KOMUNITAS PERSATUAN INTERDENOMINASI GEREJA YANG MEMPERJUANGKAN TERJADINYA KEBANGUNAN ROHANI

LATANG BELAKANG : TIDAK DISELIDIKI

Posted By passion for revival on Rabu, 05 Desember 2018 | 9:00 AM


Oleh: Peter B,



“Pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman ia berdoa kepada Allah. Ketika hari siang, ia memanggil murid-murid-Nya kepada-Nya, lalu memilih dari antara mereka dua belas orang, yang disebut-Nya rasul: Simon yang juga diberi-Nya nama Petrus, dan Andreas saudara Simon, Yakobus dan Yohanes, Filipus dan Bartolomeus, Matius dan Tomas, Yakobus anak Alfeus, dan Simon yang disebut orang Zelot, Yudas anak Yakobus, dan Yudas Iskariot yang kemudian menjadi penghianat.” (Lukas 6:12-16)

Dalam kurun waktu, hampir satu setengah abad (antara pertengahan abad 1800-an hingga 1962), salah satu angkatan bersenjata yang paling dihormati dan ditakuti di dunia adalah legiun asing Perancis. Pada dasarnya mereka adalah orang-orang berkewarganegaraan asing yang mendaftarkan diri untuk menjadi tentara Perancis. Pendaftaran dibuka bagi mereka yang berusia antara 18 hingga 40 tahun dengan persyaratan satu-satunya adalah kondisi fisik yang cukup baik. Sebelum terdaftar, berlatih dan kemudian berangkat ke medan perang, mereka diharuskan menandatangani surat kontrak atau perjanjian yang berisikan hak serta kewajiban mereka. Selama menjadi tentara Perancis, orang-orang asing ini menerima bayaran dan di akhir perang mendapatkan hak istimewa untuk masuk sebagai warganegara Perancis. Namun, di sisi yang lain, risiko tewas, cacat dalam perang tidak menjadi tanggungan pemerintah Perancis.

Yang menarik dari legiun ini adalah bahwa legiun ini terdiri dari berbagai macam orang dari berbagai negara baik Eropa, Amerika, Afrika maupun Asia. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang bermasalah, yang miskin, mencari uang dan ingin kaya, sampai mereka yang frustrasi karena broken home. Tidak peduli dari mana asal mereka, pada saat mendaftar persyaratan yang harus dilengkapi hanya satu, yang telah disebutkan di atas, yaitu: fisik yang cukup kuat untuk berlatih dan berperang. Latar belakang mereka tidak pernah ditanyakan oleh para perwira Perancis, atasan mereka. Demikian juga surat-surat keterangan atau akte-akte yang lain hampir selalu tidak pernah diminta. Mereka adalah murni tentara-tentara bayaran.

Pertanyaannya adalah mengapa mereka cukup ditakuti dan dipandang terhormat lebih daripada tentara-tentara lainnya? Tidak lain adalah karena keberanian dan kenekatan mereka. Tujuan sebagian besar dari mereka yang adalah uang ditambah latar belakang mereka yang adalah orang-orang bermasalah, menjadikan mereka tentara yang beringas dan tidak kenal takut. Tekat mereka adalah memenangkan perang dan memperoleh upah sehingga mereka bisa menjadi kaya. Hidup mereka dipertaruhkan sebagai prajurit dengan harapan supaya martabat hidup mereka lebih terangkat. Dan mereka berhasil melakukannya, sekalipun banyak di antaranya terbantai di medan peperangan.

Orang-orang bermasalah. Dibentuk, dilatih, dipaksa hidup sebagai tentara. Akhirnya mereka menjadi tentara yang ditakuti. Sungguh suatu perkara yang tidak lazim, tetapi Perancis berhasil melakukannya. Orang-orang yang semula putus asa, hilang pengharapan, terlunta-lunta, tidak memiliki masa depan dari berbagai macam latar belakang berhasil dijadikan suatu armada tempur yang pilih tanding. Benar-benar suatu prestasi tersendiri. Tetapi ketahuilah, Perancis bukan yang pertama apalagi yang terbaik dalam melakukan hal ini. Mereka masih jauh dari apa yang dilakukan oleh Orang ini. Dialah Pemimpin, Pelatih dan Jenderal terbaik yang tiada duanya. Apa yang dilakukan oleh Perancis satu-dua abad lampau tampak agak ketinggalan. Karena 20 abad sebelumnya, seorang mantan tukang kayu yang kemudian menjadi seorang Guru, telah melakukannya. Ya, Yesus Kristus telah melakukannya.

Tidak lama setelah perjumpaan demi perjumpaan dengan murid-muridNya yang pertama, Yesus memilih kedua belas rasul. Sebagian besar di antaranya adalah nelayan seperti Simon Petrus, Andreas dan dua bersaudara Yakobus dan Yohanes. Beberapa orang yang lain lebih beragam lagi. Matius semula adalah pemungut cukai, Filipus yang agak bodoh, Natanael yang blak-blakan dan kasar, Yakobus dan Tadeus yang keras pendiriannya, Thomas yang kembar dan daftar menjadi semakin semarak dengan Yudas Iskariot yang ternyata berjiwa pengecut lagi pengkhianat. O, ya jangankan lupakan seorang lagi. Ia disebut Simon, orang Zelot: ia dipanggil begitu karena sebelumnya ia tergabung dalam gerakan kaum Zelotis yaitu gerakan pemberontakan terorganisasi yang bertujuan melawan penjajah Romawi. Bisa dikatakan Simon orang Zelot adalah seorang pejuang dan tentara, atau lebih tepatnya lagi seorang gerilyawan. Di kemudian hari, Tuhan memilih seorang lagi menjadi salah satu rasulNya yang paling luar biasa. Tuhan memilih dia untuk menjadi rasul bagi bangsa bukan Yahudi. Ya, Tuhan memilih Paulus bekas musuhNya untuk menjadi salah seorang pejuangNya yang paling tangguh yang pernah hidup di muka bumi.

