Oleh: Peter B,
“Pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman ia berdoa kepada Allah. Ketika hari siang, ia memanggil murid-murid-Nya kepada-Nya, lalu memilih dari antara mereka dua belas orang, yang disebut-Nya rasul: Simon yang juga diberi-Nya nama Petrus, dan Andreas saudara Simon, Yakobus dan Yohanes, Filipus dan Bartolomeus, Matius dan Tomas, Yakobus anak Alfeus, dan Simon yang disebut orang Zelot, Yudas anak Yakobus, dan Yudas Iskariot yang kemudian menjadi penghianat.” (Lukas 6:12-16)
Dalam kurun waktu, hampir satu
setengah abad (antara pertengahan abad 1800-an hingga 1962), salah satu
angkatan bersenjata yang paling dihormati dan ditakuti di dunia adalah legiun
asing Perancis. Pada dasarnya mereka adalah orang-orang berkewarganegaraan
asing yang mendaftarkan diri untuk menjadi tentara Perancis. Pendaftaran dibuka
bagi mereka yang berusia antara 18 hingga 40 tahun dengan persyaratan
satu-satunya adalah kondisi fisik yang cukup baik. Sebelum terdaftar, berlatih
dan kemudian berangkat ke medan perang, mereka diharuskan menandatangani surat
kontrak atau perjanjian yang berisikan hak serta kewajiban mereka. Selama
menjadi tentara Perancis, orang-orang asing ini menerima bayaran dan di akhir
perang mendapatkan hak istimewa untuk masuk sebagai warganegara Perancis.
Namun, di sisi yang lain, risiko tewas, cacat dalam perang tidak menjadi
tanggungan pemerintah Perancis.
Yang
menarik dari legiun ini adalah bahwa legiun ini terdiri dari berbagai macam
orang dari berbagai negara baik Eropa, Amerika, Afrika maupun Asia. Kebanyakan
dari mereka adalah orang-orang bermasalah, yang miskin, mencari uang dan ingin
kaya, sampai mereka yang frustrasi karena broken
home. Tidak peduli dari mana asal mereka, pada saat mendaftar persyaratan
yang harus dilengkapi hanya satu, yang telah disebutkan di atas, yaitu: fisik
yang cukup kuat untuk berlatih dan berperang. Latar belakang mereka tidak
pernah ditanyakan oleh para perwira Perancis, atasan mereka. Demikian juga
surat-surat keterangan atau akte-akte yang lain hampir selalu tidak pernah
diminta. Mereka adalah murni tentara-tentara bayaran.
Pertanyaannya
adalah mengapa mereka cukup ditakuti dan dipandang terhormat lebih daripada
tentara-tentara lainnya? Tidak lain adalah karena keberanian dan kenekatan
mereka. Tujuan sebagian besar dari mereka yang adalah uang ditambah latar
belakang mereka yang adalah orang-orang bermasalah, menjadikan mereka tentara
yang beringas dan tidak kenal takut. Tekat mereka adalah memenangkan perang dan
memperoleh upah sehingga mereka bisa menjadi kaya. Hidup mereka dipertaruhkan
sebagai prajurit dengan harapan supaya martabat hidup mereka lebih terangkat.
Dan mereka berhasil melakukannya, sekalipun banyak di antaranya terbantai di
medan peperangan.
Orang-orang
bermasalah. Dibentuk, dilatih, dipaksa hidup sebagai tentara. Akhirnya mereka
menjadi tentara yang ditakuti. Sungguh suatu perkara yang tidak lazim, tetapi
Perancis berhasil melakukannya. Orang-orang yang semula putus asa, hilang
pengharapan, terlunta-lunta, tidak memiliki masa depan dari berbagai macam
latar belakang berhasil dijadikan suatu armada tempur yang pilih tanding.
Benar-benar suatu prestasi tersendiri. Tetapi ketahuilah, Perancis bukan yang
pertama apalagi yang terbaik dalam melakukan hal ini. Mereka masih jauh dari
apa yang dilakukan oleh Orang ini. Dialah Pemimpin, Pelatih dan Jenderal
terbaik yang tiada duanya. Apa yang dilakukan oleh Perancis satu-dua abad
lampau tampak agak ketinggalan. Karena 20 abad sebelumnya, seorang mantan
tukang kayu yang kemudian menjadi seorang Guru, telah melakukannya. Ya, Yesus
Kristus telah melakukannya.
Tidak
lama setelah perjumpaan demi perjumpaan dengan murid-muridNya yang pertama,
Yesus memilih kedua belas rasul. Sebagian besar di antaranya adalah nelayan
seperti Simon Petrus, Andreas dan dua bersaudara Yakobus dan Yohanes. Beberapa
orang yang lain lebih beragam lagi. Matius semula adalah pemungut cukai,
Filipus yang agak bodoh, Natanael yang blak-blakan dan kasar, Yakobus dan Tadeus
yang keras pendiriannya, Thomas yang kembar dan daftar menjadi semakin semarak
dengan Yudas Iskariot yang ternyata berjiwa pengecut lagi pengkhianat. O, ya
jangankan lupakan seorang lagi. Ia disebut Simon, orang Zelot: ia dipanggil
begitu karena sebelumnya ia tergabung dalam gerakan kaum Zelotis yaitu gerakan
pemberontakan terorganisasi yang bertujuan melawan penjajah Romawi. Bisa
dikatakan Simon orang Zelot adalah seorang pejuang dan tentara, atau lebih
tepatnya lagi seorang gerilyawan. Di kemudian hari, Tuhan memilih seorang lagi
menjadi salah satu rasulNya yang paling luar biasa. Tuhan memilih dia untuk
menjadi rasul bagi bangsa bukan Yahudi. Ya, Tuhan memilih Paulus bekas musuhNya
untuk menjadi salah seorang pejuangNya yang paling tangguh yang pernah hidup di
muka bumi.
