KOMUNITAS PERSATUAN INTERDENOMINASI GEREJA YANG MEMPERJUANGKAN TERJADINYA KEBANGUNAN ROHANI

6 SIKAP HATI YANG MENYEBABKAN KITA SULIT BERTANYA

Posted By passion for revival on Jumat, 12 Juli 2024 | 6:16 PM

Oleh Peter B.


Dari perenungan saya, saya menemukan 6 sikap hati yang menghalangi atau menjadi penyebab mengapa kita kesulitan mengajukan pertanyaan.
Jika salah satu saja dari keenam hal tersebut ada dalam hidup seseorang, ia akan menjadi sulit untuk bertanya dan belajar.
Sebab pada dasarnya, jika seseorang sungguh menempatkan diri dan hidup sebagai murid Kristus, maka bertanya bukan merupakan sesuatu yang sukar. Itu akan mengalir keluar secara natural dari dirinya. Tidak perlu dipaksa² atau selalu didorong² untuk bertanya.
Jadi, secara umum, ketika bertanya yang berkaitan dengan kemajuan rohani masih menjadi suatu kesulitan bagi kita, hampir pasti itu disebabkan karena kita belum benar² menjadi murid sejati. Kerinduan dan kerelaan untuk belajar masih minim atau rendah dalam hidup kita.

Secara lebih seksama, inilah 6 hal yang menghambat atau mempersulit kita untuk bertanya secara tulus dan jujur demi kemajuan rohani kita :

1) Masih kurang dalam proses  introspeksi diri
Ketika kita tidak benar² jujur dan tulus memeriksa diri kita, maka firman Tuhan yang kita baca, dengar atau terima seringkali akan lewat begitu saja dari pikiran kita.

Atau setidaknya, ketika kita tidak terus menerus dengan tulus dan jujur menghubungkan suatu kebenaran firman dengan sikap hati dan hidup kita, maka kita akan berpikir bahwa firman yang kita dengar itu lebih tepat/cocok bagi orang lain daripada diri kita.

Contohnya : biasanya firman Tuhan yang topiknya tidak sesuai atau berkaitan langsung dengan kondisi kita sering lebih mudah diabaikan dan tidak kita dialami lebih lagi. Misalnya seorang yang belum berkeluarga, tidak akan banyak minat terhadap pengajaran mengenai keluarga sehingga tidak akan bertanya lebih jauh mengenai hal tersebut.


2) Kurang rindu mendalami firman hingga ke praktek hidup secara nyata sehari²

Sebagai kelanjutan dari poin 1, penyebab banyak anak Tuhan tidak bertanya adalah karena merasa cukup memahami sebatas teori atau pengertian² yang baik yang dijelaskan kepadanya.
Dan seperti yang sudah umum kita ketahui, ada gap atau jurang atau celah yang lebar antara teori dan praktek, apapun itu bidang keilmuannya.
Ketidakpahaman mengenai adanya celah ini membuat banyak orang sering menganggap dirinya telah mengerti dengan memahami teorinya padahal ketika itu dibawa ke dalam bentuk praktek² yang sesuai dengan bunyi prinsip firman Tuhan itu, oleh karena ia belum memikirkan prakteknya lebih jauh, ia kesulitan menjelaskannya.

Ketika secara teori orang merasa sudah memahami, seringkali ia berhenti dan merasa cukup. Itulah sebabnya ia tak bertanya lagi.

Contohnya : ketika diajar mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa, akal budi dan kekuatan sebagai hal mengarahkan seluruh kehidupan bagi Tuhan dan tak bersisa bagi kepentingan diri maka seseorang bisa saja memahami bahasa dan pengajarannya. Ia mengaminkan dan setuju. Jika ia merasa sudah paham, ia tidak akan bertanya apa² lagi. Jika ditanya "apakah maksudnya mengasihi Tuhan di atas segalanya itu", ia akan mengulang pernyataan teorinya tapi ketika ditanya praktek nyata dalam kenyataan hidup sehari², ia kesulitan menjawabnya. Jawabannya bisa kesana kemari. Dan karena ia tidak paham benar praktek nyatanya, tidak ada perubahan apa² dari hidupnya yang menyatakan suatu kehidupan yang mengasihi Tuhan di atas segalanya.


