Oleh : Peter B
17 Februari 2021
Daud mendapat sebutan yang unik dalam Alkitab. Dalam Alkitab bahasa Indonesia, Daud disebut sebagai "orang yang berkenan di hati Tuhan"
Perhatikanlah ayat-ayat berikut ini :
"Tetapi sekarang kerajaanmu tidak akan tetap. TUHAN telah memilih SEORANG YANG BERKENAN DI HATI-NYA dan TUHAN telah menunjuk dia menjadi raja atas umat-Nya, karena engkau tidak mengikuti apa yang diperintahkan TUHAN kepadamu."
~ 1 Samuel 13:14
"Setelah Saul disingkirkan, Allah mengangkat Daud menjadi raja mereka. Tentang Daud Allah telah menyatakan: Aku telah mendapat Daud bin Isai, SEORANG YANG BERKENAN DI HATI-KU dan yang melakukan segala kehendak-Ku."
~ Kisah Para Rasul 13:22
BERKENAN DI HATI TUHAN bermakna bahwa Tuhan senang dengan kehidupan yang Daud tunjukkan di hadapan-Nya. Kehidupan Daud bukan kehidupan yang sempurna. Jauh malah dari disebut kehidupan tak bercacat. Daud adalah salah satu pribadi dalam Alkitab yang sering jatuh bangun dalam dosa. Berkali-kali ia membuat kesalahan. Cukup fatal bahkan. Meskipun begitu, Tuhan selalu merindukan Daud dan menjadikan Daud sebagai standar untuk menilai raja-raja atau pemimpin-pemimpin Israel selanjutnya setelah Daud.
Tuhan benar-benar senang melihat Daud.
Dalam Alkitab bahasa Inggris, Daud disebut sebagai "man after God's heart". Itu merupakan istilah yang memiliki makna tertentu. Tidak bisa diterjemahkan begitu saja langsung dari arti per kata-katanya.
Saya mencoba mencari tahu apa makna ungkapan "man after own's heart itu". Dan pencarian saya di berbagai kamus bahasa Inggris menghasilkan pengertian yang serupa dan cukup mengejutkan saya.
Yang dimaksud dengan istilah 'man after own's heart" itu berarti seseorang yang :
- memenuhi tepat maksud hati, kehendak dan kecenderungan seseorang. atau seseorang yang sehati dan sesuai dengan yang mengatakan itu.
- memiliki pendapat dan ketertarikan yang sama dengan orang yang mengatakan itu
- memilki persamaan yang persis terkait apa yang disukai dan tidak disukai dengan seseorang yang mengatakannya
- menyukai hal yang sama maupun bersikap dalam cara yang sama dengan orang yang mengatakannya
- yang hobby dan kepercayaannya cocok satu sama lain
- memiliki roh yang serupa
- yang pas dan mampu menyenangkan secara sempurna dari orang yang mengatakan hal tersebut
Pendeknya :
"man after own's heart" berarti seseorang yang cocok satu sama lain. Sehati, sepikiran, seperasaan. Serupa dalam kesukaan atau ketidaksukaan. Selaras dalam sikap dan berbagai ekspresi terhadap berbagai hal.
Dalam konteks hubungan Tuhan dengan Daud, dapat dikatakan bahwa Tuhan cocok dengan Daud. Apa yang Daud lakukan, Tuhan berkenan dan menyukainya. Dengan segala keterbatasan, kekurangan, kelemahan bahkan kegagalan Daud, TUHAN MERASA COCOK DENGAN HATI DAN HIDUP DAUD. Itu karena Daud selalu berusaha menyesuaikan dirinya dengan hidup melakukan apa yang Tuhan kehendaki baginya.
Menelisik Alkitab, kita juga tahu bahwa Daud adalah salah satu orang yang kisah hidupnya dituliskan paling panjang dan mendetail dalam Alkitab. Dengan Daud pula Tuhan mengadakan perjanjian dan bersumpah bahwa keturunan Daud akan memerintah selama-lamanya. Melalui silsilah Daud pula, Juruselamat dan Raja itu lahir ke dunia : Yesus Kristus, yang juga disebut sebagai Anak Daud.
Pertanyaannya kini MENGAPA TUHAN MERASA COCOK DAN SENANG DENGAN DAUD?
Apa yang Tuhan dapati dan rasakan dari hidup Daud yang membuat Tuhan merasa pas dan bersuka hati?
Jawaban untuk ini bisa sangat panjang lebar Beberapa jilid buku dan tafsiran dapat mengupas semua ini bertolak dari setiap sisi kehidupan Daud.
