KOMUNITAS PERSATUAN INTERDENOMINASI GEREJA YANG MEMPERJUANGKAN TERJADINYA KEBANGUNAN ROHANI

BEKERJA SEBAGAIMANA BAPA BEKERJA

Posted By passion for revival on Kamis, 06 Desember 2018 | 9:00 AM


Oleh: Peter B,



“Dan pada saat itu juga sembuhlah orang itu lalu ia mengangkat tilamnya dan berjalan. Tetapi hari itu hari Sabat. Karena itu orang-orang Yahudi berkata kepada orang yang baru sembuh itu: “Hari ini hari Sabat dan tidak boleh engkau memikul tilammu.”
“orang itu keluar, lalu menceriterakan kepada orang-oran Yahudi, bahwa Yesuslah yang telah menyembuhkan dia. Dan karena itu orang-orang Yahudi berusaha menganiaya Yesus, karena Ia melakukan hal-hal itu pada hari Sabat.” Tetapi Ia berkata kepada mereka: “Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga.” (Yohanes 5:9-10, 15:17)

Yesus adalah salah seorang manusia yang paling banyak menerima kritikan. Ia dikritik dan dicari kesalahanNya hampir dalam segala bidang kehidupan maupun dalam hal yang dilakukannya. Dalam konteks kisah dari nats renungan kita sekarang, Yesus baru saja dikritik oleh orang-orang Yahudi karena menyembuhkan seseorang pada hari Sabat dimana akhirnya orang yang telah disembuhkan itu pulang, berjalan sambil membawa tilamnya. Roh agamawi yang sedemikian kuat bekerja di antara orang-orang Yahudi membuat mereka menjadi kejam. Bukannya bersyukur karena mujizat terjadi di tengah-tengah mereka; bukannya mengucapkan pujian dan sorak sorai bagi Tuhan; bukannya bersujud menyembah menyaksikan keajaiban Tuhan; tetapi mereka menghujat dan membenci. Allah bersukacita melihat kebebasan, kelepasan dan kesembuhan. Adalah kegembiraan yang luar biasa bagi surga mengetahui seorang yang selama 38 tahun lumpuh tergeletak, pada hari itu bangun dan pulang ke rumahnya sambil membawa tilamnya. Sungguh tidak dapat diterima logika ketika orang-orang Yahudi menjadi marah dan melarang orang yang baru sembuh itu pulang sambil mengangkat tilamnya. Di pemandangan orang-orang, mengangkat tilam adalah pekerjaan dan itu melanggar Sabat. Di mata Tuhan, mengangkat tilam adalah mujizat dan itu mempermuliakan namaNya.

Yesus mendapatkan tuduhan demikian, menjawab dengan jawaban yang sangat singkat. Inilah jawaban yang akan menjadi pokok renungan kita mengenai penyembahan yang sejati: “BapaKu bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga.” Bagian pertama dari pembahasan kita adalah dari kata bekerja. Penyembah sejati adalah orang-orang yang suka bekerja. Mereka bekerja seperti Bapa. Mereka tidak malas tetapi giat. Mereka adalah pekerja-pekerja. Lebih daripada itu, mereka mendalami makna asli dari kata bekerja yang dikatakan oleh Yesus karena jika kita memeriksa lebih jauh, kita akan mengetahui dengan jelas bahwa arti kata itu bukan hanya sekedar ‘bekerja’ atau ‘mengerjakan sesuatu’ melainkan bekerja keras, bersusah payah.

Kehidupan penyembah yang sejati akan mencerminkan suatu kehidupan yang dinamis. Kehidupan mereka ditandai oleh semangat yang tidak kenal menyerah, optimis, penuh gairah hidup, roh yang menyala-nyala. Para penyembah sejati hidup dengan prinsip-prinsip terbaik dari Alkitab.  Mereka “mempersembahkan tubuh mereka sebagai persembahan yang hidup, kudus dan yang berkenan kepada Allah” sebagai ibadah mereka yang sejati. Dalam hidup sehari-hari dan bekerja, mereka penuh semangat karena mereka diajar supaya “janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.” Mereka “giat selalu dalam pekerjaan Tuhan” karena mereka sungguh-sungguh mengerti bahwa “dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.” Tapi… apakah mereka tidak pernah lelah? Tidak pernakah mereka menjadi capai dan malas untuk bekerja? Tentu saja mereka pernah merasakannya tetapi itu bukan masalah. Penyembah sejati akan berdiam diri menanti-nantikan Tuhan. Di sanalah mereka mendapatkan kekuatan baru. Mereka akan “seperti rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.”

