Oleh: Peter B, MA
Suatu penelitian dan yang kemudian berubah menjadi suatu fakta adalah bahwa manusia lebih mudah mengingat pengalaman atau sifat yang negatif daripada pengalaman dan sifat positif orang lain. Orang lebih mudah mengingat apa yang buruk daripada apa yang baik kebaikan tampaknya lebih mudah dilupakan daripada kejahatan. Tidak percaya? Cobalah mengingat seseorang. Mungkin yang terdekat dengan diri Anda Sekarang pikirkanlah segala sesuatu mengenai dia. Hal-hal apakah mengenai orang itu yang lebih banyak muncul di pikiran Anda? Jika Anda menjawab hal-hal yang positif, puji Tuhan, tetapi hampir semua orang berpikir sebaliknya.
Sebenarnya mengapa pola pikir kita bisa menjadi seperti itu: mengingat hal-hal yang jahat dari orang lain lebih dari hal-hal yang baiknya? Saya tidak tahu pasti jawabannya, tetapi mungkin saja karena sifat dosa yang tertanam dalam diri manusia. Sifat kesombongan manusialah yang menyebabkan mereka tidak pernah menerima untuk disakiti begitu saja. Dan sifat itu jugalah yang membuat manusia malas dan segan untuk merendahkan diri dan mengucapkan terima kasih atas kebaikan orang lain. Kita merasa berat apabila dianggap berhutang. Itulah sebabnya lebih mudah melupakan kebaikan orang lain daripada menanggungnya seumur hidup sebagai hutang.
Sekarang bagaimana jika Anda memikirkan Allah? Apa yang Anda ingat-ingat tentang Dia? Hal-hal yang buruk dan negatif atau hal-hal yang baik? Mari kita buka perasaan kita secara jujur. Jika ada hal-hal dan pengalaman yang buruk dengan Dia, tuliskanlah itu disehelai kertas. Sebaliknya, cantumkanlah juga di sisi yang berlawanan mengenai segala kebaikan serta pengalaman-pengalaman yang menyenangkan bersama Dia. Manakah yang lebih banyak? Maafkanlah saya, tetapi saya tidak tahan untuk tidak menanyakan hal ini kepada Anda: sebenarnya adakah yang negatif, buruk,jahat, dan mengecewakan dari Tuhan?
Tidak hanya sekali saya memikirkan dan merenungkan tentang Dia. Berkali-kali hingga tak terhitung banyaknya. Setiap hari saya merenungkan sifat-sifat dan keberadaanNya. Berusaha menyelami segala hal mengenai Dia. Tetapi, sungguh – ini mungkin pengakuan terjujur dalam hidup saya, sungguh saya tidak pernah menemukan ada hal-hal yang jahat dan buruk mengenai Dia. Sebaliknya: setiap kali saya mengingat Dia, saya selalu menemukan satu (atau bahkan keduanya) yaitu bahwa Ia baik dan Ia penuh dengan kasih. Saat-saat ketika pikiran saya dipenuhi dengan Dia, saya hanya merasakan kasih. Ya, kebaikan dan kasih. Tak terasa karena mengingat kebaikan dan kasihnya, meluaplah rasa haru disertai air mata yang mengalir deras. Kata-kata yang terucap hanyalah, Tuhan, Engkau baik, sungguh baik, sangat baik bagiku. “Syukur pada Tuhan, karena tidak kita dapati yang buruk ada pada Allah. Tentang Dia, kita hanya bisa mengingat apa yang baik. Terpujilah Tuhan! “Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik. Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setiaNya!
Salah satu bukti kebaikan dan kasih Tuhan adalah saat Ia turun ke dunia mengambil rupa seorang manusia untuk menyelesaikan karya penebusan bagi manusia yang berdosa ini. Itu bukanlah suatu pekerjaan yang mudah dan sepele. Itu adalah suatu karya Agung. Yesus Kristus memberikan diriNya untuk menebus seluruh umat manusia, supaya barangsiapa yang percaya kepadaNya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal (Yohanes 3:16). KasihNya begitu besar sehingga Ia berkorban begitu besar. Seberapa besar kasih kita kepada seseorang menentukan seberapa besar kita berani berkorban bagi dia. Ukuran pengorbanan kita bagi Tuhan tidak lebih dari seberapa banyak kita mengasihi Dia.