Namun jika saya ditanya, apa yang membuat Tuhan disenangkan hati-Nya oleh Daud, maka saya akan menjawab bahwa TUHAN SUKA HATI SERTA HIDUP DAUD YANG TIDAK PERNAH BERUBAH DALAM HAL MENGASIHI TUHAN DAN HIDUP BAGI KEHENDAK TUHAN.
Itulah yang telah menawan hati Tuhan.
Daud bukan seseorang yang sangat fokus dan tidak pernah teralihkan perhatiannya oleh perkara-perkara lain dalam hidupnya. Faktanya, ia sering menyimpang. Bahkan tersandung dan jatuh. Di berbagai momen dalam hidupnya.
Meskipun demikian, Daud tidak pernah kehilangan cintanya yang mula-mula yang kepada Tuhan itu. Niatnya tidak pernah surut. Semangatnya tidak pernah luntur. Tekadnya tidak pernah berkurang. Untuk HIDUP DALAM KEHENDAK TUHAN.
Bagi Daud, Tuhannya adalah segala-galanya baginya. Lebih dari nyawanya. Lebih dari hidupnya. Ia telah menyediakan dan menyerahkan diri untuk hidup melakukan kehendak Tuhan. DAN HANYA UNTUK MELAKUKAN KEHENDAK TUHAN SAJA. Meski ia sering gagal, hatinya tidak pernah menginginkan yang lain atau beralih kepada yang lain. Bahkan ketika Daud gagal dan terpuruk, ia perbarui kembali komitmennya pada Tuhan dan ia memulai lembaran baru bersama Tuhan.
Daud hidup dengan tidak mencari perkenan siapapun di dunia ini. Ia bahkan tidak hidup untuk dirinya sendiri. Ia hidup untuk menyenangkan dan memuliakan nama TUHAN, yang ia tahu sangat mengasihinya dan juga sangat ia kasihi.
Dan lihatlah perjalanan hidup pria bernama Daud bin Isai ini.
Sejak muda dan tidak dikenal siapa-siapa, bahkan keluarganya pun meremehkan dia, Daud telah menjalin HUBUNGAN PRIBADI dengan Tuhan. Ia sering bercakap-cakap dan berjalan bersama Tuhan -yang barangkali satu-satunya Pribadi yang berteman dan peduli pada Daud pada waktu itu.
Persahabatan ini berlangsung selama-lamanya. Sampai hari terakhir Daud di dunia dan masih berlanjut ketika Daud memandang wajah Sahabatnya itu di sorga.
Hati Daud TIDAK PERNAH BERUBAH SEDIKITPUN. Teralihkan sejenak, ya. Menyimpang jauh dan tersesat, TIDAK PERNAH.
Perhatikan saja, bagaimana Daud tidak menjadi tinggi hati ketika menjatuhkan Goliat dan menjadi panglima perang Israel. Ia mengembalikan segala kemuliaan hanya bagi Tuhan.
Ketika Daud menjadi perwira tinggi atau kemudian menjadi buron kerajaan karena dianggap mau memberontak dan mengambil alih tahta atas mertuanya, Daud tidak menjadi kecewa pada Tuhan sehingga ia berubah setia pada Tuhan Terlunta-lunta dan hidup menggelandang tidak menjadikan hati Daud tawar apalagi pahit pada Tuhan. Justru saat-saat itu merupakan masa keintiman yang mendalam sebagaimana mazmur-mazmur yang digubahnya sebagian ditulis pada masa-masa kesukarannya di padang belantara.
Pun ketika Daud akhirnya menjadi raja, ia tetap mengingat Tuhan. Ia mencari cara membawa tabut ke Yerusalem, untuk ditaruh dekat istananya. Ia tidak ingin jauh-jauh dari Tuhan yag dilambangkan kehadirannya dengan tabut perjanjian. Tidak hanya itu, hari-hari Daud dihiasi dengan doa dan penyembahan. Dua puluh empat jam lamanya, Daud mengadakan penyembahan, sebagai suatu tanda bahwa kesukaannya ialah mengingat Tuhan dan mengucap syukur kepada-Nya.
Kehidupan Daud yang bergelimang kemewahan sebagai raja, dengan banyak istri maupun selir-selirnya pun tidak membuat Daud lebih mencintai gaya hidupnya daripada mengasihi Tuhan. Istri-istrinya ditegurnya jika pendapat dan saran mereka menyimpang dari apa yang benar.