Hampir
semua dari kedua belas orang itu (kecuali Yudas Iskariot), berhasil menggenapi
tujuan hidupnya masing-masing. Mereka menjadi orang-orang paling perkasa dan
paling saleh di muka bumi. Mereka menjadi rasul-rasul Tuhan. Kesebelas orang
itu bertahan sampai akhir dan mati syahid. Perhatikanlah, Tuhan telah
mengubahkan mereka dari orang-orang biasa menjadi luar biasa. Dari orang-orang
yang tidak berarti menjadi orang-orang paling dihormati hingga kini. Dari
orang-orang yang memiliki kelemahan yang sama bahkan mungkin lebih parah dari
orang-orang lain pada umumnya, diubahkan menjadi pembela kebenaran dan
saleh-salehNya. Tuhan telah melakukan perkara ajaib, lebih daripada siapapun
yang pernah melakukannya di dunia.
Sesungguhnya Tuhan rindu memakai setiap kita. Telah nyata dalam kisah pemilihan kedua belas rasul ini bahwa siapapun kita bukan merupakan halangan bagi Dia untuk membentuk dan menjadikan kita. Dari manapun latar belakang kita, siapapun kita semula, bagaimanapun karakter kita sebelumnya tidak pernah ditanyakan. Semuanya tidak akan diungkit-ungkit lagi oleh Tuhan. Di atas semuanya Tuhan melihat hati kita. Apabila Ia melihat ada sedikit kerinduan dan segelintir kemauan maka itu sudah cukup. Bagian kita adalah bersedia sedangkan kemampuan adalah bagianNya. Tuhan lebih suka berurusan dengan masa depan kita daripada masa lalu kita.
Apabila
legiun Perancis yang beranggotakan orang-orang dari latar belakang bermasalah
kemudian menjadi sekelompok orang yang disegani, betapa jauh lebih besar yang
Tuhan rencanakan bagi kita. Jika karena uang dan kekayaan, orang dapat
memberikan dan mengerahkan dirinya sedemikian rupa sehingga menjadi prajurit
yang baik, betapa kita harus lebih daripada itu mengingat upah besar lagi kekal
tersedia bagi kita di surga. Jika orang-orang biasa dapat dijadikan
tentara-tentara yang hebat untuk berperang mempertahankan dan merebut
wilayah-wilayah Perancis, maka panggilan Tuhan lebih tinggi daripada semuanya
itu. Tuhan memanggil kita yang bukan siapa-siapa ini untuk menjadi prajuritNya
yang berjuang bagi kota-kota dan bangsa-bangsa di dunia, melebarkan
kerajaanNya, menyatakan kemuliaanNya dan menyatakan kemenanganNya. Bila setelah
menjadi prajurit, orang-orang asing ini menang dalam peperangan, mereka
berkesempatan menjadi warganegara Perancis dengan kehormatan. Betapa jauh lebih
mulia apa yang Tuhan perbuat bagi kita: semenjak kita terpanggil dan
mendaftarkan diri, sesungguhnya kita telah terdaftar sebagai warganegara
Kerajaan Allah, warganegara surgawi. Sungguh terlalu indah dan berharga
panggilanNya!
Pengertian
kita akan hal ini akan mendorong kita untuk melihat kemuliaan panggilan Tuhan
dan menghargainya dengan segala keberadaan kita. Tetapi lebih daripada itu, itu
juga mengajar kita bagaimana seharusnya kita memandang sesama kita. Kita harus
benar-benar mengerti bahwa mereka yang sepertinya biasa-biasa saja dapat
menjadi orang-orang yang perkasa. Kita harus sungguh-sungguh menyadari bahwa
orang-orang yang bermasalah latar belakangnya sekalipun tidak boleh dipandang
sebagai orang-orang terbuang tanpa masa depan. Tuhan menganggap mereka berarti,
di mata Tuhan hidup mereka berharga, di dalam perspektifNya jiwa-jiwa adalah
permata yang belum ditemukan dan intan yang terbungkus tanah kotoran yang belum
terasah. Jika Tuhan memandangnya demikian, mengapa kita harus sebaliknya?
Mengapa kita harus memandang rendah orang lain? Pantaskah kita meremehkan dan
melecehkan orang lain yang kurang pengalaman, lebih muda, kurang kaya, tidak
memiliki nama, dan tak berpangkat? Wajarkah kita yang mengikuti Juru Selamat
yang sangat mempedulikan potensi orang lain tanpa memandang latar belakangnya,
apabila kita memandang muka? Siapapun orangnya, di dalam Tuhan Ia memiliki
kapasitas untuk menjadi mulia dan besar. Tuhan menjanjikan masa depan yang tak
terbayangkan oleh pikiran manusia dan Tuhanlah yang akan menjadikan semuanya
itu. Masa depan kita. Itulah yang dipikirkan Tuhan senantiasa.
Ingatlah
satu hal ini: di dalam ladangNya, di dalam perjalanan mengiring Jenderal Agung
itu, di dalam panggilan peperanganNya, latar belakang tidak diselidiki. Amin
(Diambil
dari warta Worship Center edisi 45 – 15 November 2002)
0 komentar:
Posting Komentar
Mohon TIDAK menggunakan kata-kata kotor atau kasar yang tidak memuliakan nama Tuhan. Terima kasih atas perhatiannya. Salam Revival!
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.