Dalam hal sifat rajin, mungkin tidak ada yang dapat menandingi semut-semut pekerja. Salomo mengadakan sebuah penelitian kecil dan menyimpulkan: “biarpun tidak ada pemimpinnya, pengaturnya atau penguasanya, Ia menyediakan rotinya di musim panas dan mengumpulkan panennya pada waktu panen.” Sungguh luar biasa! Keistimewaan dari sifat semut-semut pekerja ini nyata dalam dua hal. Pertama, mereka tidak memiliki pemimpin, pengatur, atau penguasa namun tetap bekerja dengan baik. Ini berarti tidak ada yang menunjukkan kepada mereka bagaimana cara bekerja yang baik, tidak ada yang mengawasi mereka untuk memperingatkan mereka, dan tidak ada seorang berkuasa yang memerintah mereka. Semut-semut tidak memiliki buku petunjuk bekerja, tidak dalam pengawasan, tidak seorangpun memerintah mereka… tetapi mereka tetap bekerja! Dengan baik pula! Kedua, dalam bekerja mereka bekerja keras tidak mengenal istirahat atau berhenti sejenak. Di musim panas yang adalah musim terbaik untuk berlibur dan bermain, mereka tetap menyediakan rotinya. Di musim panen dimana kebanyakan orang berpesta panen, binatang-binatang kecil ini tetap mengumpulkan. Betapa rajinnya!

Salomo memperingatkan supaya para pemalas belajar kepada semut dan menjadi bijak. Siapakah para pemalas ini? Siapakah yang harus belajar kepada semut untuk menjadi sedikit lebih pandai? Tergolongkan kita sebagai salah seorang pemalas ini? Perlu diketahui dengan benar bahwa ukuran sifat rajin di pandangan mata Tuhan adalah seperti kerajinan seekor semut. Jadi sebutan pemalas itu adalah bagi siapa saja yang tidak dapat memenuhi standard sifat rajin Tuhan. Pemalas adalah mereka yang memiliki prinsip dan etos kerja jauh di bawah semut-semut itu. Jika kita baru bekerja setelah mendapatkan petunjuk sejelas-jelasnya mengenai pekerjaan kita, kita adalah orang yang malas berpikir. Apabila kita baru bekerja setelah ada yang mengawasi dan memperingatkan kita, kita masih tergolong para pemalas. Seandainya kita baru bertindak untuk bekerja setelah ada yang memerintah kita, sifat pemalas masih menjadi bagian kita. Bila kita suka untuk berhenti dan beristirahat dalam melakukan sesuatu, orang-orang malas masih merupakan sebutan yang layak untuk kita. Jadi itu bisa jadi saya atau Anda, bukan?

Oleh karena itu, kita harus membuktikan bahwa kita adalah ciptaan Tuhan yang mulia. Kita harus menunjukkan kita adalah para penyembahNya yang sejati, yang mendedikasikan seluruh keberadaan hidup kita bagi kemuliaanNya (Bukankah tugas yang diselesaikan memuliakan Dia? Lihatlah Yohanes 17:4). Kita harus hidup sebagai hamba-hamba tebusan yang telah ditebus dengan darah yang mahal sehingga satu-satunya ungkapan terima kasih kita yang terbaik adalah mengabdikan diri sepenuh dan seumur hidup kita kepada Allah Penebus kita.

Tuan Agung kita adalah pekerja keras. Bapa kita di surga suka melakukan banyak hal dan menyibukkan diri. Ia masih bekerja hari ini dan tidak ada pengangguran di surga. Sebagaimana Bapa bekerja demikianlah seharusnya kita. Yesus bekerja karena melihat Bapa bekerja (Yohanes 5:19) maka demikian juga kita mesti melakukannya. Sifat malas bukan dari Allah. Sifat malas adalah tipuan dari Iblis. Betapa bodohnya orang yang hidup dalam kemalasan dan percaya bahwa kemalasan itu tidak berbahaya. Iblis senang sekali dengan orang yang malas karena tanpa susah payah mereka sudah lumpuh dengan sendirinya. Ketahuilah satu hal: Iblis sendiri tidak pernah menjadi pemalas. Jadi, seorang pemalas lebih rendah derajatnya daripada binatang bahkan setan sekalipun.
Sebagai penutup bagian ini, simaklah pendapat jill Briscoe dalam artikelnya “Apa yang menghentikan Anda?”. Dalam tulisan tersebut, ia menyatakan 5 hal yang menjadi penghalang utama bagi hubungan intim kita dengan Tuhan. Kelima hal itu antara lain: sifat cuek/tidak perduli, pikiran yang sempit dan kecil, ketakutan akan harga yang harus dibayar, kesibukan dan kemalasan. Siapa yang hidup dalam kelima hal itu pasti tidak akan memperoleh apa-apa, tidak akan pernah kemana-mana, tidak tahu apa-apa mengenai Tuhan, tidak aka pernah mengerti bagaimana hidup yang berarti, dan akhirnya tidak tahu mengapa ia kemudian mengalami penderitaan!

Ingatlah selalu tips Salomo ini: “Tangan orang rajin memegang kekuasaan, tetapi kemalasan mengakibatkan kerja paksa.” Amin.

(Diambil dari warta Worship Center edisi 46 – 22 November 2002)

 
 
   
 
   
Blog, Updated at: 9:00 AM

0 komentar:

Posting Komentar

Mohon TIDAK menggunakan kata-kata kotor atau kasar yang tidak memuliakan nama Tuhan. Terima kasih atas perhatiannya. Salam Revival!

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.