KOMUNITAS PERSATUAN INTERDENOMINASI GEREJA YANG MEMPERJUANGKAN TERJADINYA KEBANGUNAN ROHANI

BERPUASA, TIDAK SELALU MENGUNDANG PERKENAN TUHAN

Posted By passion for revival on Senin, 06 Mei 2019 | 8:33 PM


Oleh : Peter B, MA



Di negeri yang bernafaskan agama dimana-mana, tidak sedikit orang yang berpikir bahwa berpuasa adalah salah satu ibadah yang paling menyenangkan hati Tuhan.
Dengan berpuasa, beberapa orang merasa telah membawa dirinya pada tingkat kesucian tertentu, Dan logikanya, pastilah Tuhan berkenan pada (ibadah) mereka. Ini berlangsung sejak dulu. Di negara manapun. Tidak terkecuali di Israel pada zaman Yesus.

Sementara banyak yang beranggapan berpuasa membawa perkenan Tuhan atas hidupnya, Yesus menyampaikan sesuatu yang berbeda. Bukan sesuatu yang baru sebenarnya. Itu ada di kitab-kitab kuno mereka, yang sekarang kita sebut Perjanjian Lama.

Yesus mengajar,

"Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.
Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu,
supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu."
~ Matius 6:16-18 (TB)

Sesungguhnya Yesus sedang mengatakan bahwa tidak semua puasa berkenan di mata Tuhan.
Ada puasa yang ditolak-Nya. Yang jika terus dilakukan seperti itu di hadapan Tuhan, malahan justru membangkitkan murka-Nya.Sebagaimana yang dikatakan Yesus, setidaknya, inilah beberapa ciri-cirinya :

- muram mukanya, yaitu mengubah air mukanya (supaya diketahui orang sebagai orang yang sedang berpuasa);
- hanya karena ingin dilihat orang;
- disebut sebagai kelakuan orang munafik : mereka seperti melakukannya untuk Tuhan tetapi sesungguhnya mereka ingin menarik perhatian dan pujian manusia bagi diri mereka saja.

Puasa demikian adalah puasa agamawi. Hanya sekedar menjalankan aturan dan perintah agama. Yang semua dilakukan dengan tujuan utama supaya mengesankan orang lain yang melihatnya.
"Semua pekerjaan yang mereka lakukan HANYA DIMAKSUD SUPAYA DILIHAT ORANG", demikian kesimpulan Yesus tentang orang-orang Farisi bersama pengikut-pengikutnya (lihat Matius 23:5). Yang sangat rajin menjalankan aturan taurat tetapi melakukannya supaya dipandang dan dipuji manusia daripada oleh Tuhan.
Dan kita tahu betapa Yesus begitu geram sampai mengutuki tokoh-tokoh agama Yahudi ini. Apa sebabnya?
Karena melalui pertunjukan agamawi yang mereka tampilkan, mereka bukannya menarik perkenan Tuhan sehingga berkat Tuhan diberikan. Melalui cara-cara mereka yang menyombongkan perbuatan-perbuatan yang tampak saleh itu, mereka membenarkan diri sendiri dan sesungguhnya "memaksa" Tuhan untuk menerima ibadah mereka yang bahkan tidak ditujukan kepada Tuhan sendiri! Suatu bentuk penyembahan dan persembahan penuh kepura-puraan -suatu usaha menipu Dia, yang tidak mungkin dikelabui siapapun. Jika ini terus dipamerkan di hadapan Tuhan, MANA MUNGKIN TUHAN TIDAK AKAN MURKA.

Dalam Yesaya 58:3, dituliskan tentang orang-orang Israel yang bertanya kepada Tuhan : "Mengapa kami berpuasa dan Engkau tidak memperhatikannya juga? Mengapa kami merendahkan diri dan Engkau tidak mengindahkannya juga?"

Dan ini jawaban Tuhan di ayat yang sama dan seterusnya :

Sesungguhnya, pada hari puasamu engkau masih tetap mengurus urusanmu, dan kamu mendesak-desak semua buruhmu.
Sesungguhnya, kamu berpuasa sambil berbantah dan berkelahi serta memukul dengan tinju dengan tidak semena-mena. Dengan caramu berpuasa seperti sekarang ini suaramu tidak akan didengar di tempat tinggi.
Sungguh-sungguh inikah berpuasa yang Kukehendaki, dan mengadakan hari merendahkan diri, jika engkau menundukkan kepala seperti gelagah dan membentangkan kain karung dan abu sebagai lapik tidur? Sungguh-sungguh itukah yang kausebutkan berpuasa, mengadakan hari yang berkenan pada TUHAN?

