KOMUNITAS PERSATUAN INTERDENOMINASI GEREJA YANG MEMPERJUANGKAN TERJADINYA KEBANGUNAN ROHANI

IT’S ABOUT A PERSONAL THING (SESUATU YANG BERSIFAT PRIBADI)

Posted By passion for revival on Senin, 20 Agustus 2018 | 9:00 AM



Oleh: Peter B, MA



“PAGI-PAGI BENAR, WAKTU HARI MASIH GELAP, IA BANGUN DAN PERGI KE LUAR. IA PERGI KE TEMPAT YANG SUNYI DAN BERDOA DI SANA.” (MARKUS 1:35)

Hubungan yang dekat selalu merupakan hubungan yang sifatnya pribadi. Kita mengatakan memiliki hubungan dekat dengan seseorang jika kita paling tidak telah sedikit banyak mengenal kehidupan pribadi orang tersebut. Tanpa ada suatu pengalaman yang sifatnya pribadi (mengenal dari dekat hingga perasaan hatinya yang terdalam) kita tidak dapat disebut memiliki kedekatan hubungan. Pengamatan sepintas lalu, catatan-catatan penelitian dari penampilan luar, data-data dari kabar burung tidak dapat menjadikan kita mengenal seseorang secara pribadi. Sekali lagi, untuk mengenal benar kepribadian orang lain, kita harus dekat dengan orang tersebut. Dan untuk dapat dekat dengan seseorang, kita harus menjamin suatu hubungan yang pribadi sifatnya.

Bersekutu dengan Tuhan adalah memberikan waktu-waktu kita untuk menjalin hubungan pribadi dengan Dia. Seperti Yesus, para penyembah sejati, meluangkan waktu mereka untuk membina hubungan yang dekat dengan Tuhan. Dan seperti telah diuraikan sebelumnya, hubungan yang dekat selalu mengandung unsur yang bersifat personal atau pribadi. Hubungan dengan Tuhan meliputi banyak hal namun itu juga meliputi sesuatu yang bentuknya begitu pribadi. Kita melayani dan beribadah bersama di gereja dengan saudara-saudara seiman yang lain tetapi kita tetap tidak boleh meninggalkan waktu-waktu kita berdua dengan Tuhan. kita dikuatkan saat melayani dan melakukan kegiatan rohani yang menyegarkan bersama rekan-rekan pelayanan kita, namun terlepas dari semuanya itu kedekatan kita dengan Tuhan harus senantiasa terjaga.

Sifat dari suatu hubungan yang disebut sebagai hubungan pribadi ditandai dengan adanya beberapa unsur. Yang pertama, hubungan itu dijalani hanya dengan sedikit orang. Teman-teman dekat kita yang mengenal kita secara pribadi dapat dihitung dengan jari, bukan? Dalam hubungannnya dengan Tuhan, itu berarti hanya Anda dengan Tuhan atau saya dengan Tuhan. Teladan yang ditunjukkan Yesus bagi kita adalah kepergianNya pada waktu pagi buta ke suatu tempat yang sunyi. Mengapa mesti ke tempat demikian? Tidak bisakah Yesus pergi ke pasar dan berdoa di salah satu sudut pasar? Atau mengapa Yesus tidak berdoa saja di tengah-tengah murid -muridNya? Bukankah murid-muridNya sedang tidur? Di sinilah perbedaan utama antara hubungan biasa yang umum sifatnya dengan suatu hubungan yang pribadi. Hubungan yang lain dapat kita jalin beramai-ramai, namun hubungan pribadi hanya dapat dijalin dalam waktu dan tempat yang khusus, dimana hanya ada kita dengan satu pribadi yang lain hanya ada kita masing-masing dengan Tuhan.

Dari waktu-waktu berdua itu muncullah unsur kedua yaitu keterbukaan. Yang dimaksud di sini adalah masing-masing dari kedua orang yang memiliki hubungan pribadi tersebut tidak segan-segan lagi membicarakan sesuatu yang mungkin sebelumnya hanya diketahui oleh dirinya sendiri. Pendek kata, segala rahasia hati dan hidup dibagikan dengan orang yang dengannya kita memiliki hubungan dekat tersebut. Hubungan pribadi dengan Tuhan tidak terkecuali: di waktu-waktu kita bersekutu berdua dengan Dia maka kita membuka seluruh hidup kita di hadapan Tuhan (meskipun tidak ada yang Tuhan tidak ketahui, tetapi Ia senang mendengar setiap cerita kita) dan sebaliknya Tuhan pun mulai menyingkapi rahasia rencanaNya yang telah terkandung lama di hatiNya kepada kita. Kita akan berbagi beban dengan Tuhan. Perasaan Tuhan menyatu dengan emosi kita. Beban-beban kita menjadi bebanNya pula, kerinduan-kerinduanNya akhirnya menjadi kerinduan kita pula. Pada titik inilah, hubungan pribadi itu menjadi sesuatu yang sangat vital sifatnya.

Banyak kali orang Kristen gagal dalam membina hubungan yang intim dengan Tuhan. Bukannya bergaul dengan Tuhan dan mencari jalan-jalanNya, kita sering menjadi sibuk dan disibukkan oleh aktivitas duniawi maupun (yang berbau) rohani. Kita bekerja, menyelesaikan studi, menjalin hubungan bisnis atau rekanan dengan orang-orang lain, mengkonsumsi hiburan-hiburan dunia tetapi kita lupa menyibukkan diri untuk mengenal Dia. Kita giat melayani, mengikuti tim-tim PI ke daerah terpencil, menjadi anggota kepanitiaan program-program gereja, melayani konseling pribadi atau mengenal satu per satu pribadi rekan pelayanan kita tidak ada yang salah dengan semua itu. Tetapi segala hal yang lain, meskipun itu bagi kepentingan pekerjaan Tuhan, menjadi kurang bermakna bahwa tidak bermakna jika kita melupakan saat-saat kita menjalin hubungan intim dengan Tuhan. Akibat melalaikan semua ini sebenarnya sangat fatal. Kita akan kehilangan Dia.

