Oleh: Peter B,
“Dan
pada saat itu juga sembuhlah orang itu lalu ia mengangkat tilamnya dan berjalan.
Tetapi hari itu hari Sabat. Karena itu orang-orang Yahudi berkata kepada orang
yang baru sembuh itu: “Hari ini hari Sabat dan tidak boleh engkau memikul
tilammu.”
“Orang
itu keluar, lalu menceriterakan kepada orang-orang Yahudi, bahwa Yesuslah yang
telah menyembuhkan dia. Dan karena itu orang-orang Yahudi berusaha menganiaya
yesus, karena ia melakukan hal-hal itu pada hari Sabat.” Tetapi ia berkata
kepada mereka: “Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga.”
(yohanes 5:9-10, 15-17)
Namanya adalah Yehu. semula dia adalah seorang Jendral di
antara para panglima raja Ahab. Tetapi sejarah mengenalnya sebagai seorang dari
antara mereka yang paling menentukan, menakutkan, ambisius, namun cermat, penuh
perhitungan dan tanpa perasaan yang dibangkitkan oleh Tuhan dari waktu ke waktu
untuk mengubah nasib kerajaan-kerajaan dan melaksanakan penghakimannya atas
bumi.” Ya, Yehu adalah pengganti Ahab. Dialah yang diurapi oleh seorang nabi di
bawah perintah nabi Elisa menjadi raja setelah Ahab tewas dalam pertempuran
melawan Aram. Dialah yang kemudian menjadi alat Tuhan untuk menghukum seluruh
keluarga, kerabat dan keturunan Ahab dan Izebel. Bahkan Izebel sendiri dihabisinya
dengan tanpa ampun. Yehu adalah orang yang dipakai oleh Allah untuk menjalankan
penghukuman dan menggenapi nubuat Tuhan atas kejahatan Ahab beserta seluruh
keluarganya.
Yehu adalah seorang yang sangat aktif. Ia giat dan tidak
kenal lelah. Tidak berapa lama setelah diurapi secara aneh ia tidak pernah
memberikan dirinya istirahat. Ia melakukan segenap tugasnya hampir tanpa
berhenti. Seketika ia menerima nubuatan bahwa ialah yang akan membunuh Ahab (2
Raja-raja 9), Izebel beserta seluruh keluarganya, Yehu mengerjakannya dengan
sangat giat. Tidak hanya itu, akhirnya seluruh kerabat maupun orang-orang yang
mempunyai hubungan dekat dengan keluarga raja, dimusnahkannya. Itupun belum
selesai, Yehu memberantas bersih penyembahan terhadap Baal yang telah berpuluh-puluh
tahun dipraktekkan dan berakar di Israel selama kepemimpinan Ahab. Jika Elia
sempat membunuh ratusan nabi-nabi Baal, Yehu membunuh semuanya, tanpa sisa.
Kebanggaan hidup Yehu itu pula yang dipuji oleh Tuhan
adalah sifat rajin dan semangatnya. Mungkin tidak ada yang mewakili dan
menggambarkan bagaimana sesungguhnya karakter seorang yang bernama Yehu itu
selain kata-katanya pada saat ia bertemu seorang teman bernama Yonadab. Yehu
menemui dia dan mengajaknya untuk mengikutinya menjalankan tugas Tuhan. Inilah
ajakannya dan itu pula gambaran dari karakternya yang paling menonjol, “Marilah bersama-sama
aku, supaya engkau melihat bagaimana giatku untuk TUHAN.” Semangat
yang sangat luar biasa! Beranikah kita berkata-kata sedemikian kepada orang
lain? Bersediakah kita mengajak orang lain melihat bagaimana kita melayani
Tuhan? Apakah sesungguhnya perasaan Anda apabila orang lain melihat Anda
bekerja bagi Tuhan? Apakah bangga karena Anda sangat giat? Atau takut dan malu
karena tidak ada apapun yang Anda persembahkan sebagai karya nyata bagi Tuhan?
Ribuan tahun kemudian, Bapa Surgawi memiliki seorang Hamba
yang lain. Inilah hamba terbaikNya karena semboyan Hamba itu adalah “Bapaku bekerja
sampai sekarang, maka Aku pun bekerja juga.” Banyak kali dan dan dalam
berbagai situasi maupun kesempatan, Hamba itu selalu mengingatkan kepada
murid-muridNya, “MakananKu Ialah
melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaanNya” (Yohanes 4:34)
dan “Kita harus
mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang
malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja” (Yohanes 9:4).
Semangat yang dimiliki oleh Hamba Agung ini melebihi Yehu. Dia bekerja keras
bagi kepentingan Bapa karena untuk itulah Dia turun ke dunia. Ia tidak mengenal
lelah dalam berjuang bagi Kerajaan Allah sehingga pada Akhirnya Ia
menyelesaikan tugas Bapa dengan nilai sempurna. Dialah Yesus Kristus, teladan
kita sebagai seorang pelayan dan hamba Tuhan.
Banyak persamaan antara Yehu dengan Yesus dalam hal bekerja
bagi Tuhan. Misalnya, sesaat setelah Yehu mengetahui panggilan hidupnya, ia
tidak membiarkan sedikitpun waktu kehidupannya terlewat tanpa pengejaran akan
tujuan dan tugas yang telah ditetapkan Allah itu. Ia telah diurapi menjadi raja
dan mendapat tugas membasmi Ahab beserta keluarganya, maka itu pula yang
dilakukannya tanpa beristirahat hingga selesainya. Demikian pula dengan Yesus.
