KOMUNITAS PERSATUAN INTERDENOMINASI GEREJA YANG MEMPERJUANGKAN TERJADINYA KEBANGUNAN ROHANI

BARANGSIAPA TIDAK BEKERJA, JANGANLAH IA MAKAN

Posted By passion for revival on Rabu, 10 Juli 2019 | 8:28 PM


Oleh : Peter B, MA



Ada semacam konsep yang diyakini oleh sebagian (dan mungkin sebagian besar orang Indonesia yang agamis ini) bahwa kerja keras bukanlah sesuatu yang utama dan perlu diusahakan dalam hidup. Yang utama adalah beribadah dan taat pada aturan agama. Karena percaya bahwa Tuhan adalah sumber segala berkat, maka yang terpenting dalam hidup ialah banyak-banyak berdoa, bersembahyang, melakukan berbagai laku keagamaan supaya Tuhan berkenan mencurahkan berkat-Nya. Untuk hal-hal terkait pekerjaan sekuler, itu nomor dua. Sekedarnya saja. Tidak perlu ngoyo dan neko-neko. Cukup biasa saja dan tidak penting untuk menjadi sama dengan negara-negara maju. Tidak mengapa jika keadaan sekitar tidak terlalu baik atau kurang memenuhi standar kehidupan atau keindahan yang layak. Yang penting ibadah tidak boleh kendur. Jika perlu, waktu-waktu kerja dipotong, digantikan dengan jam-jam ibadah dan diisi aktivitas spiritual. Toh berkat itu datangnya dari Tuhan, percuma jungkir balik mengejarnya jika Tuhan tidak memberkati. Begitulah yang mungkin sempat terlintas atau mungkin juga memang mengendap di benak Anda yang sedang membaca tulisan ini. Dan sesungguhnya hal ini adalah nyata. Terjadi di tengah-tengah kita dan di depan mata kita. Tepatnya di ibukota beberapa waktu yang lalu sampai sekarang ini. Pilihan warga Jakarta tampaknya jelas. Kota megapolitan yang modern, sejajar dengan negara-negara maju bukan menjadi prioritas. Lebih baik tetap tinggal dalam kondisi yang lama asalkan "tidak berdosa" dengan memilih pemimpin yang tidak seiman.

Dalam Alkitab ternyata ada orang-orang yang berpikiran sedemikian. Mereka memandang ibadah sebagai sumber keuntungan (1 Timotius 6:5). Ada orang-orang yang ingin memperoleh berkat-berkat materi bahkan ingin menjadi kaya melalui ibadah (1 Timotius 6:9). Ada juga model yang lainnya. Paulus menyebutkannya sebagai orang yang "tidak tertib hidupnya dan tidak bekerja, melainkan sibuk dnegan hal-hal yang tidak berguna" (2 Tesalonika 3:11), yang oleh Paulus dianggap sebagai "orang yang tidak melakukan pekerjaannya dan tidak menurut ajaran kebenaran yang disampaikan Paulus" (2 Tesalonika 3:6).

Dari surat Paulus kepada Timotius yang dihubungkan dengan suratnya yang lain kepada jemaat Tesalonika, kita setidaknya dapat menduga orang-orang seperti apa yang ingin mendapat keuntungan dari ibadah ini :

1) Orang yang menjadikan Tuhan sebagai sarana untuk MEMPERBESAR berkat-berkat jasmani bagi hidup mereka. (1 Timotius 6:5,9-10). Ini adalah menjadikan Tuhan semacam sarana yang akan membuat mereka jadi kaya atau lebih kaya lagi daripada keadaan sebelumnya. Tuhan dijadikan seperti yang disebut oleh orang Jawa sebagai pesugihan, yaitu sesuatu yang dapat menjadikan kaya. Dengan cara apa mereka menjadikan Tuhan seperti demikian? Dengan cara selain bekerja sehari-hari, mereka rajin beribadah (biasanya dengan sibuk berbagai aktivitas gerejawi) dengan tujuan supaya Tuhan memberkati mereka secara materi dan berkelimpahan dengan harapan supaya menjadi orang-orang yang kaya menurut ukuran dunia;

