Oleh : Peter B
05 April 2021
Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya,
~ Filipi 3:10
Orang percaya yang sungguh-sungguh yakin akan kebangkitan Kristus dapat diketahui dari cara pandangnya terhadap kehidupan. Ia memandang hidup di dunia ini hanya sementara. Dunia bukan tempat tinggalnya yang tetap. Billy Graham berkata, "Dunia bukanlah rumah saya. Saya hanya jalan-jalan di sini." Dan sesungguhnya Tuhan menaruh visi mengenai kekekalan dalam hati manusia. Falsafah Jawa memberitahu bahwa "urip ing donya iku mung mampir ngombe" (hidup di dunia ini serupa orang yang hanya berhenti sebentar untuk minum). Sebenarnya itu adalah kesadaran yang baik.
Tapi siapakah yang dapat menghayati dan menghidupi ajaran semacam itu jika IA TIDAK MEMILIKI KUASA DAN KEMAMPUAN MELIHAT DENGAN JELAS KEKEKALAN ITU MAUPUN MEMILIKI PENGHARAPAN YANG TEGUH AKAN KEBAHAGIAAN ABADI ITU?
Paulus, yang telah mengenal dan yakin akan kebangkitan Kristus, membuktikan imannya pada Yesus yang bangkit dalam suatu cara hidup yang berbeda, yang di luar kebiasaan orang-orang dunia ini pada umumnya. Memang ia itu seorang rasul, seorang pekerja rohani yang melayani Tuhan sepenuh waktu. Meski begitu, yang disebut hamba-hamba Tuhan dalam Alkitab bukan selalu orang yang berprofesi sebagai rohaniwan sebagaimana dikenal di masa sekarang ini. Bahkan bisa dilayakkan sebenarnya bahwa tidak semua rohaniwan itu hamba Tuhan jika seseorang sejatinya menjadi rohaniwan demi mencari penghidupan ketimbang melakukannya sebagai panggilan dan kehendak Tuhan.
Hamba-hamba Tuhan dalam Alkitab dikenali dari komitmen dan pengabdian hidup mereka melakukan apa yang Tuhan kehendaki atas hidup mereka.
Tidak mengherankan bahwa di samping para nabi dan imam dalam Alkitab, kita mendapati ada pribadi-pribadi dari berbagai profesi yang hidup menghamba kepada Tuhan. Ada saudagar yang memilih taat melangkah dalam iman kepada Tuhan (Abraham), ada pejabat pemerintahan yang adalah hamba di mata Tuhan (Yusuf, Daniel, Obaja) bahkan ada raja-raja di antara para hamba Tuhan itu (Daud, Yosafat, Yosia).
Kita akan kembali melihat beberapa poin dari 1 Korintus 15 sebagai perbandingan dengan tulisan sebelumnya. Jika sebelumnya kita melihat ciri-ciri orang Kristen yang bisa jadi tampak percaya akan kebangkitan Kristus akan tetapi nyatanya tidak demikian, sekarang kita akan melihat kebalikannya, yaitu seseorang yang benar-benar hidup dalam keyakinan akan kebangkitan Kristus.
Paulus tidak sedang menyombongkan diri ketika menyebut beberapa contoh dari kehidupannya. Semuanya adalah kenyataan. Hidupnya adalah suatu kitab terbuka, yang dapat dilihat, diuji dan dipertimbangkan semua orang (2 Korintus 4:2).
Dan inilah teladan kehidupan seseorang yang percaya benar dan sungguh menyadari bahwa Kristus hidup :
1) KOMITMEN DAN IMANNYA PADA TUHAN TEGUH TAK TERGOYAHKAN
Karena itu (karena Yesus telah benar-benar bangkit), saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah,…
~ 1 Korintus 15:58a
Mereka yang percaya dan mengalami sendiri bahwa Yesus hidup, imannya dikuatkan hari ke hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun. Bagi mereka, semakin mereka berjalan dengan iman, kehadiran Yesus terasa makin nyata dan jelas. Dunia dengan segala daya tariknya semakin tidak menarik lagi. Hatinya telah tertambat pada sorga, pada kemuliaan Allah dan pada pribadi Allah sendiri.
Paulus bersaksi :
Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari.
Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami.
Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal.
~ 2 Korintus 4:16-18
Meskipun kondisi tubuhnya semakin menurun, walau ada penderitaan karena Kristus yang harus ia tanggung, hati Paulus justru semakin mantap mengiring Tuhan. Hatinya telah terpikat dengan yang kekal. Meski tidak terlihat mata tapi rohnya tahu bahwa Yesus yang bangkit dan hidup telah menyediakan tempat bahkan upah baginya di sorga.