Setelah berusia 30 tahun dimana itu adalah waktunya untuk tampil dan melayani
keluar, tidak sesaatpun Yesus memberikan diriNya istirahat. Ia bekerja keras,
seringkali tidak tidur dan tidak makan, berjuang dengan segenap kekuatanNya
menjangkau yang terhilang, menyembuhkan yang sakit, mengajar orang banyak,
mengusir setan, memuridkan, menghiburkan, memberi makan orang banyak, bertahan
menghadapi penentang-penentangNya ditambah sederet pekerjaan lain. Kerja keras
3 ½ tahun tidak sia-sia. Susah payah 3 ½ tahun memiliki efek kekal. Usaha 3 ½
tahun berbuahkan keselamatan seisi dunia. Pertanyaannya: dimanakah kita saat
kita mendapatkan panggilan hidup? Saat kita mengetahui tujuan hidup kita,
apakah yang kita lakukan? Tanpa melakukan apa-apa, tidak ada satupun perkara
dari hidup kita yang memiliki pengaruh terhadap orang lain. Apalagi pengaruh
yang abadi.
Persamaan lain antara Yesus dengan Yehu dalam hal bekerja
adalah kegairahan
yang tak terhalangi oleh apapun. Apakah maksudnya? Perhatikanlah, Yehu
adalah orang yang membunuh wanita jahat bahkan terjahat yang pernah disebutkan
oleh Alkitab Izebel. Kita tahu, kendatipun ia seorang wanita, ia adalah sosok
yang paling ditakuti oleh semua orang di Israel pada waktu itu. Nabi Elia yang
begitu berani, kokoh, sangat mempesonakan dengan berbagai-bagai perbuatan ajaib
dalam pelayanannya sempat terintimidasi dan menjadi lemah karena
gertakan serta ancaman dari Izebel ini. Memang benar, Izabel adalah gambaran
dari roh ketakutan, intimidasi, sihir, manipulasi rohani, dan roh agamawi.
Izebel sangat ditakuti karena ia dianggap sangat berkuasa dan ia tahu benar
bagaimana menggunakan kekuasaanya itu untuk menaklukkan orang lain. Izebel
menjadi sangat kuat karena tidak ada seorang pun yang berani berdiri tegak
menghadapi kesewenangan Izebel. Sampai akhirnya seorang bernama Yehu mengambil
tugas itu dan membunuh Izebel.
Yehu mengerjakan tugas panggilannya tanpa rasa takut. Ia
tidak membiarkan dirinya dihalangi oleh siapapun. Ia tidak gentar akan
intimidasi, gunjingan orang, pandangan atau lirikan sinis dari sesama, bahkan
ancaman maupun rayuan. Ia melakukan tugasnya dengan bergairah: suatu gairah
untuk menyelesaikannya berapapun harganya. Karena itu, ia terus maju dan
menyelesaikan tugasnya dengan baik. Lebih baik dari Yehu, Yesus tidak
tergoyahkan sampai akhir. Setiap tantangan dan halangan dihadapiNya dengan
penuh ketegaran tanpa rasa takut. Penyembuhan orang lumpuh di tepi kolam
Betesda mengundang kontroversi di antara orang-orang Yahudi karena peristiwa
penyembuhan diikuti pulangnya orang lumpuh itu sambil membawa tilamnya terjadi
pada hari Sabat. Ia tidak menggubris ancaman penganiayaan ataupun label ‘sesat’
yang ditujukan kepadaNya karena berbeda pandangan dengan tradisi Yahudi
setempat pada waktu itu.
Ingatlah selalu, dalam melayani pekerjaan Allah dan
menggenapi panggilannya, jangan biarkan satupun menghalangi Anda. Intimidasi
tidak boleh melemahkan kita. Rasa takut tidak boleh menghambat kita. Roh
agamawi dari orang lain atau agama tradisi yang mati tidak boleh diijinkan
menancapkan pengaruhnya dalam jalan kehambaan kita. Ancaman dan kritik
janganlah menghentikan langkah kita memberikan yang terbaik dari kita kepada
Tuhan. Panggilan Tuhan adalah kuat. Oleh karenanya, teruslah maju. Berjuanglah
bagi Tuhan. Tunjukkanlah kepada banyak orang betapa giat Anda bagi Tuhan.
Marilah kita mendaftarkan diri menjadi pekerja-pekerja di ladangNya karena
masih sedikit yang memasukinya. Dalam kegerakanNya sedunia, baiklah kita
mengambil bagian kita secara penuh. Biarlah kita menggenapi perintah rasul ini
: “Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan
layanilah Tuhan.” Bekerjalah, O saudaraku. Jangan berikan dirimu Istirahat
sebelum kemuliaanNya bersinar atas hidup kita, keluarga kita, kota-kota kita
dan bangsa-bangsa. Kasih karuniaNya akan menompang kita semua.
Karena kerja kerasnya, Tuhan mengganjar Yehu dengan tahta
bagi empat generasi. Bapa memuliakan Yesus dengan menjadikanNya pokok
keselamatan bagi dunia. Bagaimana dengan kita? Amin.
(Diambil dari warta Worship Center edisi 47 – 29 November
2002)
0 komentar:
Posting Komentar
Mohon TIDAK menggunakan kata-kata kotor atau kasar yang tidak memuliakan nama Tuhan. Terima kasih atas perhatiannya. Salam Revival!
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.