2) Orang yang sibuk dengan berbagai kegiatan rohani tetapi meninggalkan apa yang semestinya menjadi tugas dan pekerjaannya karena percaya bahwa Tuhan akan mengirimkan berkat bagi orang yang rajin beribadah kepadanya.  Orang semacam inilah yang disebut Paulus dalam jemaat Tesalonika. Jemaat yang dipuji Paulus karena merupakan jemaat yang terus bertumbuh dewasa secara rohani tetapi di dalamnya ada orang-orang yang berpikir bahwa yang terutama adalah sibuk dengan hal-hal kerohanian dan ibadah namun di sisi lain melalaikan tugas pekerjaan yang seharusnya mereka lakukan sehari-hari. Mereka berpikir bahwa dengan sibuk berkegiatan rohani, berkat dan rezeki akan Tuhan kirimkan dengan sendirinya. Tidak perlu susah payah bekerja atau mengusahakannya. Ini mirip dengan contoh kondisi yang sedang berlangsung di negara kita sekarang ini. Orang-orang Kristen semacam ini menyalahartikan perintah Yesus untuk mencari dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya dengan menghabiskan waktu berkutat dengan hal-hal rohani (baca : agamawi) yang  tidak produktif, tidak berbuah dan tidak menjadi berkat melalui hidup mereka.


APA YANG DIAJARKAN PAULUS TENTANG INI?
Dua tipe orang di atas dipandang keliru oleh Paulus. Sekalipun mereka Kristen dan termasuk orang percaya, bukan itu yang diajarkan Paulus supaya diikuti oleh jemaat sebagai panduan dalam hidup.

Poin-poin berikut inilah yang disampaikan Paulus sebagai hikmat yang diterimanya dari Tuhan :

1. Ibadah memang mendatangkan berkat (baik jasmani dan rohani sebagaimana dijanjikan Tuhan), yang berarti pula ada keuntungan yang diterima orang yang beribadah, tetapi jangan sampai kita beribadah karena didorong motivasi untuk memperoleh keuntungan materi

Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar.
~ 1 Timotius 6:6 (TB)
Ibadah itu mendatangkan berkat dan keuntungan besar justru ketika yang beribadah datang dengan perasaan cukup. Suatu perasaan yang puas karena memiliki dan menikmati hubungan dengan Tuhan yang dimotivasi kerinduan untuk terhubung secara pribadi dengan Tuhan, untuk mengenal Dia, bergaul dan berjalan lebih lagi dengan Dia. Untuk mencari wajah-Nya dan kesukaan hati-Nya daripada apa yang dapat Ia berikan kepada kita. Terhadap sikap hati yang demikianlah, Tuhan akan dengan sukacita mencurahkan berkat dengan limpahnya.

Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah
~ 1 Timotius 6:8 (TB)
Paulus mengajarkan bahwa yang utama dalam hidup adalah mengetahui dan menyadari bahwa Tuhan mencukupi dan memelihara kita. Inilah suatu sikap hati yang cukup dan bersyukur di hadapan Tuhan, yang bahkan atasnya Tuhan akan menambahkan berkat-berkat tambahan yang tidak pernah terlintas di hati dan pikiran kita. Hati dan hidup yang penuh terima kasih kepada Tuhan adalah KUNCI TINGGAL DALAM BERKAT TUHAN. Dan berkat-Nyalah yang bahkan akan menjadikan kita kaya (dalam banyak perkara) walaupun dalam hati kita tak terbersit keinginan memiliki kekayaan duniawi yang berlimpah-limpah (lihat Amsal 10:22).

Ketahuilah, Tuhan tidak akan memberkati orang yang serakah. Ia memberkati orang-orang yang memahami kebaikan dan kasih karunia-Nya. Dalam rasa cukup dan puas di dalam Dia, akan dipercayakan-Nya kekayaan yang lebih besar karena Ia tahu itu akan dikembalikan oleh anak-anak-Nya itu untuk memuliakan-Nya.


2. Motivasi untuk ingin kaya dan karena cinta uang dalam ibadah justru mendatangkan kesesatan dalam hidup, malapetaka dan celaka, serta membuahkan berbagai kejahatan yang berujung kehancuran dan kebinasaan

Konteks 1 Timotius 6 :2b-10 adalah tentang ajaran yang sehat, khususnya dalam pengertian tentang motivasi dan tujuan ibadah. Oleh karena itu ayat-ayat berikut ini mengandung pengertian yang berhubungan dengan hal itu :

Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan.
Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.
~ 1 Timotius 6:9-10 (TB)