Inilah sebenarnya yang dikatakan oleh Paulus bahwa hidup orang yang percaya kebangkitan itu "memikirkan perkara yang di atas, bukan yang di bumi" :
Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah.
Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi.
Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah.
~ Kolose 3:1-3
Hati Paulus tak lagi terpengaruh apapun dari dunia ini karena semakin ia mengarahkan hati kepada Kristus yang hidup itu, ia semakin diyakinkan bahwa kekekalan itu ada bahkan sangat nyata. Pikirannya dipenuhi perkara-perkara sorgawi. Yang karena itu, apapun yang terjadi di alam jasmaniah tak menjadi sesuatu yang berpengaruh baginya.
Paulus tahu benar, yang ia miliki dan jalani bersama-sama dengan Tuhan jauh lebih berharga dari apa yang dapat ditawarkan dunia ini.
Mereka yang percaya bahwa Yesus bangkit dan hidup selalu mencari Allah dan menemukan kekuatan yang luar biasa menghadapi tantangan maupun tekanan dunia ini. Ketika banyak hal atau bahkan segala yang bukan dibangun oleh Tuhan di dunia ini digoncangkan, orang-orang yang hidup dalam kuasa kebangkitan menjadi pribadi-pribadi yang tak tergoyahkan oleh apapun. Ketakutan, kekuatiran, kecemasan maupun rasa panik sirna digantikan iman dan pengharapan yang teguh dalam hubungan kasih yang intim dengan Tuhan.
Hidup berfokus pada apa yang tidak kelihatan dan memikirkan perkara-perkara yang di atas itu berbeda dengan angan-angan yang lahir dari luapan emosi yang menguasai hati dan menggelapkan pikiran, yang seringkali adalah hasil dari penekanan ajaran-ajaran menyesatkan yang menjanjikan sorga secara instan dengan melakukan pengorbanan seturut agama. Bagi yang seperti ini, sorga sebenarnya bukanlah sesuatu yang nyata. Janji tentang sorga sering hanya menjadi suatu pelarian dari hidup yang sebenarnya gagal, kosong dan tidak bermakna. Hal yang jelas sekali tidak dialami oleh Paulus. Bagi Paulus, sorga itu telah nyata di hatinya, telah dirasakan suasananya dalam hidup sehari-harinya ketika ia berjalan bersama Kristus yang hidup itu. Karena kenyataan yang telah dicicipinya itu, ia menginginkan penggenapan seluruh kemuliaan sorga itu.
Betapa indahnya mengalami kenyataan kebangkitan Kristus itu!
2) IA GIAT DAN BERJERIH LELAH DALAM PEKERJAAN TUHAN
Karena itu (karena Kristus bangkit dan kita semua dibangkitkan), saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.
~ 1 Korintus 15:58
Dalam Alkitab terjemahan bahas Inggris, frasa "giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan" diterjemahkan sebagai "always abounding in the work of the Lord" (selalu berlebih-lebihlah dalam pekerjaan Tuhan).
Dengan kata lain, yang sungguh percaya Kristus bangkit tidak mungkin berdiam diri bagi Tuhan. Mereka rindu menyerahkan diri untuk berkarya bagi Tuhan. Mereka berjerih lelah mengerjakan pekerjaan Tuhan. Karena bagi mereka usaha dan jerih lelah mereka akan mendapatkan kebangkitan serta upah yang besar di hidup yang kekal nanti.
Paulus sendiri menceritakan teladan hidupnya saat ia mengatakan dengan apa adanya :
… dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku.
~ 1 Korintus 15:10
Memperoleh kesadaran bahwa Kristus telah bangkit adalah kasih karunia yang mengubah hidup Paulus. Karena kasih karunia itu, ia tak mau berpangku tangan. Rohnya terbakar oleh cinta kepada Tuhan dan pekerjaan Tuhan. Ia pun mempersembahkan hidupnya untuk mengerjakan tugas-tugas ilahi.
Berjerih lelah bagi Tuhan tidak selalu sama dengan bergabung melayani atau memegang satu dua pelayanan di gereja atau aktif dalam berbagai acara-acara sosial bernuansa Kristen.
Yang Paulus maksudkan dengan berjerih lelah bagi Tuhan adalah melayani Tuhan sesuai dengan karunia-karunia rohani yang telah diberikan pada masing-masing dari kita (lihat Roma 12:3-11). Melalui karunia-karunia rohani itu kita semua dipanggil memberikan sumbangan kita bagi pekerjaan Tuhan. Dan betapa hati Tuhan disukakan apabila kita mengaktifkan serta menggunakan karunia-karunia rohani kita itu demi melayani jemaat atau jiwa-jiwa yang membutuhkan jamahan kasih serta kuasa Tuhan sesuai kerinduan Tuhan melalui hidup kita!
