Oleh : Peter B, MA
AYAT HARI INI :
1 Samuel 13:8-14 (TB)
8 Ia menunggu tujuh hari lamanya sampai waktu
yang ditentukan Samuel. Tetapi ketika Samuel tidak datang ke Gilgal, mulailah
rakyat itu berserak-serak meninggalkan dia.
9 Sebab itu Saul berkata: "Bawalah
kepadaku korban bakaran dan korban keselamatan itu." Lalu ia
mempersembahkan korban bakaran.
10 Baru saja ia habis mempersembahkan korban
bakaran, maka tampaklah Samuel datang. Saul pergi menyongsongnya untuk memberi
salam kepadanya.
11 Tetapi kata Samuel: "Apa yang telah
kauperbuat?" Jawab Saul: "Karena aku melihat rakyat itu
berserak-serak meninggalkan aku dan engkau tidak datang pada waktu yang telah
ditentukan, padahal orang Filistin telah berkumpul di Mikhmas,
12 maka pikirku: Sebentar lagi orang
Filistin akan menyerang aku di Gilgal, padahal aku belum memohonkan belas
kasihan TUHAN; sebab itu aku memberanikan diri, lalu mempersembahkan korban
bakaran."
13 Kata Samuel kepada Saul:
"Perbuatanmu itu bodoh. Engkau tidak mengikuti perintah TUHAN, Allahmu,
yang diperintahkan-Nya kepadamu; sebab sedianya TUHAN mengokohkan kerajaanmu
atas orang Israel untuk selama-lamanya.
14 Tetapi sekarang kerajaanmu tidak akan
tetap. TUHAN telah memilih seorang yang berkenan di hati-Nya dan TUHAN telah
menunjuk dia menjadi raja atas umat-Nya, karena engkau tidak mengikuti apa yang
diperintahkan TUHAN kepadamu."
Dalam perang melawan Filistin, Saul dikepung
pasukan lawan yang digambarkan sebanyak pasir di tepi laut (1 Samuel 13:5).
Perang siap meledak. Tapi Saul diperintahkan oleh Samuel, nabi Tuhan itu, untuk
menunggu kedatangannya. Samuel sendiri yang akan menaikkan korban bakaran dan
korban keselamatan sebelum perang itu dimulai. Sudah tujuh hari lamanya Saul
menunggu. Dan karena begitu banyaknya jumlah musuh, pasukan Israel dilanda
ketakutan luar biasa. Banyak yang menyingkir dan bersembunyi supaya tidak turut
serta dalam peperangan. Moral mereka merosot tajam. Mereka merasa kalah sebelum
berjuang.
Alih² membangkitkan semangat prajurit²nya,
Saul turut panik. Ia dirundung ketakutan kalau² pasukannya akan semakin
sedikit. Kekalahan terbayang di depan mata. Hatinya mulai menyalahkan Samuel.
Mengapa orang itu tidak datang²? Mengapa ia berlambat²? Tidak tahukah sudah
banyak rakyat yang undur sebelum berperang?
Pikiran Saul terus berputar. Ia kemudian
menemukan sebuah ide.
"Bukankah yang dibutuhkan hanya
mempersembahkan korban bakaran? Asal sudah ditunaikan kewajiban itu, bukankah
perang dapat segera dimulai? Mengapa harus menunggu Samuel? Aku ini raja,
masakan tidak boleh melakukan apapun yang aku mau? Bukankah aku mempersembahkan
ini juga kepada Yahweh, Allah Israel? Mengapa harus menanti Samuel yang tidak
ada kabarnya hingga sekarang? Bagaimana kalau orang tua itu ada halangan di
jalan? Masakan aku tidak boleh mempersembahkan korban dan memulai
perang?"
Maka terjadilah. Saul sendiri membakar korban
bakaran. Dan terjadilah pula, persis setelah ia melakukannya, Samuel datang.
Tanpa tedeng aling², tak peduli bahwa yang di hadapannya itu seorang raja, nabi
itu menegurnya dengan sangat keras. Samuel tidak bermain politik. Ia hadir
untuk menyampaikan kehendak Tuhan. Dan dengan tegas, ia berkata, "Kamu
telah berbuat bodoh, hai raja. Tahtamu tidak akan tetap. Karena kamu tidak taat
pada Tuhan."
Dari sini kita tahu ada perbedaan nyata antara
taat menurut pikiran kita sendiri yang sekedar mengikuti tata cara agama dengan
taat yang sesungguhnya seperti yang dikehendaki Tuhan.
Saul merasa dirinya tidak bersalah. Ia merasa
sudah taat pada Tuhan. Ia melakukan semua syarat formal yang diminta oleh
Tuhan. Ia sudah membakar korban sebelum maju perang. Bukankah itu baik dan yang
disyaratkan oleh Tuhan?