Mengapa hari-hari ini ada banyak pelayanan yang tidak berhasil? Mengapa pada masa ini, gereja sering salah menangkap maksud Tuhan? Di manakah tuaian besar yang sering disampaikan dengan penuh semangat dari mimbar-mimbar gereja di Indonesia? Mengapa pula begitu banyak hamba Tuhan yang sangat tidak produktif? Hasil-hasil rohani apakah yang telah dicapai oleh gereja maupun organisasi-organisasi Kristen yang ada? Mengapa pembangunan gedung serta pertandingan program yang sekarang ini justru menjadi semakin marak di antara gereja Tuhan? Apakah kita sedang benar-benar mengikuti kegerakanNya? Tidak ada jawaban yang mudah untuk semua ini, tetapi ada satu jawaban yang jelas: umat Tuhan telah melupakan persekutuan intim dengan Tuhan. Gereja Tuhan tidak lagi bergaul dengan Tuhan. Hamba-hambaNya tidak mengenal atau dikenal lagi oleh Tuhannya. Umat Tuhan menyebut nama Tuhan yang sesungguhnya tidak pernah mereka kenal! Yesus yang dipanggil orang-orang Kristen zaman ini adalah Yesus yang disalahmengerti. Kita tahu namaNya tetapi tidak mengetahui sifat-Nya.Semuanya terjadi karena kita semua telah kehilangan hatiNya.

Kecenderungan yang sangat mengerikan yang terjadi pada zaman ini adalah kita lebih sibuk dengan perkara-perkara kita sendiri daripada perkara-perkara Tuhan. Sebaliknya daripada menyediakan waktu, mencari wajahnya setiap hari, mengenal Dia dan jalan-jalanNya, mendalami akan kepribadianNya, atau menyelami isi hatiNya, banyak kali gereja Tuhan sibuk dengan urusan-urusan, program-program, rencana-rencana, aktivitas serta kegiatan mereka. Dan yang lebih parah, semuanya diatasnamakan Tuhan! Bagaimana mungkin Tuhan mengadakan rencana, program, acara, atau apapun itu di luar dari PribadiNya? Bukankah mustahil Tuhan menentang kata hatiNya sendiri dengan menyetujui rencana-rencana kelas dua? Mungkinkah suatu kegiatan yang tidak membawa orang mendekat padaNya mendapat persetujuan dariNya? Kita ada dalam situasi yang gawat. Kita sedang memasuki alam yang tidak Tuhan kenal. Kita mengikuti Dia dalam jalur yang salah. Jalan yang kita lewati saat ini lebar dan luas karena kita semua dapat berpesta pora sambil berlenggang kangkung. Padahal jalan yang ditentukan bagi kita itu sempit , penuh sesak, berat, sambil memikul salib. Jadi ada dimana kita sekarang? Kita sedang tersesat!

Mengikuti Tuhan sama dengan berjalan di belakangNya. Itu tidak boleh dilakukan dari jauh. Kita akan tertinggal karena Ia berjalan dengan sangat cepat. Untuk itu, kita perlu hubungan intim dengan Dia.
 kita perlu untuk terus menerus mendekat padaNya, menerima petunjuk dan arah dari padaNya.
Dan itu hanya bisa kita lakukan jika setiap kita jemaat Tuhan, orang-orang percaya memiliki hubungan intim pribadi dengan Tuhan. Seperti kata nast dalam Mazmur 25:14: “Tuhan bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjianNya diberitahukanNya kepada mereka” demikian pula Tuhan memberitahukan setiap rahasia rancangan yang dalam hatiNya kepada kita yang bergaul karib dengan Dia.

Gereja Tuhan di akhir zaman akan dipulihkan. gerejaNya akan dibangun dan dipenuhi dengan bangunan orang-orang percaya yang menjadi penyembahNya yang sejati di dalam roh dan kebenaran. Umat Tuhan tidak lagi bergantung pada manusia tetapi mereka akan berjalan masing-masing dalam pimpinan Tuhan lewat Roh KudusNya. Dengan demikian, gereja akan berkuasa karena setiap jemaat, satu per satu dari mereka, akan berjalan dalam pimpinan Tuhan sendiri. 
Beribu orang tanpa urapan yang tidak memiliki hubungan pribadi dengan Tuhan sama dengan nihil dibandingkan satu orang yang memiliki hubungan pribadi yang kuat dengan Tuhannya. Itulah yang terjadi dalam kisah Daud. Satu orang seperti Daud, yang mengenal dan dikenal oleh Allahnya, begitu perkasa dan diurapi. 
Lebih daripada di masa lampau akan terjadi kini. Gerejanya akan dipenuhi Daud-daud. Bukan hanya seorang namun ribuan orang. Mereka mengenal rencana Allahnya karena mereka memiliki persekutuan yang tersembunyi dengan Tuhan di dalam batin mereka. Jadi, mari pergi ke tempat yang sunyi dan bertemu dengan Allah di sana! Amin.

(Diambil dari warta Worship Center edisi 25 – 28 Juni 2002)

 
 
   
 
   
Blog, Updated at: 9:00 AM

0 komentar:

Posting Komentar

Mohon TIDAK menggunakan kata-kata kotor atau kasar yang tidak memuliakan nama Tuhan. Terima kasih atas perhatiannya. Salam Revival!

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.