereka akan menghasilkan gerakan-gerakan paling indah dan spektakuler dalam permainan mereka. Dan ini berlaku pula bagi para pemanjat tebing yang merambat dan mencengkeram batu demi batu untuk mendaki lebih tinggi. Bukankah semakin curam dan terjal, mereka akan merasakan keberhasilan sejati dalam petualangan mereka? Pencapaian puncak tidak akan pernah ada sebelum kita membayar harganya dengan menantang kemustahilan. Benar kata George Bernard Shaw saat ia berkata, "Manusia yang masuk akal menyesuaikan dirinya dengan dunia; manusia yang tidak masuk akal bersikeras dalam usaha menyesuaikan dunia dengan dirinya. Karena itu, semua kemajuan bergantung pada orang-orang yang tidak masuk akal." Dalam kehidupan yang dipenuhi orang-orang yang lari dari kenyataan hidup yang pahit dan terus menerus mencari kenyamanan hidup, mereka yang mau menghadapi masalah dan pergumulan hidup tanpa takut dapat digolongkan sebagai
orang-orang yang tidak masuk akal.

Berikutnya. Menghadapi kesulitan yang besar secara berani dengan kekuatan sendiri akan berbeda hasilnya dengan menghadapinya bersama-sama kekuatan terbesar di alam raya. Oleh karena itu, langkah kedua adalah menghadapi dan menyelesaikan masalah bersama-sama dengan Tuhan. Mengapa kita memerlukan Tuhan dalam menangani perubahan-perubahan yang menyesakkan kita? Karena keuntungan yang kita peroleh besar. Bersama-sama dengan Tuhan kita memperoleh perspektifNya. Dan percayalah, sudut pandang Tuhan merupakan sudut pandang yang terbaik daripada hasil analisa ratusan pakar yang berkumpul menjadi satu untuk memecahkan suatu masalah. Ini karena Ia mahatahu! Juga, bersama-sama dengan Tuhan, kita akan dilengkapi kekuatanNya. KuasaNya akan menopang kita secara jasmani maupun rohani. Dalam masa-masa kritis, pertolongan dari Tuhan menguatkan dan memulihkan kita secara sempurna lebih daripada yang dapat manusia pikirkan (2 Raja-raja 19:3-8). Lagi, bersama-sama dengan Tuhan, kita mendapatkan pembelaanNya. Ketika keadaan memburuk kita memerlukan jaminan yang pasti. Satu hal yang menjadi pengharapan kita adalah bahwa bagaimanapun keadaan yang mungkin terjadi, Tuhan tetap bekerja mendatangkan segala kebaikan bagi orang-orang yang berserah kepadaNya (Roma 8:28). Dan terakhir, berjalan bersama Tuhan membuat kita mengenal Dia dan mengetahui jalan-jalanNya. Oh, seandainya setiap kita tidak tergesa-gesa untuk mengeluh, menuding, mencurigai, atau mengutuk 'ketidakmampuan' Tuhan memperhatikan kita! Melalui segala rintangan dan kesulitan, disanalah tersimpan mutiara-mutiara keindahan rencana serta tujuanNya yang mulia bagi hidup kita. Dengan rendah hati, kita harus mengaku bahwa kita ini memerlukan hikmatNya supaya mengerti bahwa 'ujian terhadap iman kita itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kita menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun' (Yakobus 3:1-4).

Kegoncangan akan menjadi keuntungan kita saat kita menjadi lebih kuat dan teguh di dalam Tuhan. Tidak hanya itu, perubahan-perubahan yang tiada henti akan menjadikan karakter kita menyinarkan kemuliaan Allah. Inilah panggilan tertinggi setiap manusia yaitu hidup berjalan bersama Allah dan menyatakan kemuliaanNya kepada dunia. Semuanya pasti terjadi...jika kita terbiasa memanfaatkan perubahan.


2.MENDASARKAN HIDUP DI ATAS BATU KARANG YANG TEGUH: YESUS KRISTUS
Pernahkah Anda memperhatikan batu karang yang ada di laut? Batu karang terkenal sebagai batu yang paling keras dan paling kokoh yang ada di muka bumi. Satu hal yang mungkin kita tidak pernah memikirkannya adalah bahwa batu-batu itu tidak muncul begitu saja secara tiba-tiba. Sekalipun bermacam-macam jenisnya, pada dasarnya batu karang terbentuk dari campuran bahan-bahan yang menyatu dan terus menerus menjadi keras seiring dengan pengaruh cuaca, udara, dan tekanan-tekanan dari sekelilingnya. Air laut yang terus menerus mengirim ombak dan hempasan yang menerpa batu karang yang di laut menjadikan batu itu semakin kuat dan keras dari waktu ke waktu. Dengan demikian, batu karang merupakan batu yang teruji kekuatan, ketahanan, dan kekerasannya. Dengan kata lain, sulit menemukan kekuatan dan sifat keras yang dapat disamakan dengan batu karang.

Menurut Kamus Alkitab, International Standard Bible Encyclopedia, batu karang merupakan lambang dari 3 hal:

1)Lambang kekuatan dan ketegaran, dimana ini juga berhubungan dengan daya tahan yang besar (Yeremia 5:3; bandingkan Yesaya 50:7).

2) Lambang tempat untuk berlindung (Yeremia 48:28; Kidung Agung 2:14; Mazmur 104:18; Yesaya 32:2).

3)Lambang dari Yahweh, Allah Israel dan juga melambangkan Kristus (2 Samuel 22:2; Mazmur 18:2; 71:3; 2 Samuel 22:47; bandingkan Mazmur 62:2,7; 89:26; Mazmur 94:22; Yesaya 17:10; Ulangan 32:3,4,18,30,31 bandingkan 2 Samuel 22:32; Keluaran 17:6; Bilangan 20:11; 1 Korintus 10:4).

Dari gambaran di atas ada dua pertanyaan yang terus menerus muncul di pikiran saya, yang patut menjadi renungan kita bersama. Pertama, mengapa Allah menggunakan lambang batu karang atau gunung batu untuk menyata-kan PribadiNya kepada kita, umatNya? Kedua, apa yang terjadi atas kita jika kita menyerahkan hidup kita kepada Allah yang bergelar Batu Karang itu?