Hampir semua dari kedua belas orang itu (kecuali Yudas Iskariot), berhasil menggenapi tujuan hidupnya masing-masing. Mereka menjadi orang-orang paling perkasa dan paling saleh di muka bumi. Mereka menjadi rasul-rasul Tuhan. Kesebelas orang itu bertahan sampai akhir dan mati syahid. Perhatikanlah, Tuhan telah mengubahkan mereka dari orang-orang biasa menjadi luar biasa. Dari orang-orang yang tidak berarti menjadi orang-orang paling dihormati hingga kini. Dari orang-orang yang memiliki kelemahan yang sama bahkan mungkin lebih parah dari orang-orang lain pada umumnya, diubahkan menjadi pembela kebenaran dan saleh-salehNya. Tuhan telah melakukan perkara ajaib, lebih daripada siapapun yang pernah melakukannya di dunia.

Sesungguhnya Tuhan rindu memakai setiap kita. Telah nyata dalam kisah pemilihan kedua belas rasul ini bahwa siapapun kita bukan merupakan halangan bagi Dia untuk membentuk dan menjadikan kita. Dari manapun latar belakang kita, siapapun kita semula, bagaimanapun karakter kita sebelumnya tidak pernah ditanyakan. Semuanya tidak akan diungkit-ungkit lagi oleh Tuhan. Di atas semuanya Tuhan melihat hati kita. Apabila Ia melihat ada sedikit kerinduan dan segelintir kemauan maka itu sudah cukup. Bagian kita adalah bersedia sedangkan kemampuan adalah bagianNya. Tuhan lebih suka berurusan dengan masa depan kita daripada masa lalu kita.

Apabila legiun Perancis yang beranggotakan orang-orang dari latar belakang bermasalah kemudian menjadi sekelompok orang yang disegani, betapa jauh lebih besar yang Tuhan rencanakan bagi kita. Jika karena uang dan kekayaan, orang dapat memberikan dan mengerahkan dirinya sedemikian rupa sehingga menjadi prajurit yang baik, betapa kita harus lebih daripada itu mengingat upah besar lagi kekal tersedia bagi kita di surga. Jika orang-orang biasa dapat dijadikan tentara-tentara yang hebat untuk berperang mempertahankan dan merebut wilayah-wilayah Perancis, maka panggilan Tuhan lebih tinggi daripada semuanya itu. Tuhan memanggil kita yang bukan siapa-siapa ini untuk menjadi prajuritNya yang berjuang bagi kota-kota dan bangsa-bangsa di dunia, melebarkan kerajaanNya, menyatakan kemuliaanNya dan menyatakan kemenanganNya. Bila setelah menjadi prajurit, orang-orang asing ini menang dalam peperangan, mereka berkesempatan menjadi warganegara Perancis dengan kehormatan. Betapa jauh lebih mulia apa yang Tuhan perbuat bagi kita: semenjak kita terpanggil dan mendaftarkan diri, sesungguhnya kita telah terdaftar sebagai warganegara Kerajaan Allah, warganegara surgawi. Sungguh terlalu indah dan berharga panggilanNya!

Pengertian kita akan hal ini akan mendorong kita untuk melihat kemuliaan panggilan Tuhan dan menghargainya dengan segala keberadaan kita. Tetapi lebih daripada itu, itu juga mengajar kita bagaimana seharusnya kita memandang sesama kita. Kita harus benar-benar mengerti bahwa mereka yang sepertinya biasa-biasa saja dapat menjadi orang-orang yang perkasa. Kita harus sungguh-sungguh menyadari bahwa orang-orang yang bermasalah latar belakangnya sekalipun tidak boleh dipandang sebagai orang-orang terbuang tanpa masa depan. Tuhan menganggap mereka berarti, di mata Tuhan hidup mereka berharga, di dalam perspektifNya jiwa-jiwa adalah permata yang belum ditemukan dan intan yang terbungkus tanah kotoran yang belum terasah. Jika Tuhan memandangnya demikian, mengapa kita harus sebaliknya? Mengapa kita harus memandang rendah orang lain? Pantaskah kita meremehkan dan melecehkan orang lain yang kurang pengalaman, lebih muda, kurang kaya, tidak memiliki nama, dan tak berpangkat? Wajarkah kita yang mengikuti Juru Selamat yang sangat mempedulikan potensi orang lain tanpa memandang latar belakangnya, apabila kita memandang muka? Siapapun orangnya, di dalam Tuhan Ia memiliki kapasitas untuk menjadi mulia dan besar. Tuhan menjanjikan masa depan yang tak terbayangkan oleh pikiran manusia dan Tuhanlah yang akan menjadikan semuanya itu. Masa depan kita. Itulah yang dipikirkan Tuhan senantiasa.

Ingatlah satu hal ini: di dalam ladangNya, di dalam perjalanan mengiring Jenderal Agung itu, di dalam panggilan peperanganNya, latar belakang tidak diselidiki. Amin

(Diambil dari warta Worship Center edisi 45 – 15 November 2002)

 
 
   
 
   
Blog, Updated at: 9:00 AM

0 komentar:

Posting Komentar

Mohon TIDAK menggunakan kata-kata kotor atau kasar yang tidak memuliakan nama Tuhan. Terima kasih atas perhatiannya. Salam Revival!

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.