Tidakkah itu merupakan suatu cara yang luar biasa dalam menyatakan bahwa Yesus kita itu benar-benar bangkit, hidup dan berkarya hingga detik ini?
Usaha dan jerih lelah kita seharusnya bukan hanya untuk mengejar hal-hal di dunia ini. Pencapaian yang hanya dapat dinikmati di dunia sekarang ini akan musnah bersama langit dan bumi yang berlalu. Yang tinggal tetap adalah apa yang kita kerjakan bagi Tuhan seturut yang dikehendaki-Nya atas hidup kita.
Bukankah yang disampaikan Paulus ini adalah makna perumpamaan Yesus tentang talenta dan uang mina? (Matius 25:14-30; Lukas 19:11-27).
Jika kita tahu bahwa Yesus yang bangkit dan naik ke sorga itu akan kembali diam meminta pertanggung jawaban atas hidup kita beserta karunia-karunia yang Ia percayakan pada kita, maka semestinya kita tidak akan menyia-nyiakan kesempatan memperoleh upah abadi. Kita akan terus mencari cara berjerih lelah melakukan apa yang Tuhan mau kita lakukan untuk memuliakan Dia - lebih dari sibuk meraih yang di dunia sekarang ini.
3) IA HIDUP DALAM PANGGILAN YANG TUHAN TETAPKAN BAGI DIRINYA
Berkali-kali Paulus menyebutkan tentang "mengajar" dan "memberitakan" sebagai sesuatu yang ia lakukan (lihat 1 Korintus 15:11,12,14). Yang dimaksudnya tentu adalah mengajar tentang iman Kristen dan memberitakan Injil kasih karunia. Ia mengatakan hal itu karena memang untuk itulah ia dipanggil (menjadi rasul, penginjil dan pengajar) sebagaimana ia sampaikan kepada anak rohaninya, Timotius (lihat 1 Timotius 2:7; 2 Timotius 1:11) dan yang juga nyata dilihat oleh semua jemaat.
Perhatikanlah baik-baik. Karena ia tahu dan mengalami sendiri bahwa Tuhannya itu hidup dan memanggilnya untuk suatu tujuan yang ada dalam pikiran dan hati-Nya, maka Paulus melangkah dengan iman (seperti Abraham dan hamba-hamba Tuhan lainnya) untuk mengerjakan apa yang Tuhan kehendaki melalui hidupnya.
Inilah sesungguhnya yang dimaksud Yesus bahwa murid-murid-Nya harus memikul salibnya masing-masing. Sebagaimana Yesus memberikan teladan dengan memikul salib sesuai kehendak Bapa, begitu pula setiap orang yang mengikuti Pribadi yang sama dipanggil memikul salibnya -yang berbicara mengenai misi yang telah Tuhan tetapkan dan rancangkan untuk kita kerjakan sebagai pengikut Yesus di masa hidup kita di bumi.
Paulus menangkap visi Tuhan bagi hidupnya dan ia melangkah bersama Tuhan, masuk ke dalam rencana Tuhan, menjadi hamba Tuhan, rasul, penginjil dan guru sesuai dengan kehendak Tuhan.
Mereka yang percaya Yesus bangkit dan hidup menerima penyingkapan akan kehendak Kristus dalam hidupnya. Ia akan melangkah dengan iman percaya penuh bahwa Tuhan yang memanggil, Tuhan pula yang akan menyertai dan menuntunnya hidup dalam rencana Tuhan itu.
Sebuah pujian klasik Paskah mengulang syair "Hidup jadi berarti sebab Yesus hidup". Itu benar. Karena Kristus hidup, kita dipanggil untuk turut serta mengambil bagian dalam rencana besar Tuhan bagi dunia. Melihat amanat agung ditunaikan. Menjadikan bangsa-bangsa murid Kristus. Dan kitalah yang dipanggil untuk mengambil peran dan posisi kita dalam memuridkan bangsa-bangsa itu.
Itulah arti hidup kita. Sesuatu yang layak diusahakan dan diperjuangkan seumur hidup kita, di bidang apapun Tuhan memanggil dan menempatkan kita.