Jika kita berhenti sejenak dan memikirkan jawaban pertanyaan itu, RohNya akan berbisik kepada kita dan kita mulai menemukan rahasia yang besar. Pertama, mengapa Allah menyatakan diri sebagai Gunung Batu bagi umatNya sehingga Musa yang terilhami menulis, "Gunung Batu, yang pekerjaan-Nya sempurna, karena segala jalan-Nya adil, Allah yang setia, dengan tiada kecuran-gan, adil dan benar Dia"? Tidak lain karena Ia rindu umatNya mengerti dan menyadari bahwa tidak ada pengharapan keselamatan dan tempat perlindun-gan yang lebih kuat daripada Dia. Sesungguhnya Dialah Batu Karang yang teguh. Keselamatan, kekuatan, ketahanan, dan keteguhan menjadi suatu kepastian di dalam Dia. Ini isi hati terdalam Allah, tidakkah Anda mengeta-huinya sekarang? Dia sedang berfirman bahwa dunia akan berubah dan terus bergoncang, tetapi satu Pribadi tidak akan pernah berubah atau tergoncangkan oleh apapun jua. Dialah Batu Karang Keselamatan Anda. Dialah Tuhan-satu-satunya yang layak menjadi sandaran hidup Anda.

Nah, sekarang bagaimana dengan pertanyaan kedua? Jawabannya menjadi semakin jelas. Siapapun yang berlari dan mencari perlindungan hidup kepada Batu Karang yang Teguh itu pasti mengalami kehidupan yang paling berkemenangan di muka bumi. Mereka yang menaruh tempat perlindungan pada Allah, tidak peduli selemah, sekecil, setidak berdaya, dan serapuh apapun mereka -mereka akan sekuat batu karang. Itulah sebabnya, Agur bin Yake, yang dipenuhi hikmat berseru dengan takjub sambil menertawakan kebodohan manusia-manusia yang di bumi saat ia mencatat, "Ada empat binatang yang terkecil di bumi, tetapi yang sangat cekatan:...pelanduk, bangsa yang lemah, tetapi yang membuat rumahnya di bukit batu.." (Amsal 30:24,26). Sesungguhnya tempat-tempat perlindungan atau segala jenis sarana perlindungan yang dirancang oleh manusia terbatas kemampuannya, sangat mudah rusak dan hancur. Orang-orang yang mencari keamanan dari dunia ini akan kecewa karena kekuatan yang sejati bukan berasal dari manusia dan pikirannya. Perlindungan terbesar, tempat teraman, benteng pertahanan yang tidak dapat ditembus, tembok yang tidak akan pernah roboh ada pada Allah. Mereka yang berlindung kepadaNya selama-lamanya akan beruntung. Perubahan, pergeseran, tekanan dan ancaman yang besar hanya akan membuktikan bahwa Dia itu pengharapan yang sejati. Ya, tempat berpijak terbaik bagi hidup manusia bukan berasal dari dunia ini. Tuhan sudah menetapkannya. Hanya di dalam Dia manusia mendapat ketentraman selama-lamanya (Mazmur 37:25).

Para visioner memiliki caranya masing-masing untuk mengembangkan kekuatan dan ketahanan dalam mencapai visi. Visioner-visioner illahi berbeda. Mereka mengetahui rahasia itu dan mendapatkan kekuatan mahahebat itu bagi perjuangan mencapai visi Allah dalam hidup mereka. Diukur dari kekuatan yang digunakan para visioner dunia yang terbatas itu, visi Allah tidak mungkin tercapai -- sangat mustahil visi Allah diraih dengan kekuatan diri manusia. Visi yang besar dari Allah -yaitu memenangkan jiwa-jiwa manusia dan membawanya ke kaki Sang Juruselamat Agung- hanya dapat dikerjakan dengan kuasa dari yang Mahatinggi; ya seperti perkataan Kristus : Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah se-mua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Matius 28:18-20). Dengan kuasa yang sedemikian sambil terus bersandar pada janji penyertaan dari Batu Karang yang Hidup, kita akan menyelesaikan visiNya. Tidak ada keraguan akan hal itu dari pihak Allah. Seharusnya demikian pula dengan kita.


3.HIDUP MENURUT PRINSIP-PRINSIP FIRMAN TUHAN SEUMUR HIDUP KITA
Tahun 2003 dan seterusnya telah dipandang oleh negara-negara dunia sebagai masa globalisasi dimana dunia yang sebelumnya diketahui sangat luas menjadi satu kesatuan besar. Jarak dan waktu tidak lagi menjadi masalah karena kecanggihan teknologi yang setiap hari terus dikembangkan di seluruh penjuru dunia. Informasi pun membanjir di mana-mana. Hampir setiap beberapa hari sekali, e-mail saya kebanjiran berbagai informasi mengenai berbagai hal. Majalah, situs internet, saluran televisi, radio dan sebagainya secara terus-menerus menjejali kita dengan berbagai berita, tips, petunjuk, kiat-kiat dan berbagai pengetahuan praktis. Ada cara hidup sehat, mengembangkan kepribadian, informasi untuk berbisnis dan berhubungan secara lebih baik dengan orang lain dan seterusnya. Teknik-teknik baru untuk menjalani hidup lebih mudah diteliti dan diteliti setiap saat. Masalahnya adalah tips manakah yang dapat kita percayai? Kiat manakah yang pasti membawa hasil? Prinsip atau pengetahuan yang mana yang menjamin kita tetap waras di tengah-tengah dunia yang supersibuk ini? Adakah satu cara yang terbaik menjalani hidup dan berkemenangan dalam tantangan-tantangan kehidupan sehingga kita mencapai impian dan visi Allah dalam hidup kita?