Di hadapan Tuhan, ADA PUASA YANG MERUPAKAN PELANGGARAN DAN DOSA (lihat Yesaya 58:1). Sebagaimana yang dinyatakan juga dalam Zakharia 7:5-6,

"Katakanlah kepada seluruh rakyat negeri dan kepada para imam, demikian: Ketika kamu berpuasa dan meratap dalam bulan yang kelima dan yang ketujuh selama tujuh puluh tahun ini, adakah kamu sungguh-sungguh berpuasa untuk Aku?
Dan ketika kamu makan dan ketika kamu minum, bukankah kamu makan dan minum untuk dirimu sendiri?

Tuhan tidak berkenan dengan puasa yang dilakukan SEOLAH-OLAH DILAKUKAN BAGI TUHAN PADAHAL ITU DEMI DIRI MEREKA SENDIRI. Sesungguhnya ini berkaitan erat dengan motif hati kita.

Di hadapan Tuhan, ibadah kita tidak dinilai dari tampilan-tampilan yang kasat mata, yang dilihat oleh orang atau manusia lain pada umumnya. Nilai ibadah kita di hadapan Tuhan PERTAMA-TAMA DINILAI DARI APA YANG ADA DI HATI KITA. Dia mencari apakah sungguh dalam hati kita ada kasih bagi Dia, hasrat dan kerinduan tulus untuk dekat dan intim dengan Dia, untuk mengenal Dia dan jalan-jalan-Nya, untuk hidup mengabdikan diri pada-Nya, untuk menyukakan hati-Nya semata! Jika Ia mendapati itu ada di hati, maka ibadah lahiriah kita akan menyenangkan hati-Nya dan Ia pun dengan sukacita mencurahkan berkat-berkat-Nya. Namun, jika itu tidak didapatinya di hati kita, maka semua peragaan ibadah lahiriah kita akan memuakkan Dia. Itu mungkin akan mempesona manusia tetapi tidak dengan Diri-Nya. Itu bahkan dipandang-Nya sebagai usaha untuk menipu Dia dengan memamerkan segala kesalehan melalui usaha dan kekuatan sendiri. Persembahan terbaik sekalipun, jika tidak pas dengan yang diinginkan hati Tuhan, tidak akan diterima-Nya. Itu serupa persembahan Kain, yang membanggakan hasil pekerjaannya sendiri dan memaksa Tuhan menerimanya, padahal ia tahu apa yang memperkenan hati Tuhan.

Jadi, motif hati kita dalam berpuasa atau melakukan berbagai bentuk ibadah lainnya merupakan FAKTOR UTAMA DAN MENENTUKAN! Tanpa motif yang tulus ingin memuliakan Tuhan dan hidup bagi-Nya, maka semua ibadah kita PADA AKHIRNYA hanya demi memuaskan dan memenuhi tujuan-tujuan kita, baik untuk meredam tuntutan-tuntutan moral di dalam batin maupun demi menampilkan kesan yang baik di hadapan orang lain.

Ibadah yang tidak tertuju pertama-tama dan utama kepada Tuhan adalah sia-sia. Tidak ada nilainya sekalipun tampak seperti melakukan perintah dan firman Tuhan. Semuanya hanya menimbulkan kejijikan di hadapan Tuhan. Perasaan yang muncul di hati Tuhan sama seperti ketika Anda melihat seseorang yang mengaku orang baik-baik dan taat beragama tetapi Anda tahu benar betapa keji dan jahatnya ia dalam kesehariannya, saat kebanyakan orang tidak melihatnya. Ini serupa dengan melihat pimpinan KPK yang tertangkap basah melakukan korupsi besar-besaran. Atau foto pasangan di media sosial yang begitu mesra tetapi rumah tangga mereka sebenarnya dalam kehancuran! Merasa ditipu. Itulah tepatnya yang Tuhan lihat. Dan itu cukup membuatnya murka. Dan ketika Ia murka, tidak akan ada berkat diberi. Hanya ada kutuk dan hukuman.

Marilah kita memeriksa diri. Apakah puasa kita mengundang berkat Tuhan atau sebaliknya? Apakah ibadah yang naik di hadapan Tuhan akan memperkenan hati-Nya atau menggusarkan jiwa-Nya?
Jika ada di antara Anda yang menyadari telah berlaku keliru di hadapan Tuhan, mari datang dalam pertobatan. Mintalah hati yang baru, yang tulus mengasihi dan menghormati Tuhan sebagai penguasa satu-satunya dan kekasih dalam hidup Anda. Lalu, mintalah Roh Kudus menolong Anda hidup dalam ketulusan di hadapan Tuhan karena tanpa kuasa Roh-Nya, Anda tetap tidak akan mencapai kemajuan yang berarti dalam nilai ibadah Anda. Hanya dengan cara itu, semua penyembahan Anda selanjutnya akan dapat menyenangkan hati-Nya.

Salam revival!
Indonesia penuh kemuliaan Tuhan.

 
 
   
 
   
Blog, Updated at: 8:33 PM

0 komentar:

Posting Komentar

Mohon TIDAK menggunakan kata-kata kotor atau kasar yang tidak memuliakan nama Tuhan. Terima kasih atas perhatiannya. Salam Revival!

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.