Oleh : Peter B, MA.
Kita masuk dalam pengertian selanjutnya akan
tanah pinggir jalan.
Fakta kedua mengenai apa yang disebut sebagai
'jalan' dalam Alkitab, adalah bahwa jalan merupakan tempat perlintasan dari
banyak orang. Setiap harinya tidak terhitung berapa banyak orang yang
berlalu-lalang menggunakan jalan untuk berpindah dari satu tempat ke tempat
yang lain sesuai dengan apa yang hendak dituju nya. Dapat dikatakan bahwa jalan
adalah tempat yang dilalui banyak kepentingan serta keinginan. Masing-masing
orang melewati suatu jalan dengan tujuannya sendiri-sendiri.
Pengertian yang kedua dari hati pinggir jalan
adalah kenyataan bahwa hati pinggir jalan itu adalah sesuatu yang dilewati dan
disesaki dengan banyak keinginan, aktivitas, kesibukan dan kepentingan. Jadi,
hati pinggir jalan dapat dikatakan sebagai hati orang yang setiap harinya sibuk
dengan urusan-urusan nya sendiri yang bersifat duniawi, yang karenanya
melupakan suatu pencarian dan ingat-ingatan akan perkara-perkara sorgawi yang
dari Allah. Hati pinggir jalan adalah hati yang mementingkan diri dalam rangka
pengejaran tujuan-tujuan pribadi yang berkaitan dengan hidup di dunia ini saja.
Tidak ada tempat di hati pinggir jalan agar benih Firman dapat masuk dan
bertumbuh di sana. Bagaikan jalan yang dilewati oleh banyak orang dengan
bermacam kepentingan setiap harinya, hati pinggir jalan terbuka untuk
perkara-perkara dunia tetapi tidak memiliki ruang sedikitpun bagi
perkara-perkara yang dari Tuhan.
Manusia, tanpa disadari, acapkali sedemikian
fokus dengan hal-hal bendawi maupun segala hal yang bersifat materi sehingga
melupakan kenyataan bahwa diri mereka adalah makhluk yang bersifat rohani, yang
diciptakan oleh Tuhan dengan tujuan memiliki hubungan yang dekat dengan
Penciptanya itu.
Begitu juga ada beberapa orang yang sudah
menetapkan hati untuk hidupnya digunakan mengejar suatu tujuan atau cita-cita
yang dianggap layak untuk diperjuangkan seumur hidup tanpa pernah berpikir
bahwa ada pribadi lain yang lebih berkuasa daripada mereka, yang dari padanya
manusia berasal, yang sejatinya juga memiliki harapan dan tujuan bagi hidup
mereka.
Manusia yang duniawi pada dasarnya tidak
pernah peduli akan Tuhan dan firman-Nya. Jika pun mereka dididik dalam agama
yang kental sejak dini, hati yang duniawi akan tetap mengejar apa yang duniawi.
Tidak heran apabila kemudian pengetahuan mereka akan hal-hal rohani juga
dijadikan sebagai sarana untuk memperoleh dan memperjuangkam pemenuhan bahkan
mencari kemakmuran dalam hal-hal duniawi.
Mereka Inilah yang disebut oleh Rasul Paulus
sebagai seteru salib Kristus :
Filipi 3:18-19 (TB)
18 Karena, seperti yang telah kerap kali
kukatakan kepadamu, dan yang kunyatakan pula sekarang sambil menangis, banyak
orang yang hidup sebagai seteru salib Kristus.
19 Kesudahan mereka ialah kebinasaan, Tuhan
mereka ialah perut mereka, kemuliaan mereka ialah aib mereka, pikiran mereka
semata-mata tertuju kepada perkara duniawi.
