Oleh: Peter B, MA
“PAGI-PAGI BENAR, WAKTU HARI MASIH GELAP, IA BANGUN DAN PERGI KE LUAR.
IA PERGI KE TEMPAT YANG SUNYI DAN BERDOA DI SANA.” (MARKUS 1:35)
Pernahkah Anda melihat seorang
bintang bertemu dengan para fans beratnya? Satu atau dua acara di tv kita
mengusug thema tersebut dalam program-program tanyanganya. Rupanya acara
demikian sedang sangat digemari. Pertemuan antara seorang artis terkenal dengan
penggemarnya seringkali menarik untuk disaksikan. Adegan-adegan yang terjadi
tidak jarang mengundang haru, menyentuh perasaan, penuh kejutan, kegembiraan,
seru, terkadang juga sangat menegangkan. Beberapa penggemar yang sangat fanatik
sempat pingsan, menangis tersedu-sedu, berteriak histeris. Hampir semua dari
mereka selalu memeluk erat (bahkan ada yang tidak mau lepas), mencium, dan juga
menggandeng ketat sang bintang top kemana saja ia pergi. Mengapa ada ekspresi
perasaan yang demikian? Apakah yang sesungguhnya menarik dari pertemuan antara
celebritis dengan fans-nya tersebut? Mengapa acara tersebut menjadi laris dan
makin digemari? Jawabannya bisa bermacam-macam. Tetapi dari pengamatan saya,
penonton senang akan perasaan terharu yang muncul dari tindakan sang penggemar
yang begitu emosional saat bertemu dengan bintang pujaannya. Terlebih lagi,
sang penggemar ternyata cukup lama mengimpikan bintang idola dengan mengkoleksi
setiap gambar, foto, pernak-pernik yang berhubungan dengan bintang itu,
pokoknya segala hal yang berhubungan dengan sang bintang. Rasanya kerja keras
serta kerinduan sang penggemar terhapus setelah keinginan terbesarnya, yaitu
bertemu sang tokoh pujaan, terpenuhi.
Memang ada orang-orang yang begitu
hebat, cerdas, kaya, berbakat, terkenal, berkuasa, cantik, tampan, dan
berpengaruh yang sangat dirindukan untuk ditemui oleh orang-orang yang lain di
dunia ini. Dari sejak purba hingga saat ini, orang-orang hebat selalu di
kagumi, disanjung serta dipuja-puja. Banyaklah orang yang ingin untuk sekedar
bertemu atau melihat dari dekat. Raja Salomo yang begitu tersohor di zamannya
membawa kekaguman dan juga menarik perhatian seluruh penjuru dunia. Segenap
raja-raja belahan dunia yang lain berikhtiar untuk bertemu dengan Salomo.
Adalah suatu kehormatan tersendiri bisa diterima serta duduk semeja dengan Raja
paling kaya, paling adil bijaksana, paling berhikmat yang pernah ada di dunia.
Tidak terkecuali dengan Ratu Syeba dari Selatan. Ratu yang sangat kaya ini
tidak tahan untuk memaksa diri menempuh perjalanan jauh guna bertemu dengan
Salomo. Dengan demikian banyaknya orang yang ingin bertemu dengannya, jelas
Salomo amat sangat terkenal pada waktu itu.
Di pihak lain, ada orang-orang
yang tidak menginginkan untuk bertemu dengan orang lainnya. Sebagian orang
lainnya tidak gandrung kepada manusia lain. Mereka tetap mengagumi sesuatu
tetapi bukan orang, melainkan barang/benda. Ada orang-orang yang hidupnya
adalah demi benda-benda. Entah itu benda berharga seperti emas, permata,
berlian dan lain sebagainya. Atau juga benda-benda langkah dan antik.
Kadangkala itu bisa berupa binatang kesayangan, hobi mengumpulkan benda-benda
tertentu, atau mengagumi kendaraan-kendaraan tertentu. Urutan terbanyak
sebenarnya ada suatu barang yang tiap hari paling diingginkan, dicari,
didambakan, diusahakan, dikumpulkan, bahkan juga diutamakan oleh orang: uang.
Ya, ada begitu banyak orang yang langsung memikirkan sejak membuka mata pertama
kali di waktu bangun pada pagi hari mengenai uang. Alkitab berkata bahwa karena
memburu uanglah orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan
berbagai-bagai duka. Cinta akan uang menyesatkan begitu banyak manusia yang ada
di bumi sehingga mereka mendewakan uang malah menyerahkan diri untuk diperbudak
oleh uang. Banyak orang mengira mendapatkan dan memiliki uang
sebanyak-banyaknya akan membuat mereka hidup senang, berkuasa, dapat melakukan
apa saja sesuka mereka, mengendalikan segala situasi. Sesungguhnya mereka tidak
sadar bahwa diri merekalah yang sedang dikendalikan oleh sesuatu yaitu uang itu
sendiri.
Tokoh-tokoh terkenal,
bintang-bintang pujaan, harta melimpah, uang dalam jumlah yang besar. Itulah
perkara-perkara yang sangat diinginkan dan dicari oleh manusia di dunia ini.
Mereka memimpikan siang malam untuk bertemu artis atau tokoh idola mereka.
Mereka berpikir keras, memeras keringat, membanting tulang untuk mendapatkan
kelimpahan harta duniawi. Roda kehidupan dunia berputar tiap hari dan putaran
itu dipenuhi oleh mayoritas penduduk bumi ini yang menginginkan hal-hal di
atas. Demikianlah, kebanyakan orang menggunakan setiap detik berharga dalam
hidupnya untuk mengejar perkara-perkara nyata yang dapat dinikmati di dunia
ini. Bagi pandangan umum, itu adalah sesuatu yang wajar. Bahkan sangat wajar.