3) Masih kurang dalam menghubungkan kebenaran firman dengan masalah, maksud, peristiwa, kejadian, fenomena hingga kondisi dunia di sekitarnya
Sebab ketiga adalah karena kurangnya sikap berpikir kritis. Pikirannya sering dibuat non aktif. Hanya berpikir apa yang di depan mata saja setiap hari. Hidup dijalani secara mengalir saja setiap hari, yang kebanyakan terputus dari perkembangan² yang terjadi di sekitarnya walaupun itu terjadi di depan mata.

Mereka yang seperti ini biasanya memandang yang penting menjalani hidup suci, jadi orang baik², aktif beribadah, sambil menunggu kedatangan Tuhan kedua kalinya. Mereka tidak peduli dengan maksud dan rencana Tuhan atas dunia ini dimana Tuhan memberikan amanat agung bagi mereka dan memanggil mereka mempengaruhi dunia.

Karena pengertian rohani yang sempit dan tidak peduli dengan apa yang terjadi di muka bumi, mereka tidak punya pertanyaan untuk disampaikan.

Contoh : mereka yang merasa Tuhan tidak campur tangan dan turut serta dalam percaturan politik suatu bangsa, tidak akan menanyakan mengenai sikap atau pilihan politik yang perlu diambilnya. Ia akan sembarangan saja mengikuti arus dan saran yang disampaikan orang lain atau pemimpin rohaninya tanpa perlu merasa bersikap kritis menanyakan mengapa ia harus memilih capres A, B atau C dalam pemilu mendatang. 


4) Belum melakukan firman itu dalam hidup sehari²
Banyak orang tidak bertanya lebih lanjut mengenai bagaimana sesungguhnya kejelasan pengertian akan suatu firman seringkali karena mereka sebenarnya BELUM MENJADI PELAKU FIRMAN itu sendiri. Mereka mendengar dan menerima firman, merasa terhibur dan mengerti tapi tidak melakukannya dalam hidup sehari². Akibatnya, dia merasa tidak ada masalah dalam pengertiannya itu. Dia memandang dirinya tahu dan paham.

Padahal jika prinsip firman itu dilakukan dalam praktek sehari² SERINGKALI MUNCUL KENDALA, HAMBATAN, KESULITAN, KEBINGUNGAN BAHKAN TANTANGAN yang tidak sedikit akibat ingin melakukan kebenaran firman itu. Nah, mereka yang tidak mempraktekkan firman itu sering merasa tidak ada masalah dengan pengertian mereka karena mereka memang tidak mengalami kesulitan apapun yang harus dicarikan solusi. Hanya mereka yang rajin menjadi pelaku firman akan menemukan berbagai dinamika bahkan kesulitan yang dapat mereka jadikan pertanyaan saat menghadapinya.

Contohnya : ketika anjuran untuk hidup kudus diajarkan, yang tidak rindu hidup kudus merasa cukup paham dengan ajaran tersebut dan tidak bertanya lebih lanjut. Ia merasa jelas dengan pengajarannya, lalu mau ditanyakan apalagi?
Namun mereka yang pulang dan mencoba mempraktekkan hidup kudus menemukan bahwa banyak tantangan dan godaan dalam m:njaga kekudusan. Bahkan mereka kewalahan dengan apa yang mereka hadapi. Karena mereka mengalami kesulitan mempraktekkan firman maka banyaklah pertanyaan mereka.



5) Puas diri rohani
Dalam puas diri rohani seseorang merasa dirinya sudah mengerti dan tahu semua tentang sepenuh maksud suatu prinsip firman. Ia tidak mencari tahu lebih lanjut karena merasa tidak perlu mengetahui lebih lagi.
Dalam kenyataannya, banyak yang belum diketahui orang yang puas diri rohani. Ia tampak seperti sudah tahu banyak padahal hanya sedikit yang benar² ia pahami.