Seteru berarti lawan atau musuh. Seteru salib
Kristus berarti musuh dari salib Kristus. Maksudnya, menjadi penentang atau
penolak dari salib Yesus Kristus. Seteru salib berarti tidak mau tahu menahu
tentang pengorbanan Kristus maupun ajaran-Nya yang memanggil orang untuk
memikul salib dalam mengikut dia. Paulus mengatakan orang-orang yang menjadi
seteru salib ini adalah orang-orang menuhankan perut mereka. Yang dimaksud
disini adalah mengenai hawa nafsu duniawi yang ingin mereka selalu puaskan. Dan
untuk tujuan itu, mereka melakukan segala cara tanpa peduli bahwa cara-cara itu
adalah cara-cara yang jahat dan fasik. Sebaliknya mereka justru membanggakan
cara-cara itu karena dapat memenuhi keinginan dan memuaskan nafsu mereka
sehingga dikatakan bahwa apa yang semestinya menjadi aib mereka justru menjadi
kemuliaan mereka. Dengan sangat jelas Paulus mengatakan bahwa yang disebut
seteru salib Kristus ini orang yang pikirannya semata-mata kepada perkara duniawi,
untuk mencari keuntungan-keuntungan selama hidup di dunia sekarang ini semata.
Tidaklah terlalu mengejutkan apabila orang yang sepenuhnya dikuasai keinginan
akan perkara-perkara duniawi, pada prakteknya akan menolak apapun yang
ditawarkan kepadanya sebagai perkara-perkara Surgawi. Akhir dari hidup mereka
pastilah kebinasaan.
Tidak hanya Paulus. Rasul Yakobus juga
menyampaikan hal yang serupa. Yaitu bahwa orang yang bersahabat dengan dunia
menempatkan dirinya sebagai musuh atau penentang Tuhan.
Yakobus 4:4 (TB)
Hai kamu, orang-orang yang tidak setia!
Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan
Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya
musuh Allah.
Yakobus 4:4 (TL)
Hai kamu yang disifatkan seperti orang
berzinah, tiadakah kamu ketahui bahwa persahabatan dengan dunia ini, ialah
perseteruan dengan Allah? Sebab itu barangsiapa yang mau bersahabat dengan
dunia ini, ia itulah menjadi seteru Allah.
Semuanya ini menjelaskan mengapa benih Firman
yang berasal dari Tuhan tidak dapat masuk menembus tanah pinggir jalan. Hati
orang yang serupa dengan tanah pinggir jalan telah ditutup terhadap masuknya
perkara-perkara rohani karena hatinya hanya disediakan untuk semua yang duniawi.
Meskipun demikian, perhatikanlah, sang Penabur
tetap menaburkan benih itu ke atas tanah pinggir jalan. Tidakkah itu merupakan
sesuatu yang sia-sia? Bagi Tuhan tidak ada perbuatannya yang sia-sia. Firman
yang ditaburkan suatu kali menjadi kesaksian di penghakiman yang terakhir bahwa
Tuhan telah memberikan kesempatan dan kasih karunia yang sama kepada setiap
orang akan tetapi orang itu lebih memilih jalan-jalan dunia ini daripada
berpaling dan membuka hati kepada Tuhan.
PERLU DIGONCANG DAN DIHANCURKAN
Terhadap hati yang keras, supaya akhirnya
dapat menerima benih Firman, seringkali diperlukan perlakuan yang keras pula.
Tanah itu harus digemburkan. Dan itu artinya harus dicangkul, dibolak-balik,
diaduk, dibongkar dan diremukkan batu batunya supaya tidak lagi tertutup bagi
benih yang ditaburkan atasnya. Itulah sebabnya mengapa Tuhan seringkali
memberikan hajaran dan pukulan dalam hidup manusia melalui kejadian-kejadian
dalam hidup yang menunjukkan betapa seseorang tidak dapat berbuat semaunya
dalam hidupnya tetapi harus berpaling kepada Tuhan, sumber segala sesuatu dan
yang menyediakan apa yang paling perlu bagi kehidupan setiap insan.
Di sisi lain, itu pula sebabnya mengapa Tuhan
mengutus hamba-hamba-Nya yang menyampaikan pesan-pesan firman yang keras dan
menghujam ke dalam jiwa. Dan betapa perlunya firman-firman seperti itu
disampaikan oleh karena kekerasan hati manusia!