Hartanya pun tidak membuatnya pamer kekayaan serta hidup bersenang-senang melampaui batas sebab semuanya ia simpan sebagai persiapan pembangunan bait Allah bagi Allahnya yang sangat dicintainya itu.
Sepanjang hidupnya, Daud selalu menanyakan dan berusaha selalu melakukan apa yang Tuhan kehendaki. Ia tidak ingin melangkah menuruti pikiran, perasaan dan kehendaknya sendiri. Sehingga apabila memang ia kemudian terlanjur melakukannya, ia akan KEMBALI INGAT dan BERSEDIA DIINGATKAN untuk kembali melakukan apa yang benar sesuai kehendak Tuhan.
Baik gua maupun tahta, tidak mengubah hati Daud. Cintanya pada Tuhan tak pernah berubah atau bergeser. Ia mencari Tuhan dan mengusahakan kehendak Tuhan seumur hidupnya. Tidak heran apabila kemudian ia menjadi raja yang paling sesuai dengan hati serta keinginan Tuhan.
Hasrat Daud TIDAK BERUBAH. HANYA SATU. Tak pernah berganti atau digantikan oleh sesuatu yang lainnya. IA INGIN HIDUP MENGASIHI TUHAN DAN SEGALA SESUATU YANG ADA PADA SERTA BERASAL DARI TUHAN. Ia telah menyediakan diri untuk hidup bagi kesenangan hati Tuhan. Dengan melakukan apa yang Tuhan ingin lakukan dalam hidupnya. Ia tidak sempurna melakukannya (dan memang siapakah yang bisa sempurna melakukannya?) namun seumur hidup Daud setia berada di jalan Tuhan dan di pihak Tuhan. Meski beberapa kali gagal, ia akhirnya kembali menetapkan hati melakukan kehendak Tuhan atas hidupnya.
Komitmen hidup yang demikianlah yang membuat Tuhan berkenan pada Daud.
BAGAIMANA DENGAN KITA?
Hati yang seperti Daud nyatanya sukar ditemukan bahkan beratus tahun setelah Daud tiada.
Dan mungkinkah itu masih sukar ditemukan hingga kini?
Kebanyakan orang mudah berubah setia. Jika kepada manusia saja, komitmen dan janji mudah diingkari, apalagi kepada Tuhan yang tidak terlihat atau nyata kehadirannya dirasakan secara fisik. Hati orang umumnya mudah ingkar janjim, khususnya kepada Tuhan.
Dulu menggebu-gebu, sekarang letih lesu mengiring Tuhan.
Dulu ketika masih lajang dan penuh semangat sangat fokus dan begitu bangga menjadi murid Tuhan. Setelah memasuki kehidupan kerja (mengenal dan memegang uang atau memiliki harta), setelah punya pasangan (mengenal lawan jenis dan memiliki hubungan dekat) atau setelah memiliki anak dan berkeluarga (hari-hari diisi kesibukan mengurus rumah tangga dan merawat anak-anak) BERAPA BANYAKKAH DARI KITA YANG MASIH TETAP BERKOBAR-KOBAR DENGAN KERINDUAN UNTUK MENYENANGKAN HATI TUHAN DAN HIDUP BAGI KEHENDAK DAN TUJUAN-TUJUAN TUHAN?
Berapa banyak dari kita yang dulu pernah dipenuhi kerinduan membara dan tekad untuk hidup bagi Tuhan dan mengerjakan visi kebangunan rohani yang telah disingkapkannya bagi kita namun kemudian seiring berjalannya waktu kita mulai berhenti karena lebih tertarik dan merasa nyaman dengan hal-hal lain serta lebih asyik hidup mengejar tujuan-tujuan lain daripada tujuan Tuhan???
Bahkan harus diakui jika tidak sedikit dari yang mengaku pelayan atau hamba Tuhan, yang hari ini tak lagi konsisten dan penuh tekad untuk mengerjakan kehendak serta visi dari Tuhan karena menggantikan semuanya itu dengan aktivitas gerejawi semata daripada membangkitkan murid-murid Kristus yang radikal dan hidup bagi rencana Tuhan.
Faktanya, kehidupan (maupun pelayanan) yang kita jalani dan kemudian hidupi telah menjadi sedemikian nyaman atau sebegitu menyita waktu-waktu kita sehingga kita mulai menaruh Tuhan dalam urutan prioritas yang semakin belakang.