Ada banyak sekali orang Kristen yang seperti ini. Tahu sedikit tapi bisa berceloteh tentang hal² rohani. Kutip ayat sana sini lalu menjelaskan seolah ia paham padahal ketika ditanyai satu atau dua pertanyaan yang mendalam, ia tidak mampu menjawabnya. Ini karena ia sudah merasa puas dengan yang dipahaminya. Ia merasa dengan pengetahuan yang sedemikian, ia merasa sudah mencapai suatu posisi yang baik dan berkenan di hadapan Tuhan. Padahal mereka salah.
Seperti jemaat Laodikia, mereka salah menilai diri dan merasa baik² saja padahal banyak sekali kekurangannya di hadapan Tuhan.

Sikap berpuas diri secara rohani adalah sikap suam² kuku rohani yang dibenci Tuhan. Mereka tidak mencari dan mengejar hikmat dan jalan² Tuhan dengan segenap daya yang ada pada mereka. Mereka sekedarnya saja mencari Tuhan lalu menganggap dirinya sudah ada pada tingkatan yang Tuhan harapkan.

Contohnya : orang yang sudah mengenal Yesus sebagai Juruselamat dan puas telah menerima keselamatan dalam Tuhan lalu ia berpikir untuk menunggu kematian dan masuk sorga saja, tidak akan mencari tahu atau bertanya lebih jauh mengenai kehendak atau rencana Tuhan secara pribadi dalam hidup mereka. Mereka hanya menghadiri acara² ibadah dan jadi jemaat yang rajin dan baik saja. Tak ada pertanyaan lebih lanjut untuk pertumbuhan rohani karena mereka memang tidak punya pikiran untuk bertumbuh dalam pengenalan akan Tuhan. 


6) Membatasi diri secara rohani
Beberapa orang memasang batas dalam hal rohani.

Mereka mau ikut Tuhan dengan persyaratan dan ketentuan mereka sendiri. Mereka mau ikut Tuhan sampai titik atau jarak tertentu dari hidup mereka. Mereka tidak mau terlalu jauh melangkah bersama Tuhan.  Mereka tahu Tuhan memiliki rencana dan tujuan terbaik dari hati-Nya bagi mereka. Tapi mereka tidak mau peduli dan tidak mau tahu. Mereka merasa cukup tahu dengan yang mereka tahu saja selama ini. Hubungan yang lebih jauh dan lebih mendalam dengan Tuhan tak terbersit di hati mereka.

Terhadap orang yang membatasi dirinya dalam mengikut Tuhan, jika ia tidak bertanya itu bukan karena ia tidak tahu pertanyaannya tapi karena mereka pada dasarnya tidak mau bertanya lebih lanjut. Mereka takut mengetahui harga yang harus mereka bayar karena hubungan yang akrab dengan Tuhan itu. Mereka tidak mau terlalu dekat menjalin hubungan yang menuntut persembahan diri dan pengorbanan yang lebih besar lagi.

Hanya mereka yang ingin dekat dengan seseorang yang akan terus mencari informasi tentang pribadi yang menarik hati dan minat mereka itu. Mereka yang tidak berminat berhubungan lebih jauh hanya merasa perlu tahu sekedarnya saja.

Contohnya : seseorang yang masih ingin menjalani hidup dalam rencana dan tujuan pribadi, tidak akan pernah ingin menanyakan apa rencana dan tujuan Tuhan bagi hidupnya. 


Dari keenam sebab di atas, dalam kelompok manakah Anda termasuk?
Apakah Anda tahu bagaimana menangani dan mengubah semuanya itu untuk kemudian menjadi murid sejati?
 
 
   
 
   
Blog, Updated at: 6:16 PM

0 komentar:

Posting Komentar

Mohon TIDAK menggunakan kata-kata kotor atau kasar yang tidak memuliakan nama Tuhan. Terima kasih atas perhatiannya. Salam Revival!

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.