Mengenai hal ini, Alkitab menawarkan kepada kita jawabannya. Lagi-lagi ini tidak seperti yang dipikirkan oleh manusia pada umumnya. Perhati-kanlah satu ayat yang unik ini : Beginilah firman TUHAN: "Ambillah tempatmu di jalan-jalan dan lihatlah, tanyakanlah jalan-jalan yang dahulu kala, di manakah jalan yang baik, tempuhlah itu, dengan demikian jiwamu mendapat ketenangan. Tetapi mereka berkata: Kami tidak mau menempuhnya! (Yeremia 6:16). Apakah Anda menangkap satu atau dua pengertian dari ayat itu? Secara cepat, saya menemukan ada dua hal yang hendak disampaikan kepada kita melalui ayat itu :
Pertama, ternyata Tuhan mengacu kepada cara-cara atau jalan-jalan yang baik dari jaman dahulu kala sebagai pedoman bagi manusia untuk menjalani hidup di dunia yang semakin gila ini; Kedua, ternyata kebanyakan orang menolak untuk mempelajari prinsip-prinsip kehidupan yang dulu pernah diterapkan dan diajarkan oleh generasi-generasi terdahulu.

Saudaraku, apakah ini berarti orang-orang di masa lampau itu lebih baik? Belum tentu. Tetapi satu hal yang pasti, prinsip-prinsip kuno dan cara-cara yang dipakai oleh orang-orang pada zaman lampau ternyata lebih baik bagi kehidupan manusia. Tuhan merujuk kepada cara-cara itu karena terbukti bahwa dengan kemajuan teknologi dan pengetahuan, manusia bukan semakin tenang dan memiliki kenyamanan yang lebih besar. Manusia-manusia dunia di zaman ini justru semakin gelisah, resah, tertekan, stress dan dipenuhi ketakutan. Hidup dengan cara-cara serta gaya yang baru -yang pada dasarnya seringkali lebih mengumbar hawa nafsu dan tabiat rendah penuh berciri kebinatangan dalam diri manusia- sebaliknya malah menjerumuskan manusia kepada ancaman kehancuran yang semakin besar. Dari manakah datangnya penyakit AIDS? Bukankah itu muncul dari gaya hidup manusia yang mengumbar seks sebebas-bebasnya. Ironisnya, gerakan-gerakan anti AIDS di negara-negara Barat akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa cara terbaik untuk mencegah penyebaran AIDS adalah dengan hidup menahan diri, tidak menganut gaya hidup seks bebas. Bukankah ini kembali pada cara-cara yang lama dan sudah ada sejak dahulu kala pada waktu sebagian besar manusia hidup dengan seorang pasangan seumur hidupnya? Dan prinsip atau cara-cara yang lama ini juga berlaku dalam bidang-bidang lain kehidupan lainnya. Semakin banyak orang kembali kepada kebijakan dan pemikiran-pemikiran kuno untuk mencari jalan keluar dan ketenangan dalam hidup.

Lebih daripada segala prinsip, ideologi, filosofi dan dasar-dasar pemikiran yang telah ada sejak zaman dulu kala, kita umat Tuhan memiliki cara-cara baik yang juga telah ada sejak dahulu. Semuanya ada dalam Alkitab, Firman Tuhan yang tertulis. Terhadap firmanNya inilah kita harus percaya dan memegangnya sebagai kebenaran yang sesungguhnya. Dengan berani, para pemazmur (Mazmur 119:160), nabi (Daniel 9:11-13) bahkan Yesus sendiri (Yohanes 17:17) mengklaim bahwa firman Tuhan ialah kebenaran. Ada remah-remah kebenaran dari perkataan dan pen-gajaran orang-orang terpandang dan berpengaruh dari abad-abad yang sebelumnya tetapi kebenaran sejati yang utuh, teruji dan murni adalah dari FirmanNya. Sebenarnya ini pulalah yang dimaksud dalam nubuatan nabi Yeremia dari nats yang tadi telah kita bahas. Karena tidak ada ketentraman selain di dalam kebenaran dan keadilan yang hanya ada pada firmanNya (Yesaya 32:17).

Lebih daripada itu, hidup dalam kebenaran Firman Tuhan membawa keuntungan yang lebih besar lagi dalam hidup. Kebenaran Firman Tuhan yang dipraktekkan dan menjadi gaya hidup kita sehari-hari memberikan jami-nan yang besar bahwa kita akan selamat melalui segala badai kehidupan bahkan yang paling menggetarkan sekalipun. Inilah yang dimaksudkan Yesus saat Ia mengajar dengan menggunakan dua perumpamaan mengenai dua jenis dasar hidup manusia:

"Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian tu-runlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu.
Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya." (Matius 7:24-27).

Hidup dalam kebenaran Firman Tuhan itu menjadikan seseorang teguh dan kokoh di dalam Tuhan. Jiwanya menjadi kaya, batinnya sehat dan segar,roh-nya kuat dan terpelihara karena memperoleh makanan yang berguna bagi hati manusia yang haus akan kebenaran dan keadilan. Jika yang terbaik bagi jiwa telah ditemukan, apakah yang dapat menggusarkannya? Mereka yang hidup di dalam kebenaran FirmanNya akan tegak selama-lamanya. Sesuai dengan firmanNya, mereka akan teguh, menjulang dan tak tergoyahkan selama-lamanya : “Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan Tuhan tidak akan berlalu" (Matius 24:35) dan “Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya." (1 Yohanes 2:17).

Terobosan-terobosan pemikiran yang baru dari pikiran manusia yang tidak mengenal takut akan Tuhan tidak sanggup mempertahankan diri menghadapi goncangan-goncangan yang terjadi di dunia ini. Betapa banyaknya waktu yang terbuang sia-sia karena manusia menolak untuk menerima kebenaran sejati dari Tuhan melalui firmanNya. Jadi, janganlah kita melakukan kesalahan yang sama. Sebagai visioner-visioner illahi yang bergerak untuk mendapatkan masa depan yang penuh harapan bersama Tuhan, kita mesti menetapkan hati untuk percaya dan hidup berlandaskan firmanNya. Jangan kita terbujuk untuk menjalani kehidupan yang lebih rendah kualitasnya dengan mempercayai pemikiran yang kosong dan sia-sia. Semuanya itu seringkali malah membawa banyak orang terperosok ke dalam jurang kebobrokan dan jerat dosa yang menghancurkan. Dengan memegang kebenaran firmanNya, pada dasarnya kita meminimalkan kesulitan dan hambatan yang tidak perlu bagi hidup kita -dan yang lebih baik lagi : kita selalu akan memperoleh peng-hiburan, petunjuk, arahan dan janji-janji Allah yang memampu-kan kita menghadapi segala situasi.