Mereka yang berpusatkan materi selama di dunia bukan saja tergoda dan jatuh dalam berbagai jerat dan nafsu. Ditilik dari sudut pandang konteks bagian ini, secara tersirat Paulus hendak mengatakan bahwa orang-orang semacam ini akan jatuh dalam pencobaan, dalam jerat, dalam berbagai hawa nafsu yang hampa, yang justru akan meruntuhkan kehidupannya itu DENGAN BERPIKIR DAPAT MENGGUNAKAN ATAU MEMPERALAT TUHAN SEBAGAI SUMBER KEUNTUNGAN MATERI DALAM HIDUP MEREKA. Motif yang didasari cinta akan uang ini, pada akhirnya hanya berujung pada hal-hal yang jahat, menyimpangkan seseorang dari iman yang benar, yang membuatnya tersiksa dengan berbagai kesedihan yang tidak perlu karena menginginkan kekayaan dunia ini.   

Ini menjadi semakin nyata ketika mengamati keadaan gereja-gereja. Gereja yang berfokus pada materi atau uang, pada akhirnya hanya membawa kegelapan daripada terang. Jika ibadah berkutat di seputar urusan materi dan bagaimana memperolehnya, maka yang ada hanya kesesatan dan kekecewaan belaka. Itulah yang akan dirasakan semua pihak yang ada di dalamnya.


3. Sekalipun rajin beribadah, Tuhan tidak akan memberkati orang-orang yang malas

Pada sisi lain, di samping orang-orang yang beribadah dengan motivasi memperoleh lebih banyak lagi berkat materi, ada orang-orang yang hanya berharap menyambung hidup dengan tidak melakukan apa-apa selain rajin melakukan ibadah.
Terhadap orang seperti ini, Paulus pun menentangnya.

Pesan Paulus dalam hal ini telah menjadi suatu kutipan klasik  :

"...Jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan"
~ 2 Tesalonika 3:10

Pernyataan ini sejatinya menyiratkan suatu pengertian yang sangat dalam akan pikiran Tuhan atas bagaimana seharusnya umat-Nya menjalani hidup.

Pertama, hidup anak-anak Tuhan bukan sekedar diisi dengan berbagai ritual atau kegiatan-kegiatan ibadah termasuk aktif berpartisipasi dalam pelayanan, melainkan sudah sepatutnya melakukan tugas dan bagian yang ditentukan oleh Tuhan untuk dilakukan sepanjang hidup kita.

Maksudnya, Tuhan memiliki agenda, tujuan, peran dan panggilan secara khusus bagi setiap anak-anak-Nya. Ia ingin setiap kita hidup di dalamnya (lihat Efesus 2:10), melakukan apa yang sepatutnya kita lakukan dengan cara sebaik-baiknya untuk membawa kemuliaan bagi nama-Nya (lihat 1 Korintus 10:31; 1 Petrus 4:11). Mereka yang dipanggil untuk bekerja secara sekuler, harus melakukan bagiannya dengan melakukan yang terbaik dalam pekerjaan atau profesinya. Demikian pula dengan mereka yang dipanggil untuk sepenuh waktu melayani Tuhan, sudah sepatutnya TERUS BERKARYA DENGAN BERJERIH LELAH MEMBAGIKAN BERKAT-BERKAT ROHANI YANG TUHAN TITIPKAN UNTUK DIBAGIKAN MELALUI MEREKA.
Setiap orang harus melakukan bagian kewajiban yang ditentukan baginya di dalam Tuhan, lebih daripada sekedar menyibukkan diri dalam urusan-urusan rohani yang tidak jelas arah, tujuan dan hasilnya.


Kedua, hidup jemaat Tuhan adalah tentang berkarya dan berbuah bagi kemuliaan Tuhan. Bukan kehidupan yang berlalu hari demi hari dalam aktivitas yang tampak rohani tetapi tanpa ada hasil yang dilihat dan dinikmati orang-orang di sekitarnya.
Ketika Paulus berkata, ..." jika seorang TIDAK BEKERJA, janganlah ia makan" sesungguhnya ia sedang menekankan betapa SETIAP ANAK TUHAN HARUS BERKARYA dalam hidupnya. Ia harus menghasilkan. Ia harus berbuah-buah seperti yang dikehendaki Bapa, pengusaha kebun anggur itu. Dan buah itu akan muncul dengan sendirinya ketika seseorang terhubung dan melekat pada Kristus, pokok anggur sejati itu. Kesibukan pelayanan yang tiada henti namun sangat sedikit kemajuan rohani yang diperoleh diri dan orang-orang sekitarnya menunjukkan kemandulan rohani, suatu tanda kemelekatan rohani seseorang yang bukan kepada Kristus tetapi kepada hal-hal lain yang mungkin tampak rohani tetapi bukanlah kepada Kristus itu sendiri.