Pengorbanan yang dilakukan Yesus Kristus, Tuhan kita mencapai puncaknya di kalvari. Pada Jum’at yang Agung itu, penyerahan Yesus untuk melakukan dan menggenapi rencana keselamatan Bapa
mencapai klimaks. Dengan penuh kesakitan dan penderitaan dari sekujur tubuhNya, Ia tabah sampai akhir. Darah yang tidak berhenti bercucuran dari ujung kepala hingga kaki tidak menyurutkan langkahNya untuk membuktikan kasihNya pada kita. Inilah kasih itu Kasih sejati. Bukan kita yang mengasihi Allah tetapi Allah yang telah mengasihi kita (Yohanes 4:10). Benar kata pujangga, “Tiada yang kurasa kalau bukan kasih.” Itulah yang dinamakan kasih Allah. Kasih karunia Allah, tepatnya Disebut kasih karunia karena itu merupakan kemurahan hati Allah pada kita yang seharusnya di hukum. Jika kita tidak layak menerima sesuatu tetapi kita menerimanya, itulah yang disebut karunia. it’s Grace Amazing Grace.
Tugas kita sekarang adalah hidup dalam kasih karunia itu serta menggunakan kemurahan Allah untuk hidup sepenuhnya bagi Dia. Allah telah menebus kita dari kehidupan dunia yang sia-sia, sebab itu jangan pernah lagi hidup dalam kesia-siaan itu lagi. Allah telah menebus kita agar kita dapat menjalin persekutuan yang intim dan akrab dengan Dia, sebab itu biarlah seluruh hidup kita diabdikan sepenuhnya bagi Dia, untuk menyatakan kemuliaanNya.
“betapa lebihnya darah Kristus..sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada (melayani) Allah yang hidup. “(Ibrani 9:14)
Rasul Paulus menasihatkan dengan tegas dalam 2 Korintus 6:1 “sebagai teman-teman sekerja kami menasihatkan kamu, supaya kamu jangan membuat menjadi sia-sia kasih karunia Allah, yang telah kamu terima.” Kasih karunia Allah adalah mahal dan tidak untuk disia-siakan. Celakalah mereka yang menyia-nyiakan kasih karunia Allah. Akan tiba waktunya Allah akan meminta pertanggungjawaban kita yang telah menerima kasih karuniaNya. Kata-kata manakah yang akan kita dengar dari mulut Allah? “Hai kamu, hamba yang jahat dan malas” atau “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia?
Kita semua ada di hati Allah. Ia memikirkan dan menyiapkan rencana yang indah bagi hidup kita. Ia tidak pernah melupakan ataupun meninggalkan kita. Ia selalu mengingat kita. Sekarang, adakah kita mengingat Dia, mengingat kasihNya? Mungkin Anda bertanya bagaimana kita mengingat kasihNya? Jawabannya ada dalam 2 Petrus 1:8: yaitu dengan bersungguh-sungguh dan giat hidup di dalam Dia! Jika kita tidak melakukannya berarti kita telah lupa akan segala kebaikannya (2 Petrus 1:9).
Satu lagu pujian mengatakan: “Ingat kasihNya ingat kebaikannya...dan anugrahNya yang slamatkanku...” Ya, apalagi yang dapat kita ingat tentang Tuhan selain kasih dan kebaikannya? Dengan mengingat kasihNya kita tidak akan pernah lelah melayani Dia. Di dalam mengingat kasihNya selalu ada kekuatan dan harapan yang baru kerinduan saya – saya berdoa supaya ini juga menjadi kerinduan Anda adalah saat dimana kita dapat berkata seperti Rasul Paulus. Bukan kata-kata kebanggaan dan kemegahan diri. Tetapi kata-kata yang penuh syukur dan penghormatan atas kasih karunia Allah. Inilah kata-kata orang yang berhasil di dalam Tuhan: “Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua, tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku” (1 Korintus 15:10). Kasih karunia yang sama diberikan kepada kita; akankah kita mampu berkata demikian satu saat nanti?
“Ku takkan lupa kasihNya...”
“Ku takkan lupa anugrahNya...”
(Diambil dari warta Worship Center edisi 24--13 April 2001)
0 komentar:
Posting Komentar
Mohon TIDAK menggunakan kata-kata kotor atau kasar yang tidak memuliakan nama Tuhan. Terima kasih atas perhatiannya. Salam Revival!
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.