Oleh Peter B, MA
Pertanyaan :
Dalam konteks wabah corona baik orang yang fasik atau pun orang yang takut akan Tuhan mengalami kesulitan dan kesusahan yang sama. Atau kita perluas lagi semua bencana alam banjir, gempa... apakah kita dapat memastikan orang² yang takut akan Tuhan pasti akan selamat dan tidak ada yang menjadi korban? Apakah berarti semua korban bencana atau korban terdampak wabah merupakan orang2 fasik semua.. sedangkan orang benar aman² saja tak merasakan dampak?
Bagaimana hati kita menyikapi hal² ini... mungkin ada beberapa dari kita yang merasa dekat dengan Tuhan atau sudah merasa benar tapi kok ikut jadi korban bencana. Hal² semacam ini dapat berpotensi membuat hati kita tawar dan kecewa pada Tuhan.
Bagaimana dapat memahami Allah ketika diperhadapkan hal² semacam ini?
Menanggapi ini berikut yang bisa saya bagikan :
- Menilik Israel di tanah Gosyen, mereka sepenuhnya dilindungi dari tulah. Meskipun demikian, dalam kelanjutannya, di padang gurun pun tulah menimpa orang Israel itu. Jadi memang kerinduan Tuhan jelas, melindungi kita dari tulah yang menimpa. Namun jika kita tidak bersungguh hati kepadanya, tidak menaruh hormat dan percaya pada Tuhan yang telah terbukti sanggup melindungi dan menolong kita, maka tulah pun akan menimpa kita juga pada akhirnya.
Orang-orang yang hatinya melekat pada Tuhan dijanjikan perlindungan dari tulah (seperti dalam Mazmur 91). Kecuali ada maksud dan rencana Tuhan yang lain secara khusus (seperti atas Ayub) Tuhan akan menolong orang-orang benar luput dari bencana. Contoh paling spektakuler adalah Lot dan keluarganya yang dilarikan malaikat meninggalkan Sodom dan Gomora yang ditimpa malapetaka dari Tuhan.
- Akibat dosa orang-orang fasik, sedikit banyak orang-orang benar menanggung penderitaan akibat kefasikan tersebut. Seperti misalnya jiwa Lot yang menderita selama tinggal di Sodom. Atau nabi-nabi seperti Elia (yang terkena bencana kelaparan), Elisa (yang berkali-kali dikepung tentara asing), Yeremia (yang harus melihat kehancuran bangsanya), Yehezkiel, Daniel dkk (yang turut mengalami pembuangan) maupun rasul-rasul yang di bawah pemerintahan Romawi yang keji. Meskipun demikian, terhadap kesemuanya, di tengah-tengah kesulitan, Tuhan memberikan kasih karunia, pertolongan, solusi, pemeliharaan dan kekuatan menanggung segala perkara. Justru dalam keadaan-keadaan sukar semacam ini, nyata pula perbedaan antara orang-orang yang takut akan Tuhan dan yang tidak. Minimal dari kekuatan dan ketabahan menanggung derita serta dibukanya pintu-pintu berkat bagi anak-anak Tuhan dalam situasi-situasi yang sulit apapun itu.
- Reaksi pertama kita ketika mengalami bencana seharusnya adalah INTROSPEKSI DAN KOREKSI DIRI. Bukan merasa sudah benar dan layak dapat berkat. Kalau ada keadaan yang buruk menimpa sekeliling kita, khususnya bangsa kita, kita harus segera introspeksi : mengapa Tuhan mengijinkan ini terjadi, menimpa bangsa kita. Itu yang dilakukan Daud pada saat di Israel ada kelaparan (2 Samuel 21). Daud mencari tahu mengapa ada bencana yang tidak kunjung reda. Dan ketika Tuhan menunjukkan bahwa itu akibat hutang darah dari Saul dan keluarganya. Daud segera melakukan pemberesan dan membayarkan hutang darah itu. sehingga negeri itu kembali pulih.
Pertanyaannya, ketika bencana menimpa, apakah kita cenderung merasa sebagai orang benar yang pantas menerima perlindungan dan berkat full dari Tuhan atau kita mengoreksi diri dan mohon ampun atas segala kesalahan dan dosa kita, atas sikap-sikap kita yang keliru di hadapan Tuhan, atas penyimpangan yang telah kita lakukan dan atas kekerasan hati kita terhadap teguran Tuhan yang sudah berkali-kali dinyatakan kepada kita.
Jika ada kita dapati kesalahan, sudah seharusnya kita meratapinya (Ratapan 3:39-48)
- Jika kita memiliki hubungan yang benar dengan Tuhan, kita boleh yakin bahwa apapun yang terjadi, Tuhan akan membuka pintu-pintu pertolongan, berkat, solusi, hikmat, perlindungan, kekuatan, bahkan mujizat bagi kita yang percaya dan bersandar kepada Dia sepenuhnya. Mungkin tidak seperti yang kita inginkan dan angankan tetapi hidup kita tetap terpelihara dengan baik oleh kemurahan Tuhan.
Sewaktu Elia berputus asa dengan berpikir bahwa dirinya adalah satu-satunya orang yang setia pada Tuhan (lihat 1 Raja 19:1-4), Tuhan menyatakan kepadanya bahwa masih ada 7000 orang Israel yang setiai pada Tuhan dan tidak menyembah Baal (1 Raja 19:18). Logikanya, jika 7000 orang ini setia kepada Tuhan dan masih hidup pada hari Tuhan memberitahu Elia, maka selama kelaparan panjang itu, hidup mereka pun rupanya terpelihara seperti hidup Elia dan 100 nabi-nabi yang diberi makan Obaja.
Dengan kata lain, sekalipun ada bencana besar dan orang-orang benar turut menderita karenanya, Tuhan masih menyediakan jalan keluar dan pertolongan seberapa perlu untuk setiap keadaan mereka. Ini yang juga saya alami selama pandemi ini. Dan saya orang kesekian ratus juta dari segala zaman yang merasakan betapa baiknya Tuhan yang saya sembah itu karena Dia selalu menggenapi janji-Nya dan tidak ada satupun yang tidak dipenuhi. Jadi mari belajar percaya, menaruh iman dan pengharapan yang teguh dalam Tuhan. Apapun yang terjadi, selama kita berada di dalam tangan Tuhan, kita dibawa dalam situasi yang terbaik bagi kita. Mungkin tidak seperti yang kita bayangkan tetapi semua akan terbukti indah dan mulia pada waktunya. Bagian kita adalah berserah ke dalam tangan perlindungan Tuhan.
- Yang lebih perlu kita renungkan dan pikirkan adalah apa yang bisa kita lakukan untuk membalikkan keadaan yang buruk ini, bagaimana agar wabah segera berakhir, bagaimana mengundang campur tangan Tuhan supaya tulah cepat berlalu, pengaruh rohani apa yang bisa kita berikan atas keadaan yang suram ini dan seterusnya yang bersifat mengaktifkan kembali fungsi kita sebagai terang dan garam dunia.
Dari kesaksian hidup kita : pikiran, perkataan, perbuatan, teladan gaya hidup dalam hikmat dan kekuatan Tuhan, maka kita berharap menarik belas kasihan Tuhan atas negeri kita.
Semoga menjadi berkat.
Tuhan Yesus memberkati.
NB: Pengajaran dan pembahasan lebih mendalam telah disampaikan dalam pengajaran yang berjudul "TUHAN DAN BENCANA"
0 komentar:
Posting Komentar
Mohon TIDAK menggunakan kata-kata kotor atau kasar yang tidak memuliakan nama Tuhan. Terima kasih atas perhatiannya. Salam Revival!
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.