Tuhan mencari hamba-hamba-Nya yang mau diutus
menyampaikan pesan tanpa kompromi demi menghancurkan setiap hati yang keras,
yang tidak pernah sedikitpun diarahkan kepada Tuhan. Pesan-pesan yang keras
akan menggoncang dan meremukkan setiap tanah hati yang keras untuk kemudian
siap menerima kebenaran sejati yang dapat menyelamatkan hidup mereka. Kenyataan
bahwa hari ini ada begitu banyak pengkhotbah pengkhotbah yang menyampaikan
pesan-pesan menghibur serta lebih mendorong pada pencarian dan pemenuhan
hal-hal duniawi daripada rohani pastilah berdampak fatal bagi jemaat yang
mendengarkannya. Alih-alih menjadi tanah yang hancur dan siap menerima benih
Firman, hati jemaat malah semakin dikeraskan dan tertutup bagi benih sejati
dari surga.
Tanah hati yang telah dihancurkan pun tidak
selalu akan tetap demikian. Melalui perjalanan waktu, tanah hati yang telah
digemburkan, dapat kembali menjadi keras. Itu terjadi ketika kita membiarkan
pengaruh dunia lebih banyak dan lebih kuat masuk dan mempengaruhi hidup kita ketimbang mengijinkan Roh Tuhan
bekerja secara leluasa di hidup kita. Hati juga kembali menjadi keras karena
ketidaktaatan serta kemalasan rohani. Untuk itu kita perlu selalu berjaga-jaga,
mengusahakan hati kita tetap hancur dan lembut di hadapan Tuhan. Dengan cara
bagaimana kita melakukannya?
Dengan terus-menerus memeriksa diri dihadapan Tuhan, mencari tahu di hadirat-Nya melalui doa dan perenungan mendalam untuk mencari tahu apa yang kurang dari hidup kita di hadapan Tuhan. Kita harus membuka hati supaya Tuhan mengoreksi kita, menegur kita, bahkan jika perlu menghardik kita. Tanggapan atas koreksi Tuhan itulah yang membuat hati kita tetap lembut dan peka untuk kemudian mampu menyambut tuntunan dan petunjuk Firman selanjutnya yang berguna bagi kehidupan kita.
Adakah hari ini Anda melihat hati Anda tertuju
kepada hal-hal duniawi semata?
Adakah hati Anda hanya sedikit atau bahkan
tidak merespon sama sekali akan apa yang Tuhan sampaikan pada Anda?
Jika demikian keadaannya, segeralah datang di
hadapan Tuhan dan berseru seperti Daud : "Jadikanlah hatiku tahir, ya
Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh! (Mazmur 51:12)
Roh-Nya akan bekerja dan menggarap hati Anda
supaya terbuka dan siap bagi firman-Nya yang menghidupkan itu!
Salam Revival
Tuhan Yesus Memberkati Kita Semua
SERIAL PENGAJARAN MENGENAI "PERUMPAMAAN TANAH PINGGIR JALAN" :
"tanah tepi jalan adalah gambaran dari hati manusia yang keras dan tertutup akan perkara-perkara yang dari Tuhan asalnya."
"Hati orang yang serupa dengan tanah pinggir jalan telah ditutup terhadap masuknya perkara-perkara rohani karena hatinya hanya disediakan untuk semua yang duniawi."
"Berhati-hatilah terhadap pekerjaan kuasa kegelapan di hidup Anda.
Itu pertama-tama ditandai dengan sikap apatis, tidak peduli dan muak dengan firman Tuhan. Padahal sesungguhnya firman itulah HAL YANG BERHARGA DAN MULIA YANG SANGGUP MENGUBAH HIDUP ANDA. Sebab jika tidak demikian mengapa iblis bersusah payah mencuri dan menjauhkannya dari Anda?"
"Sebab jika Anda tidak datang kepada Tuhan dan mulai membuka hati bagi teguran-Nya yang memulihkan, Anda belum termasuk orang yang percaya dan diselamatkan."
"Dalam mempelajari hal-hal rohani dari sudut pandang hukum-hukum yang mati semata, lalu dengan hati yang masih belum diubahkan menjadi baru, ketidakmengertian seseorang akan apa yang berasal dari Tuhan bisa dibelokkan oleh kuasa gelap kepada kesesatan yang besar."
0 komentar:
Posting Komentar
Mohon TIDAK menggunakan kata-kata kotor atau kasar yang tidak memuliakan nama Tuhan. Terima kasih atas perhatiannya. Salam Revival!
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.