Para visioner illahi mendasarkan hidup mereka dengan mematuhi dan mengikuti petunjuk firmanNya. Dengan hidup sedemikian, pencapaian visi dengan bertahap secara pasti mengalami kemajuan. Semuanya karena masalah-masalah yang tidak seharusnya terjadi dapat dihindari dan kekuatan yang diperlukan akan dialirkan dalam hidup kita. Ya, seperti kata Pemazmur marilah kita menetapkan hati untuk hidup dalam FirmanNya: "Inilah penghiburanku dalam sengsaraku, bahwa janji-Mu menghidupkan aku (Mazmur 119:50) ...Untuk selama-lamanya aku tidak melupakan titah-titah-Mu, sebab dengan itu Engkau menghidupkan aku (Mazmur 119:93)."


4. MELEPASKAN SEGALA RASA AMAN PADA HAL-HAL YANG DUNIAWI
Adalah sesuatu yang lumrah dalam kehidupan bahwa manusia pada dasarnya mencari suatu keadaan yang menjadikan hidup mereka tenang dan nyaman seumur hidupnya, jauh dari konflik, masalah, minĂ­m rasa sakit serta penderitaan atas diri, keluarga maupun komunitas mereka. Persoalannya adalah pada obyek yang menjadi tujuan atau harapan untuk memperoleh rasa aman tersebut. Bukanlah suatu yang mengherankan apabila hingga kini kita masih menemui kebanyakan orang menaruh pengharapan -yang juga menjadi ukuran keberhasilan hidup- pada perkara-perkara seperti uang, harta benda yang dimiliki secara limpah, kedudukan, pangkat, jabatan, gelar-gelar pendidikan atau penghargaan, pengakuan-pengakuan dari anggota masyarakat sekitar hingga prestasi-prestasi sebagai yang terbaik, terbesar, terpandai dan sterusnya. Pendeknya, siapapun yang dalam hidupnya mencapai satu atau beberapa hal yang disebutkan tadi dapat dipandang sebagai seorang yang sukses dan hidupnya akan bahagia, jauh dari masalah, gejolak, penderitaan dan seba-gainya. Sayangnya, tidak demikian. Bahwa dunia ini semu dan tidak abadi telah berulang kali diajarkan oleh Kitab Suci -bahkan oleh hampir semua agama- dimana hal ini juga kemudian semakin nyata ditampilkan kepada manusia melalui tragedi-tragedi kehidupan yang nyata di dunia. Yang mencengangkan adalah sampai ribuan tahun peradaban manusia di muka bumi, pikiran dan pandangan akan hal ini tidak mengalami perubahan yang berarti. Orang-orang masih mengharapkan dan menggantungkan diri kepada kemegahan dan kemuliaan duniawi sebagai cara untuk memperoleh keamanan dan kenyamanan dalam hidupnya -tidak terkecuali orang-orang yang mengaku sebagai orang beriman dan memiliki keyakinan kepada Tuhan. Tampaknya jauh lebih banyak manusia lebih mempercayai indera mereka dan hidup dalam dimensi yang nyata daripada memandang dan bergantung kepada yang rohani dan illahi, yang tidak kasat mata.

Untuk dapat mengatasi segala kegoncangan hidup, terus bertahan hingga keluar sebagai pemenang dan meraih segala impian kita maka pengharapan hidup kita tidak dapat digantungkan kepada apa yang tidak pasti. Apakah yang tidak pasti itu? Itulah segala apa yang ada di dunia ini. Itu termasuk segala milik kita seperti harta benda dan kekayaan kita. Itu mencakup segala kehormatan dan kemuliaan yang bersifat duniawi -yang hanya bertahan selama kita hidup di dunia- seperti pangkat dan kedudukan kita. Bahkan itu termasuk pribadi-pribadi manusia lain yang memiliki hubungan darah atau yang dekat di hati kita seperti anak, isteri, suami, orang tua, sahabat-sahabat kita dan sebagainya. Semuanya dapat digolongkan sebagai hal-hal yang tidak pasti karena pada segal hal itu dapat terjadi perubahan-perubahan yang dapat mengecewakan atau menghancurkan kita dengan sangat.

Ambillah beberapa contoh. Seorang ibu yang menggantungkan hidupnya dan anak-anaknya pada pekerjaannya berjualan di pasar. Pada suatu ketika, pasar tempatnya berjualan dilalap api hingga tak tersisa. Pagi berikutnya, ibu ini menemui kenyataan bahwa seluruh dunianya telah runtuh. Maka ia pulang dalam keadaan hancur karena segenap harapan hidup tempatnya bergantung telah musnah. Dua hari kemudian, ia mengambil keputusan untuk mengakhiri hidupnya selama-lamanya. Pembaca, ini bukan kisah karangan saya. Tapi itu salah satu dari peristiwa-peristiwa yang terjadi setelah terjadinya kebakaran di pasar Tambah Rejo di Surabaya. Dan mungkin Anda tidak tahu mengapa Alexander Agung yang dijuluki Sang Penakluk terbesar di dunia -yang pernah menguasai daratan paling luas di muka bumi ini dalam usianya yang ke-30 tahun dan dianggap sebagai jenderal dan pendiri kekasiraan terbesar yang pernah dikenal dunia- ini akhirnya meninggal dalam usia muda 32 tahun dan 8 bulan? Bukan hanya karena sakit parah. Tetapi lebih banyak karena sakit di batinnya. Setelah menaklukkan hampir seluruh dataran Eropa dan Timur Tengah pada waktu itu, ia merasa semuanya tidak membawanya pada kebahagiaan yang dicarinya. Terlebih lagi setelah sahabat terdekatnya, Clitus tewas dibunuhnya pada saat ia mabuk dan menjadi marah. Kekuasaan dan kemenangan yang luar biasa besar tidak pernah melegakan hatinya. Sebaliknya, hidupnya terus gelisah dan terjerumus kepada kemabukan dan kekecewaan. Yang lebih ironis adalah setelah kekecewaan dan kehilangan akan penghiburan sejati yaitu Clitus, sahabatnya itu, Alexander menjadi sangat patah semangat dan kehilangan gairah hidup. Saya yakin, sakit malaria yang menyerangnya hingga hari kematiannya bukan penyebab satu-satunya ia meninggal dunia. Penguasa yang demikian besar dan telah memenangkan pertempuran-pertempuran paling besar dan mengerikan tidak akan dengan mudah menyerah oleh serangan satu atau dua penyakit. Alexander mati karena rasa amannya telah digoncang dan ia tidak memiliki tempat pengharapan lain yang dapat menggantikan dan menghapus kekecewaan di hatinya. Demikianlah nasib orang-orang yang berpikir bahwa apa yang di dunia ini dapat dijadikan sandaran hidup.
Rasul Paulus dengan tepat mengatakan mengenai kefanaan hal-hal yang duniawi saat ia mengajar kepada jemaat:

Peringatkanlah kepada orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati
dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan,
melainkan pada Allah yaug dalam kekayaan-Nya memberikan kepada kita segala se-
suatu untuk dinikmati (1Timotius 6:17)

Saudara-saudara, inilah yang kumaksudkan, yaitu: waktu telah singkat! Karena itu dalam waktu yang masih sisa ini orang-orang yang beristeri harus berlaku seolah-olah mereka tidak beristeri; dan orang-orang yang menangis seolah-olah tidak menangis; dan orang-orang yang bergembira seolah-olah tidak bergembira; dan orang-orang yang membeli seolah-olah tidak memiliki apa yang mereka beli; pendeknya orang-orang yang mempergunakan barang-barang duniawi seolah-olah sama sekali tidak memperguna-kannya. Sebab dunia seperti yang kita kenal sekarang akan berlalu (1 Korintus 7:29-31)

Sesungguhnya hanya orang-orang bodoh saja yang mencari pegangan yang rapuh saat ia akan jatuh ke dalam jurang. Hanya orang yang tidak berpenger-tian sajalah yang mencari kekuatan kepada kayu kering yang hampir mati saat ia terjungkal jatuh dari atas pohon. Yang menjadi tempat kita bergantung dan mencari keselamatan seharusnya adalah sesuatu yang paling kokoh dan tidak tergoyahkan. Bagi hidup kita, tidak ada yang lain selain Tuhan -Pribadi yang bukan dari dunia ini.

Apa yang kita pegang erat-erat dan sayangi lebih daripada Tuhan pada suatu waktu dapat melemahkan komitmen kita untuk mengejar visi yang dari pada Allah. Para visioner illahi mengetahui dengan pasti bahwa tidak ada yang lebih pasti untuk menjadi pengharapan kepastian dalam kehidupan mereka selain Tuhan sendiri. Satu per satu kesayangan dan kekasih mereka yang tidak abadi mereka lepaskan. Dan sesuatu yang luar biasa pun terjadi. Jika semula mereka berpikir bahwa mereka tidak mungkin dapat hidup tanpa apa yang mereka rangkul erat-erat itu, pada akhirnya mereka justru menemukan kekuatan, ketentraman, kelenangan, keteguhan, kepastian hidup dan masa depan yang penuh harapan setelah mereka melepaskan semuanya dan hanya memandang kepada Tuhan sebagai satu-satunya sumber kehidupan mereka. Inilah yang terjadi pada kehidupan hamba-hamba Tuhan yang mengemban visi illahi. Seperti Abraham, visi kehidupannya menjadi bapa orang-orang percaya diteguhkan pada saat ia rela melepaskan satu-satunya hal yang paling berharga dalam hidupnya : anaknya yang tunggal. Hingga Tuhan berfirman karenanya: "Aku bersumpah demi diri-Ku sendiri — demikianlah firman TUHAN —: Karena engkau telah berbuat demikian, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku, 
maka Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan membuat keturunanmu sangat banyak seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, dan keturunanmu itu akan menduduki kota-kota musuhnya.
Oleh keturunanmulah semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena engkau mendengarkan firman-Ku."  (Kejadian 22:16-18)

Demikian pula dengan Musa. Ia memasuki masa depan gilang gemilang seba-gai nabi pembebas Israel setelah ia melepaskan segala kesempatan terbaik yang pernah dimilikinya -atau mungkin saja kesempatan terbaik yang pernah di-miliki oleh seorang manusia di muka bumi. Musa meninggalkan tahta kera-jaan paling berkuasa di zaman itu untuk mengabdi dan menjadi hamba Tuhan. Namun rasa aman yang semu tidak berarti apapun sebab Tuhan memandang masa depannya bersama Tuhan. Seperti dikatakan di Surat Ibrani :"Karena iman maka Musa, setelah dewasa, menolak disebut anak puteri Firaun, karena ia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah dari pada untuk semen-tara menikmati kesenangan dari dosa. Ia menganggap penghinaan karena Kris-tus sebagai kekayaan yang lebih besar dari pada semua harta Mesir, sebab pan-dangannya ia arahkan kepada upah." (Ibrani 11:24-26).

Jangan sekali-kali kiranya kita menaruh pengharapan pada dunia dan segala apa yang ada di dalamnya. Karena sekali semuanya digoncangkan, Anda akan turut jatuh dan hancur bersama dunia ini. Lepaskan semuanya dan terimalah yang terbaik bagi hidup Anda. Sesungguhnya, hanya dekat Allah saja aku tenang,dari pada-Nyalah keselamatanku. Hanya Dialah gunung batuku dan kese-lamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah.....Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang,sebab dari pada-Nyalah harapanku. Hanya Dialah gunung batuku dan kese-lamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah. Pada Allah ada keselamatanku dan kemuliaanku; gunung batu kekuatanku, tempat perlindunganku ialah Allah. Percaya-lah kepada-Nya setiap waktu, hai umat, curahkanlah isi hatimu di hadapan-Nya; Allah ialah tempat perlindungan kita." (Mazmur 62:2-3;7-9).