Sayangnya TIDAK.
Yang diminta atas Saul adalah menunggu. Sampai
Samuel datang, baru Saul mengikuti Samuel membakar korban. Samuellah yang
ditunjuk Tuhan melakukannya. Tugas Saul sudah jelas. Ia hanya tinggal menunggu
Samuel datang. Itu saja. Tapi Saul tidak taat.
Ayat 12 menyingkapkan pada kita mengapa Saul
berbuat demikian. "PIKIRNYA". Ya, Saul memikir²kan sendiri cara yang
dianggapnya benar. Ia mulai mencari cara "mengakali" perintah Tuhan.
Ia berpikir dengan caranya itu, ia dapat benar di hadapan Tuhan dan melakukan
apa yang dia inginkan, yaitu memulai perang. Bukankah itu pikiran yang baik?
Maksud baik? Perbuatan baik?
Sayangnya TIDAK.
Saul telah jelas MENGETAHUI KEHENDAK TUHAN.
Tidak ada keraguan dan ketidakjelasan tentang itu. Tapi ia mengikuti pikirannya
sendiri. Ia menolak cara Tuhan dan mencoba menggunakan caranya sendiri. Di
situlah kejatuhannya. Yang sangat dalam.
Kejatuhan yang sama banyak sekali dialami
anak² Tuhan. Mereka beribadah menurut pikirannya sendiri. Menyangka dengan
datang ke gereja tanpa absen. Ikut memuji Tuhan. Duduk tenang mendengarkan
khotbah sambil sesekali mengaminkannya. Lalu memberikan persembahan dana. Belum
lagi ditambah turut ambil bagian sebagai usher atau kolektan dan turut aktif
dalam kepengurusan gereja atau kelompok sel… banyak yang sudah merasa telah
berlaku taat kepada Tuhan.
Mereka menggantikan yang disyaratkan Yesus
untuk menyangkal diri, memikul salib dan mengikut Tuhan kemana Ia pergi serta
menjadi murid-Nya yang terus belajar akan jalan²Nya dan kehendak-Nya dengan
cara dan pikiran mereka sendiri.
Terlalu banyak hari ini yang mencoba
memperkenan Tuhan menurut cara mereka sendiri. Tapi berapa banyak orang yang
mencari Tuhan, mencari cara-Nya, kehendak-Nya, isi hati-Nya, tujuan-Nya dan
petunjuk-Nya untuk dikerjakan sepanjang hidup mereka?
Tuhan menolak orang² Kristen yang hendak
mengikut Dia dengan pikiran dan cara-Nya sendiri. Tuhan akan berkata kepada
mereka, "Cukup. Kamu tidak akan bisa melangkah lagi bersama-Ku dengan
caramu sendiri."
Hanya orang² yang berserah dan mengikuti cara
dan jalan² Tuhan yang akan terus dipakai sebagai alat kemuliaan-Nya. Itu
sebabnya Saul berakhir sebagai orang yang pernah diurapi. Sedangkan Daud
adalah raja yang diurapi hingga hari matinya. Itu karena ketaatan Daud sesuai
dengan yang Tuhan harapkan. Daud mencari Tuhan lebih daripada mengikuti pikirannya
sendiri.
Ketaatan formal mengejar apa yang tepat
menurut hukum dan peraturan agama. Namun ketaatan sejati mencari hati Tuhan
untuk diselami dan dihidupinya.
Mereka yang taat secara agama selalu berpikir,
"Yang penting sudah kulakukan apa yang diwajibkan, bukan? Mau apa
lagi?" Mereka mencari syarat minimal dalam mengikut Tuhan lalu
membanggakan telah banyak berbuat bagi Tuhan.
Tapi mereka yang taat dalam ketaatan sejati
karena takut tunduk dan kasih pada Tuhan selalu merasa, "Apa lagi ya Tuhan
yang Kaurindukan bagi hidupku? Aku ingin lebih lagi berjalan bersama-Mu dan
hidup dalam kehendak-Mu." Mereka mengejar yang terbaik yang bisa
dipersembahkan pada Tuhan, kekasih jiwanya.
Yang manakah ketaatan Anda?
Salam revival
Tuhan Yesus memberkati kita semua.
Bagi saudara-saudari yang berminat bergabung
dalam group whatsapp dapat menghubungi no whatsapp 082299968682 atau 081803895744 atau
08980858661
Dengan bersedia mengikuti persyaratan di bawah
ini:
https://worshipcenterindonesia.blogspot.com/2017/06/belajar-bersama-bertumbuh-bersama-di.html
0 komentar:
Posting Komentar
Mohon TIDAK menggunakan kata-kata kotor atau kasar yang tidak memuliakan nama Tuhan. Terima kasih atas perhatiannya. Salam Revival!
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.