Dalam hal ini, Paulus mengambil tindakan yang lebih jauh lagi. Sebagaimana yang telah saya tulis dalam artikel https://worshipcenterindonesia.blogspot.com/2018/12/benarkah-rasul-paulus-melayani-sambil.html?m=1, Paulus yang seharusnya tidak perlu bekerja di luar tugas sebagai hamba Tuhan, memilih untuk bekerja dengan tangannya sendiri demi menghidupi dirinya (dan tidak mau hidup dari persembahan jemaat) dengan tujuan supaya MEMBERIKAN TELADAN BAHWA IA TIDAK MAU MENJADI BEBAN BAGI JEMAAT DAN TIDAK MAU MAKAN ROTI ORANG DENGAN PERCUMA SEHINGGA IA BERUSAHA DAN BERJERIH PAYAH SIANG DAN MALAM.
Pada dasarnya, Paulus telah berkarya sebagai seorang hamba Tuhan, namun oleh suatu keadaan khusus dimana ia dikehendaki Tuhan menjadi teladan bagi jemaat supaya tidak bermalas-malasan dan menggantungkan hidup dari sumbangan jemaat, maka Paulus menambahkan susah payahnya dengan bekerja membuat tenda. Meskipun ia berhak menerima dukungan materi dari jemaat, Paulus dengan sengaja tidak menerimanya  untuk menunjukkan BETAPA SEORANG ANAK TUHAN, LEBIH-LEBIH HAMBA TUHAN, BUKAN SEKEDAR MENYIBUKKAN DIRI BERIBADAH ATAU MELAYANI TUHAN SAMBIL MENUNGGU BERKAT DICURAHKAN, MELAINKAN TERUS BERKARYA DAN BERBUAH LEBAT BAGI TUHAN HARI DEMI HARI.

Harus diakui bahwa dalam hal ini, banyak anak Tuhan yang masih sukar membedakan manakah giat berkarya dan berbuah bagi Tuhan dengan sekedar menyibukkan diri dengan kegiatan agamawi semata. Namun, itu seharusnya tidak terlalu sulit diketahui, Itu akan terlihat dari seberapa banyak orang yang merasakan berkat-berkat rohani yang membawa orang mendekat dan mengenal Tuhan dari kehidupan kita. Buah rohani sejati membawa orang menyadari keberadaan Tuhan dan menarik orang untuk mengenal Tuhan lebih lagi.


Ketiga, berkat Tuhan dicurahkan sepenuh-penuhnya bagi orang-orang yang berkarya dan yang menghasilkan sesuatu dari kehidupan yang sesuai dengan kehendak-Nya
Ingat sekali lagi. "Siapa yang tidak bekerja, JANGAN IA MAKAN". Itu berarti dalam kerja, Tuhan memberikan makanan. Dalam kerja keras, jerih payah, melakukan yang terbaik untuk berbuah-buah dalam hidup itulah Tuhan akan mencurahkan berkat-Nya! Seberapa banyak yang memahami hal ini?

Tuhan memberikan potensi dan memiliki panggilan bagi masing-masing kita. Dia ingin kita menjalani hidup sebaik-baiknya bersama Dia di dalamnya. Bukan sekedar menjalani hidup tetapi berkarya dan menghasilkan dalam hidup. Terhadap pribadi-pribadi yang demikianlah IA MENYEDIAKAN MAKANAN. Bukankah sudah merupakan kodrat manusia sejak diciptakannya manusia pertama untuk bekerja, berusaha dan berkarya mengemban tugas Tuhan? Dalam menghidupi kodratnya itulah Tuhan memberkati manusia. Ia bukan Allah yang malas, begitu pula ciptaan terbaik-Nya. Tidak ada sifat malas yang ada dalam di manusia, kecuali dia dalam cengkeraman kuasa dosa.