5.MEMILIKI KOMITMEN KASIH YANG TEGUH KEPADA TUHAN
Salah satu penyebab terbesar segala kegoncangan dan kekacauan yang terjadi di dunia ini banyak kali bersumber pada kurang atau tidak adanya komitmen dari seseorang untuk mengerjakan atau tidak mengerjakan apa yang semula ia janjikan itu. Para politikus tidak lagi dipercaya karena ternyata mereka hanya mengumbar janji pada saat kampanye partai mereka. Para pemimpin kehilangan wibawa karena bertindak tidak sesuai dengan apa yang dikatakannya. Orang tua-orang tua menyakiti dan menimbulkan luka-luka yang tidak pernah tersembuhkan di hati anak-anaknya ketika mereka memilih untuk menghentikan komitmen mereka untuk hidup bersama selama-lamanya sebagai suami istri dan orang tua bagi anak-anak mereka. Para pendeta dan pelayan Tuhan menjadi batu sandungan yang mengakibatkan berbagai intrik dalam gereja karena mereka ternyata tidak selurus pengajaran dan doa-doa mereka di atas mimbar gereja. Dengan demikian mereka melupakan komitmen mereka untuk menjadi teladan dan pembimbing bagi jemaat untuk hidup dalam kerendahan hati serta ketaatan mutlak kepada Tuhan.

Syukur bagi Tuhan karena kita memiliki Juruselamat yang tidak pernah menarik kembali komitmenNya untuk menyelamatkan kita sekalipun besar lagi berat tantangan maupun penderitaan yang harus dijalaniNya. Tidak dapat saya bayangkan bagaimana nasib saya kini apabila Kristus 'melarikan diri' di malam terakhir kehidupanNya di muka bumi. Salib tidak menggentarkan Dia karena Ia telah berkomitmen. Dan bukan hanya Kristus, Allah Bapa dan Allah Roh Kudus memiliki komitmen yang sama. Itulah KOMITMEN KASIH YANG TEGUH. Allah Tritunggal telah menetapkan diri untuk mengasihi dan menyelamatkan Anda dan saya apapun dan berapapun harganya. Karena komitmen yang kuat itulah tidak ada apapun yang dapat mengubah atau menggeser karya keselamatan Kristus di atas salib.

Pada saat seorang laki-laki dan perempuan berdiri bersebelahan di hadapan altar Tuhan dan mengikat janji suci dalam pernikahan kudus, apakah sebenarnya yang mereka lakukan itu? Sejatinya, mereka sedang mengucapkan komitmen, suatu sumpah setia, untuk saling mengasihi dalam suka maupun duka, sehat maupun sakit, berkekurangan atau berkelimpahan, dalam keadaan mudah atau sukar, kuat atau lemah sampai maut memisahkan mereka berdua. Tetapi, mengapa masih ada pasangan-pasangan suami istri Kristen yang bercerai? Sederhana saja : salah satu atau keduanya menarik kembali komitmen mereka untuk saling mengasihi dan saling setia seumur hidup mereka. Mereka tidak memegang teguh komitmen mereka. Komitmen mereka telah goyah dan mereka memilih jalan para pengecut dan orang-orang yang tidak setia. Memang demikianlah kasih dan komitmen kasih yang dibuat oleh manusia. Kesulitan, godaan, tantangan, rasa bosan, perselisihan yang tak kunjung usai menggoncang dan mengubah hubungan mereka. Hanya komitman yang amat kuat dan teguh yang mampu bertahan.
Bagaimana dalam hubungan kita dengan Tuhan? Mampukah kita memiliki komitmen kasih yang teguh kepada Tuhan? Dari sisi manusiawi, jawabannya jelas. Kita tidak sanggup. Dari sisi kasih karunia Tuhan, kita pasti bisa. Mengapa demikian? Karena kasih yang kini berdiam dan mengalir dalam hidup kita bukan kasih manusia biasa yang lemah dan terbatas melainkan kasih yang agape, yaitu kasih Allah yang tak dapat diukur lebar, panjang, tinggi dan dalamnya itu (Efesus 3:18). Kasih yang demikian akan menguatkan dan meneguhkan komitmen kita untuk mengiring Tuhan seumur hidup kita, tidak peduli seberapa besar rintangan, pencobaan maupun harga yang harus dibayar.

Salomo dalam pengamatannya menemukan bahwa “cinta kuat seperti maut, kegairahan gigih seperti dunia orang mati, nyalanya adalah nyala api, seperti nyala api TUHAN! Air yang banyak tak dapat memadamkan cinta, sungai-sungai tak dapat menghanyutkannya. Sekalipun orang memberi segala harta benda rumahnya untuk cinta, namun ia pasti akan dihina" (Kidung Agung 8:6-7). Ini menunjukkan bahwa cinta yang kuat itu mampu bertahan menghadapi apapun. Tidak ada apapun di dunia ini yang akan dapat menggoyahkan orang yang dipenuhi cinta Tuhan. Bahkan bahaya, aniaya, serta maut sekalipun tidak akan menggentarkan orang-orang yang mengasihiNya. Dengan Tuhan yang mengasihi kita yang menjadikan kita mampu mengasihi Dia lebih daripada apapun di dunia ini, adakah yang dapat menggoyahkan dan menggeser panggilan kita di dalam Dia?