Betapa mudahnya hati kita berubah. Karena uang.. Karena jabatan. Karena pekerjaan. Karena pasangan. Karena anak. Karena kesibukan. Karena kenyamanan dan kesenangan hidup. Karena pencapaian. Karena kesuksesan di mata orang. Bahkan karena pelayanan dan semangat menghadiri acara-acara rohani. Dan karena apapun namanya, yang telah menggantikan hidup dalam rencana dan kehendak Tuhan yang Tuhan rindukan bagi kita dengan hidup menuruti kehendak dan kebenaran kita sendiri.
Namun, sebab lain pun bisa, Yaitu karena kebalikan dari yang disampaikan di atas. Karena sesuatu yang lebih gelap sifatnya : Karena kekecewaan. Karena sakit hati pada seseorang. Karena merasa nasib baik yang tidak berpihak pada kita. Karena peristiwa yang menyakitkan hati. Karena pengalaman hidup yang buruk. Mungkinkah pula karena tekanan dan penindasan keluarga atau orang/-orang sekeliling kita? Disadari atau tidak, hati kita berubah menjadi tawar, kecil, pahit dan kecut karena kesukaran telah membuat kita berbelok dari jalan Tuhan.
Kita lebih seperti Salomo pada akhirnya, daripada seperti Daud. Ya, seperti Salomo yang terlena oleh apapun yang diberikan Tuhan daripada oleh Tuhan sendiri. Hanyut dengan apa yang kurang berharga sehingga melalaikan yang paling berharga dan yang adalah sumber dari segala sesuatu yaitu Tuhan sendiri. Lebih siap mengikuti dan berkorban bagi manusia yang kita cintai daripada membayar harga bagi Tuhan yang lebih mengasihi kita.
Kita tidak hanya teralihkan. Kita sudah tersimpangkan dan tersesat ketika kita lebih mengutamakan yang lain daripada mengejar kehadiran Tuhan dan hidup melakukan apa yang dikehendaki-Nya bagi kita.
Tidak berhenti di situ. Kita bahkan bertindak semakin jauh menghina Tuhan dengan memberikan persembahan-persembahan yang tidak diminta-Nya, yang sebenarnya diilahirkan dari pikiran dan hati kita yang mementingkan diri sendiri, demi memuaskan hati kita sendiri daripada mencari tahu apa yang benar-benar menyukakan dan menyenangkan hati Tuhan.
Kita jatuh dalam sikap penyembahan seperti yang dilakukan Kain : mempersembahkan sesuatu dengan semau kita sendiri sambil dari dalam hati berharap Tuhan menerimanya dan menghargainya sebab kita telah bersusah payah menyiapkannya.
Hai, orang-orang yang tersesat, jika hati Anda tahu mana yang menyenangkan diri Anda dan mana yang bukan dan Anda tidak bisa dipaksa menyukai apa yang memang tidak Anda sukai, MENGAPA ENGKAU BERPIKIR BISA MEMAKSA TUHAN YANG MAHA BESAR DAN MAHA KUDUS ITU MENYUKAI APA YANG TIDAK DISUKAI-NYA DARI APA YANG KAUPERSEMBAHKAN KEPADA-NYA?
Satu dua kali, Tuhan masih memakluminya. Terus menerus dan diulang berpuluh tahun lamanya? Tidak akan. Ia akan berbicara dan melakukan sesuatu untuk mengubah penyembahan semacam itu.
Dari Daud kita belajar satu rahasia besar. Satu rahasia yang membuat seseorang dapat menjadi seseorang yang cocok dengan Tuhan, yang menyenangkan hati-Nya.
Itulah HATI YANG TIDAK PERNAH BERUBAH UNTUK HIDUP DALAM
Hanya orang-orang yang merasakan kehadiran Tuhan, menyadari akan kasih-Nya dan rindu balas mengasihi Dia saja yang akan ingin hidup seturut kehendak Tuhan sepanjang hidupnya.
Orang-orang yang demikian adalah pria dan wanita yang berkenan di hati Allah. Yang kepada orang-orang seperti ini, Tuhan akan mengadakan perjanjian turun temurun dan pasti memberkati kehidupan mereka maupun keturunan mereka.
ANDAKAH YANG TERMASUK ORANG YANG BERKENAN DI HATI ALLAH ITU?
Salam revival
Tuhan Yesus memberkati kita semua
0 komentar:
Posting Komentar
Mohon TIDAK menggunakan kata-kata kotor atau kasar yang tidak memuliakan nama Tuhan. Terima kasih atas perhatiannya. Salam Revival!
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.