Dengan dasar ini, Matius 6:33, perintah supaya mencari dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya, harus dipandang bukan sebagai suatu perintah untuk meninggalkan pekerjaan sehari-hari lalu sibuk dalam berbagai kegiatan ibadah TETAPI MERUPAKAN PERINTAH UNTUK MENCARI DAN MENDAHULUKAN TUHAN DALAM SETIAP AKTIVITAS DAN KEHIDUPAN MANUSIA SESUAI KODRATNYA DI DALAM TUHAN. Maksudnya, sambil kita melakukan bagian kita yaitu bekerja dan berkarya selama di dunia, kita mencari pimpinan dan kehendak Dia untuk kita lakukan dan kerjakan dalam setiap langkah yang kita ambil.

Mengutip perkataan Yesus dalam Matius 6:26 dan 28, KITA JAUH MELEBIHI BURUNG-BURUNG DI LANGIT DAN BUNGA BAKUNG YANG DI LADANG. Mereka yang tidak menabur, menuai makanan atau memintal pakaiannya tetapi Tuhan peliharakan. Betapa lebihnya berkat Tuhan tercurah bagi kita yang bekerja dan berkarya sesuai kehendak-Nya, SUDAH PASTI AKAN DIBERKATINYA DENGAN LIMPAHNYA. Tidak perlu merasa takut atau kuatir apapun. Berkat-Nya pasti dicurahkan bagi kita yang rajin, tekun, taat dan setia hidup mengikuti petunjuk dan hikmat-Nya.

Mereka yang mencari dahulu kerajaan Allah sudah pasti akan dituntun untuk menjadi pribadi-pribadi yang penuh semangat dan rajin dalam kehidupan oleh karena demikianlah sifat dan ajaran Tuhan. Mereka yang mengharap "semuanya akan ditambahkan kepadamu" (sebagaimana janji dalam Matius 6:33) tanpa mau berkarya di dalam Tuhan dan bagi Tuhan, telah keliru menangkap maksud Tuhan dan sudah jatuh dalam kesesatan.


KESIMPULAN
Tidak selayaknya menjadikan Tuhan sebagai sumber mendatangkan kekayaan dan berkat jasmani dalam hidup kita. Dia sumber kehidupan kita yang menghendaki kita mengejar hubungan dan persekutuan dengan Dia lebih daripada sekedar berkat-berkat lahiriah dan kebendaan yang bisa diberikan-Nya. Mereka yang beribadah dengan motivasi memperoleh hal-hal duniawi akan kecewa dan tersesat. Sebab Tuhan tidak akan memberkati orang-orang yang bersusah payah atau berharap pada kekayaan dunia ini. Atas orang-orang yang demikian, bahkan jika mereka memperoleh kekayaan, ada kesedihan dan penderitaan di dalamnya yang menyebabkan mereka tidak dapat menikmati semuanya itu dalam kesenangan dan kegembiraan sejati yang merupakan pertanda berkat yang benar dari Tuhan.

Tetapi mereka yang berjalan dan berkarya bersama Tuhan tidak akan kekurangan berkat apapun. Gembala Agung yang baik itu akan mencukupi segala sesuatu bagi setiap domba-domba-Nya yang taat mengikuti jejak dan arahan-Nya. Bahkan mereka akan mengalami kelimpahan dalam hidup sesuai dengan kasih karunia dan takaran yang ditentukan Tuhan bagi setiap anak-anak-Nya.

YA, berkat Tuhan tercurah bagi mereka yang giat hidup dalam kehendak-Nya dan bagi kemuliaan-Nya!

Percayakah Anda?

Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga._
_Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah — sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur.
~ Mazmur 127:1-2 (TB)

Hati si pemalas penuh keinginan, tetapi sia-sia, sedangkan HATI ORANG RAJIN DBERI KELIMPAHAN.
~ Amsal 13:4 (TB)

"Sungguh, HATINYA MELEKAT KEPADA-KU, maka AKU AKAN meluputkannya, AKU AKAN membentenginya, sebab ia mengenal nama-Ku.
Bila ia berseru kepada-Ku, AKU AKAN menjawab, AKU AKAN menyertai dia dalam kesesakan, AKU AKAN meluputkannya dan memuliakannya.
Dengan panjang umur AKAN KUkenyangkan dia, dan AKAN KUperlihatkan kepadanya keselamatan dari pada-Ku."
~ Mazmur 91:14-16 (TB)


SALAM REVIVAL
Indonesia penuh kemuliaan Tuhan

 
 
   
 
   
Blog, Updated at: 8:28 PM

0 komentar:

Posting Komentar

Mohon TIDAK menggunakan kata-kata kotor atau kasar yang tidak memuliakan nama Tuhan. Terima kasih atas perhatiannya. Salam Revival!

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.