Saya memiliki satu kisah lagi. Dia seorang wanita yang sederhana. Bukan gadis yang terpelajar atau berada. Satu hal lagi, dia itu wanita Moab. Di dalam Alkitab, Moab merupakan bangsa kafir yang menyimpang dari kebenaran-kebenaran Tuhan. Jadi apa kelebihan wanita ini? Dia memiliki komitmen kasih yang teguh. Suatu kali suami wanita ini -yang adalah pria Yahudi-mati dalam usia yang relatif muda. Pilihan yang dapat diambil setelah itu hanya ada dua : ia meninggalkan keluarga suaminya kemudian mencari suami lagi atau ia tetap mengikuti ibu mertuanya yang hendak pulang ke Israel setelah merantau di Moab dan gagal. Dan wanita Moab ini memilih pilihan yang kedua. Ia berkata kepada Naomi, ibu mertuanya, “Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku; di mana engkau mati, akupun mati di sana, dan di sanalah aku dikuburkan. Beginilah kiranya TUHAN men-ghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jikalau sesuatu apapun memisahkan aku dari engkau, selain dari pada maut!" (Rut 1:16-17). Wanita itu telah membuat komitmen kasih! Ia menatap masa depan bersama ibu mertuanya dan Allah ibu mertuanya itu. Dan Allah menghargai suatu komitmen kasih yang teguh. Beberapa tahun ke-mudian, wanita Moab itu menjadi istri Boas. Dari perkawinan dengan Boas itulah lahir garis keturunan Daud yang berarti pula silsilah Yesus, Sang Juruselamat. Wanita Moab yang bernama Rut itu akhirnya masuk dalam rencana keselamatan Allah bagi dunia. Betapa luar biasa! Demikianlah setiap orang yang meneapkan diri untuk mengasihi Allah selama-lamanya akan diganjar oleh Allah untuk mengambil bagian dalam rencanaNya, Mereka tidak akan pernah tergoncangkan oleh apapun dan terus maju menuju masa depan yang penuh harapan dari Allah. Ya, para visioner illahi yang sejati menghadapi segala kegoncangan dan tidak tergoyahkan karena tangan mereka telah menyatu dengan tangan Allah. Tak terpisahkan selama -("amanya.


6.MEMANDANG KEMULIAAN MASA YANG AKAN DATANG
Saat-saat yang paling berat bagi Yesus dan kedua belas muridNya adalah saat dimana telah tiba waktunya Anak Manusia itu akan ditangkap dan disalibkan. Itulah saat-saat terakhir kebersamaan murid-murid secara fisik bersama Guru Agung mereka. Tiga Injil pertama (Matius, Markus dan Lukas) tidak banyak merekam saat-saat paling mengharukan itu. Hanya Injil Yohanes yang memberikan kepada kita gambaran cukup rinci mengenai percakapan-percakapan pada jam-jam terakhir sebelum perpisahan yang memilukan itu. Adalah pada perjamuan malam yang terakhir, Yesus memberikan nasihat yang paling menguatkan hati kepada kedua belas muridNya. Perjamuan diawali dengan acara pembasuhan kaki yang menggemparkan itu (Yohanes 13:1-20). Babak selanjutnya lebih mendebarkan lagi karena Yesus dengan terus terang menyampaikan kepada peserta perjamuan bahwa salah seorang di antara mereka akan meng-khianati Yesus (Yohanes 13:21-26). Detik demi detik berlanjut dengan Yudas yang kerasukan Iblis dan meninggalkan perjamuan (Yohanes 13:27-30). Suasana pun semakin tegang saat Petrus yang serasa memiliki firasat mulai bertanya mengenai rencana kepergian Yesus meninggalkan mereka. Yesus menjawab dengan jujur, "Ke tempat Aku pergi, engkau tidak dapat mengikuti Aku sekarang, tetapi kelak engkau akan mengi-kuti Aku." (Yohanes 13:37). Pembicaraan selanjutnya kita semua sudah mengetahuinya. Petrus dengan berani menjanjikan nyawanya bagi Tuhan tetapi spontan pula Yesus menjawab secara profetik bahwa sebelum ayam berkokok pagi ini, Petrus telah menyangkal Dia tiga kali banyaknya. Dengan kata lain, Petrus tidak akan mampu menghadapi kegoncangan yang akan datang di depan. Petrus dipastikan gagal karena kekuatan yang diandalkannya adalah kekuatan manusia yang sama sekali tidak mampu mencapai apapun standard Allah.

Karena itulah kemudian Yesus memberikan kepada murid-muridNya rahasia terbesar untuk bertahan dalam penderitaan maupun kegoncangan apapun yang dapat menimpa mereka selama mereka mengerjakan panggilan Allah. Inilah yang dikatakan Yesus : "Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal.Jika ti-dak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada. Dan ke mana Aku pergi, kamu tahu jalan ke situ." (Yohanes 14:1-4). Apa maksud dari perkataan Yesus ini? Yesus mengetahui bahwa tidak lama lagi suatu perubahan yang dahsyat akan menggetarkan seluruh keberadaan mereka. Ya, para murid akan digoncangkan dengan suatu kejadian yang bahkan tidak pernah terlintas dalam benak mereka selama mengikuti Yesus sepanjang 3 1/2 tahun itu. Yesus mengetahui kegelisahan, kerisauan dan segala gundah gulana hati mereka. Dan dalam beberapa jam lagi semuanya akan mencapai puncaknya. Hati mereka akan diremukkan, hidup mereka diporakporandakan, kenangan manis mereka akan terkoyak, trauma jiwa yang besar bisa jadi akan membayangi seluruh sisa hidup mereka. Pada saat itulah Yesus memberikan kunci untuk bertahan dalam kegoncangan.

Pertama-tama Yesus menasihati mereka untuk tidak gelisah tetapi tetap percaya kepada Allah. Hidup mereka harus didasarkan kepada Allah bukan yang lain. Yang kedua, Yesus menjanjikan suatu tempat di dalam kekekalan bagi mereka. Lebih daripada itu, Yesus menjanjikan pertemuan dan persekutuan kembali untuk selama-lamanya di tempat yang baru : “Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempatKu, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada." Inilah janji yang manis yang akan menjadi kekuatan kepada sia-papun yang tidak lagi memandang kepada perubahan, pergeseran, maupun goncangan-goncangan kehidupan namun menegakkan kepala untuk melihat kemuliaan kehidupan yang akan datang di surga yang kekal.

Memandang kepada tujuan yang lebih baik di masa mendatang terbukti memberikan kekuatan yang lebih besar pada saat menanggung penderitaan dan kegoncangan hidup. Seorang yang menghargai sekolah dan kelulusan sebagai suatu pencapaian yang baik dalam hidup akan berusaha -dengan susah payah sekalipun- untuk mendapatkan belajar, mendapat nilai yang baik dan akhirnya mencapai kelulusan. Perasaan lega, pujian dari para guru, keadaan yang membanggakan keluarga, termasuk gelar kesarjanaan adalah motivasi-motivasi pendorong bagi kita untuk 'menderita penderitaan yang perlu' demi mencapai hasil dan keadaan yang lebih baik di masa depan. Begitu pula dengan orang-orang yang termotivasi untuk menghasilkan uang yang lebih banyak dan mencita-citakan status sosial yang lebih baik. Mereka pada dasarnya akan bekerja keras menghasilkan kekayaan untuk mencapai tujuan mereka itu. Hal ini pun sempat terekam dalam pengamatan Rasul Paulus saat ia mengatakan : Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasnan. Karena akar segala kejahatan ialah cinta Samauang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagui duka.” (1Timotius 6:9:10) dengan kebenaran ini adalah prinsip yang sering kita dengar pada waktu kecil : “Rajin pangkal pandai, hemat pangkal kaya" dan juga peribahasa "Berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian." Jadi pada dasarnya manusia mengetahui bahwa salah satu kunci untuk bertahan dalam penderitaan adalah dengan memiliki pengharapan yang indah di waktu yang akan datang.