Tidak ada yang aneh sama sekali. Tetapi, sahabat, ingatlah sekali lagi bahwa
yang dianggap wajar dan normal oleh banyak orang tidak selalu merupakan hal
yang benar.
Apa yang didambakan dan dicari
oleh hampir semua orang di dunia ini adalah seperti apa yang diringkas oleh
Rasul Yohanes dalam tiga bentuk daya tarik dunia: keinginan mata, keinginan
daging, serta keangkuhan hidup, Ketiga hal ini adalah bentuk umum dari semua
hal yang ditawarkan oleh sistem dunia ini, sistem yang dikendalikan bukan oleh
Tuhan. Tipu daya penyesat yang disebut pula bapa pendusta itu telah merasuki
setiap segi pemikiran, konsep, cita-cita, tujuan hidup, harapan hidup,
kerinduan, hasrat terbesar, ambisi-ambisi yang tidak kunjung padam dari setiap
orang yang masih menghirup udara di muka bumi ini. Sistem dunia yang dikendalikan
oleh setan ternyata cukup efektif dalam meracuni setiap makhluk yang pernah
dijuluk sebagai ciptaan termulia dari Tuhan itu. Di setiap peradaban, manusia
tertelan oleh senyum menggoda penuh dengan bisa dari fatamorgana dunia. Jam
kehidupan terus berputar. Tidak berbeda dengan di indonesia. Pertanyaannya
adalah: adakah paling tidak di negara sendiri orang-orang yang tidak mencari
perkara-perkara yang biasa dicari orang pada umumnya? Adakah yang mencari
perkara-perkara surgawi sebagai ganti materi duniawi? Adakah yang mengejar
dimensi-dimensi kekekalan? Masih adakah orang yang muak dengan tawaran licik
sistem dunia yang sedang merosot menuju tingkatan yang terbawah ini? Tidak
adakah yang merindukan kebenaran, kesucian, kejujuran, ketulusan dalam pengertian
semurni-murninya? Adakah orang yang mencari … Allah?
Dan sampailah kita pada topik
utama. Jadi, apakah bedanya seorang yang disebut dengan penyembah sejati Allah
dengan banyak orang pada umumnya? Adakah perbedaan yang dapat kita beri garis
tegas antara hampir empat setengah milyar manusia di bumi yang tidak mengenal
Yesus Kristus sebagai Tuhan, dengan kita yang telah mengenal Kristus? Dari
uraian di atas: adakah perbedaan dari apa yang dicari oleh khalayak umum setiap
hari dengan apa yang kita cari dan perjuangkan tiap hari? Jika tidak ada
perbedaan, tidaklah layak kita dipanggil sebagai pengikut Kristus apalagi
menyandang sebutan penyembah. Jika tidak ada perbedaan, bukankah kita sama
dengan mereka: bukan terang melainkan gelap, bukan garam melainkan makanan
hambar tanpa rasa? Bukanlah kita dipanggil untuk membuat perbedaan?
Yesus sebagai teladan penyembah
sejati membuat perbedaan. Pada masa-masa pelayananNya yang semakin dikenal, Ia
sangat dicari oleh banyak orang. Seperti biasa, seorang dengan kelebihan khusus
dicari oleh khalayak ramai. Berbeda dengan mereka yang mengaku sebagai
hamba-hamba Tuhan sekarang ini, Yesus justru tidak menyukai publisitas. Menjadi
dikagumi bukan merupakan prioritas tertinggi yang menduduki puncak kegiatan
dalam jadwal acara harianNya. Di pagi-pagi yang sepi, Yesus terbangun. Bukan
untuk menyusun strategi KKR hari itu atau memikirkan cara menarik lebih banyak
orang lagi. Ia bangun pada waktu hari masih gelap, pergi ke tempat yang sunyi
dan … BERDOA. Ya, Markus mencatat singkat: Ia berdoa di sana. Uraian yang singkat, tetapi
menunjukkan hal yang dalam. “Berdoa” menjelaskan pada kita apa yang dicari oleh
Yesus di setiap hari kehidupannya, di setiap hembusan nafas dan debar
jantungnya, di dalam permulaan dari segala aktivitasNya. Yesus mencari wajah
Bapa. Persekutuan dengan Bapa adalah kerinduhan, keinginan, hasrat, ambisi, dan
hal terpenting dalam hidupNya. Itulah bedanya Yesus dengan orang banyak.
Orang-orang mencari orang lain, harta, uang, kenikmatan dan kemegahan dunia.
Yesus mencari persekutuan intim dengan Bapa. Dan itu pula yang seharusnya
menjadi perbedaan besar antara hidup kita dengan hidup banyak orang lain yang
tidak mengenal Tuhan.
O, biarlah kita menjadi seperti
Daud, penyembah sejati itu. Satu hal keinginannya selaras dengan keinginan Bapa
yaitu: diam di rumah Tuhan seumur hidup, menyaksikan kemurahan Tuhan. Kiranya
kita memiliki hati yang selalu rindu untuk berjumpa dengan Dia, menikmati
persekutuan di dalam kasihNya, mencari dan memandang wajahNya. Tuhan telah
berkata: “Carilah wajahKu”. Adakah kita memberikan tanggapan seperti Daud yang
berseru dalam gairah yang dalam, “Maka wajahMu kucari ya Tuhan”? Saudaraku,
ingatlah pertanyaan ini setiap hari: sudahkah Anda memandang wajahNya hari
ini?. Amin.
(Diambil dari warta Worship Center
edisi 26 – 5 Juli 2002)
0 komentar:
Posting Komentar
Mohon TIDAK menggunakan kata-kata kotor atau kasar yang tidak memuliakan nama Tuhan. Terima kasih atas perhatiannya. Salam Revival!
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.