4) IA BERANI MEMBAYAR HARGA BERAPAPUN DEMI MENGIRING TUHAN DAN MENGERJAKAN KEHENDAK TUHAN
Tiga kali banyaknya (dalam 1 Korintus 15), Paulus mengulang betapa ia harus menempuh bahaya karena melayani Tuhan dan demi menunaikan panggilan kerasulannya :
Dan kami juga — mengapakah kami setiap saat membawa diri kami ke dalam bahaya?
Saudara-saudara, tiap-tiap hari aku berhadapan dengan maut. Demi kebanggaanku akan kamu dalam Kristus Yesus, Tuhan kita, aku katakan, bahwa hal ini benar.
Kalau hanya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan manusia saja aku telah berjuang melawan binatang buas di Efesus, apakah gunanya hal itu bagiku?
~ 1 Korintus 15:30-32
Secara konstan, Paulus selalu dalam kondisi yang membahayakan karena memberitakan Injil. Tiap-tiap hari ia harus siap kehilangan nyawa selagi melayani Tuhan. Salah satunya, ia pernah berhadapan dengan binatang buas karena diperhitungkan sebagai pelaku kejahatan (karena memberitakan injil) yang dihukum dengan bertarung melawan binatang buas di depan umum.
Paulus berani menghadapi bahaya yang mengerikan karena ia yakin bahwa jika ia hidup maka "hidupnya ialah bagi Kristus dan mati itu keuntungan baginya". Kematian hanya tahapan yang harus dilalui supaya ia beroleh kebangkitan seperti Kristus yang telah lebih dulu bangkit. Ia berani menghadapi berbagai tantangan dan risiko mengikut Kristus bukan saja karena ia tahu Yesus ada bersamanya untuk menolongnya namun ia juga memiliki jaminan bahwa jika akhirnya ia harus meninggalkan dunia ini, maka ia akan hidup kembali bahkan dengan tubuh yang baru, yang tak lagi dapat binasa!
Berapa banyakkah dari kita yang menjalani hidup sedemikian? Yang rela dan siap berkorban apa saja demi melaksanakan kehendak Tuhan? Lebih dari berkorban waktu, tenaga dan harta, orang-orang yang melihat kemuliaan di balik kebangkitan Kristus mengorbankan seluruh hidup mereka (harga diri, cita-cita, kenyamanan hidup, kesempatan untuk dikagumi manusia, dan banyak lagi) demi menyelesaikan pekerjaan yang Bapa tugaskan bagi mereka. Semuanya menunjukkan betapa mereka melihat kemuliaan yang lebih besar daripada sekedar memperoleh apa yang di dunia ini seberapapun baiknya itu.
Karena iman maka Musa, setelah dewasa, menolak disebut anak puteri Firaun,
karena ia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah dari pada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa.
Ia menganggap penghinaan karena Kristus sebagai kekayaan yang lebih besar dari pada semua harta Mesir, sebab pandangannya ia arahkan kepada upah.
~ Ibrani 11:24-26
Bagi orang seperti Paulus, dirinya bukan lagi sesuatu yang penting dan berarti lagi. Hanya Kristus yang penting dan memegang kendali dan kepemilikan atas hidupnya.
Apapun yang Kristus kehendaki, ia tunduk dan taat, apapun yang terjadi atas dirinya (Galatia 2:20; Filipi 3:7-8)
KESIMPULAN
Kehidupan Paulus, rasul Kristus ini, seharusnya menjadi introspeksi bagi diri kita apakah kita benar-benar yakin akan Kristus yang bangkit itu.
Jika mengamati kehidupan Paulus saja kita merasa banyak yang belum kita kerjakan, itu betapa kita masih jauh dari standar keserupaan dengan Kristus.
Mengikuti jejak Kristus, Paulus telah menyangkal diri, memikirkan perkara-perkara sorgawi daripada yang duniawi, mengejar dan mengusahakan kemajuan pekerjaan Tuhan, mengerjakan panggilan dan tujuan hidupnya dalam Tuhan, yang untuk itu ia mengorbankan seluruh hak serta kenyamanan hidupnya supaya rencana Tuhan baginya digenapi.
Seperti itulah hidup seseorang yang mengaku percaya dan yakin akan kebangkitan dan akan Kristus yang hidup.
Dan seharusnya kita pun bisa karena Paulus adalah manusia biasa sama seperti kita.
Pertanyaannya, maukah kita percaya kuasa kebangkitan Tuhan kita?
Selamat Paskah
Salam revival
Kiranya kita semua boleh mengenal dan hidup dalam kuasa kebangkitan Kristus!
0 komentar:
Posting Komentar
Mohon TIDAK menggunakan kata-kata kotor atau kasar yang tidak memuliakan nama Tuhan. Terima kasih atas perhatiannya. Salam Revival!
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.