Sayangnya, belum tentu pengharapan yang didamba oleh manusia menjadi kenyataan. Sekali lagi, di dunia ini tidak ada sesuatu yang pasti. Hanya kebenaran firman Tuhan itulah kepastian dan kebenaran. Siapa yang percaya kepadaNya tidak akan kecewa. Darimana kita mengetahui kepastian janji Tuhan ini? Dari kesaksian Roh di hati kita dan juga dari kehidupan ba-nyak orang yang telah berjumpa dan berpengalaman secara pribadi dalam hidup mereka bersama Tuhan. Inilah secuil dari pengakuan-pengakuan mereka:

"Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari kesehari. Sebab penderitaan ringan yang sekurang ini, mengerjakan bagi kami kemulinan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami. Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah
Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah: telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kedia-man yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia." (2 Korintus 4:16-51)
~Rasul Paulus

“Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sckarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan. Maksud scmuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api--sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya," (1Petrus 1:6-7)
~Rasul PetrusAdoniram Judson (misionaris terkenal di Cina)

“Masa depan itu secerah janji-janji Tuhan"
- Adoniram Judson (misionaris terkenal di Cina)

“Kita harus menerima kekecewaan yang terbatas (di dunia) ini, tetapi kita tidak boleh kehilangan pengharapan yang tak terbatas itu"
~ Martin Luther King (pelopor persamaan hak kulit hitam AS)

Para visioner illahi memandang bahwa hidup di dunia ini bukan merupakan tujuan. Surga dan persekutuan kekal dengan Allah itulah tujuan hidup yang sesungguhnya. Di dunia ini mereka adalah para pengembara dan perantau. Bagian terbaik mereka selama di dunia ini adalah mereka boleh turut mengambil bagian kecil dan terbatas dari Rencana Besar Allah atas dunia yaitu mewartakan kabar baik keselamatan di dalam Yesus Kristus Tuhan. Para visioner illahi merindukan kemuliaan Tuhan dinyatakan di tengah-tengah dunia sehingga angin kebangunan rohani menarik banyak orang untuk bertobat dan menerima keselamatan di dalam Kristus. Tetapi lebih daripada semuanya, tinggal selama-lamanya di hadapan Allah Bapa yang Mahatinggi,Ye-sus Kristus Sang Kekasih Jiwa, dan menikmati persekutuan di dalam Roh Kudusnya di Yerusalem Baru merupakan pengharapan terbesar untuk ber-tahan menanggung segala penderitaan, merangkul perubahan sambil terus memberikan yang terbaik sesuai dengan panggilan kita di dalam Tuhan.

Para pembaca terkasih, sesungguhnya perubahan yang terus menerus, di dalam segala bidang atau segi kehidupan, dari tingkat yang kecil hingga dalam bentuknya yang paling menggetarkan -semuanya itu baik bagi kita. Semuanya akan menjadikan kita lebih kuat, teguh, mantap dan kuat di dalam Tuhan. RohNya akan menyertai kita melalui semuanya ini asalkan kita ber-harap kepadaNya setiap waktu. Kita memerlukan Roh Kudus sekarang ini lebih daripada waktu-waktu yang lalu. Dunia yang terus mengalami peruba-han dan tekanan dari segala penjuru akan membawa kita bergantung sepe-nuhnya kepada Tuhan. Tidak lagi kepada yang lain.
Sebagai penutup, perkenankan saya mengutip sekelumit tulisan Thomas A Kempis dari bukunya yang terkenal The Imitation of Christ, judul bagian ini adalah "Manfaat Dari Kesukaran Hidup" :

“Adalah baik bagi kita untuk mengalami ujian dan kesukaran berulang kali, karena semuanya itu seringkali mengingatkan kita bahwa kita masih dalam masa proses dan menjadikan kita tidaklagi berharap kepada satupun hal yang duniawi. Adalah baik bagi kita sesekali mengalami pertentangan, dituduh bersalah oleh orang lain sekalipun kita berbuat dan bermaksud baik. Hal-hal ini menolong kita untuk menjadi rendah hati dan melindungi kita dari sikap tinggi hati yang sia-sia.

Tatkala berdasarkan penampilan luar kita, orang-orang tidak menghargai kita, ketika mereka tidak memikirkan yang baik tentang kita, maka kita akan lebih banyak mencari Tuhan yang melihat hati kita. Karena itu, setiap orang harus berakar dengan teguh di dalam Tuhan. 

Ketika seseorang yang memiliki maksud baik tersiksa, digoda dan disakiti oleh pikiran-
pikira yang jahat, ia menyadari dengan jelas bahwa kebutuhan terbesarnya adalah Tuhan,
dimana tanpa Tuhan ia tidak dapat melakukan satu pun yang baik. Menjadi susah karena penderitaan dan kemalangannya, ia akan meratap dan berdoa. Ia menjadi lelah hidup di dunia dan merindukan saat-saat kematian dimana in bebas dan kembali bersatu dengan Kristus. Maka ia akan mengerti dengan jelas bahwa rasa aman yang sempurna dan ketentraman yang sepenuhnya tidak dapat ditemukan di dunia."
 
 
   
 
   
Blog, Updated at: 11:18 AM

0 komentar:

Posting Komentar

Mohon TIDAK menggunakan kata-kata kotor atau kasar yang tidak memuliakan nama Tuhan. Terima kasih atas perhatiannya. Salam Revival!

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.