Oleh : Peter B
Dalam Matius 13:22 dan Markus 4:19 disebutkan bahwa kekayaan mengandung suatu "tipu daya". Yang dimaksud sebagai tipu daya adalah hal menampilkan suatu kesan yang keliru dari yang sebenarnya.
Menurut kamus Webster kata "deceive", yang diterjemahkan sebagai "menipu" atau "mengelabui" mengandung pengertian "menampilkan suatu kesan kuat akan suatu ide atau keyakinan yang kemudian menimbulkan ketidaktahuan, kebingungan dan ketidakberdayaan".
Dengan kata lain, tindakan mengelabui merupakan tindakan yang menyembunyikan atau mempermainkan berbagai fakta dan kebenaran yang sesungguhnya dengan cara membuat orang lain tak mampu berpikir secara tepat, kemudian menjadi bingung serta cenderung menyetujui pemikiran yang dibagikan padanya itu.
Seperti itu pula seringkali yang dikesankan oleh kekayaan yang sifatnya materi di dalam pikiran manusia. Amat sangat umum ditemukan dimanapun di seluruh belahan dunia bahwa "menjadi kaya dan memiliki harta yang berlimpah itu sesuatu yang baik", yang akan membawa kebahagiaan dan kesenangan selama di dunia", dan "menjadi kaya pantas dijadikan tujuan hidup serta merupakan suatu kondisi yang layak diidamkan dan diperjuangkan seumur hidup."
Atas dasar pola pikir yang demikian, manusia mengagumi kekayaan dan orang-orang kaya. Menempatkan mereka yang punya banyak harta pada tempat yang tinggi status sosialnya. Memandang yang berlimpah harta sebagai orang-orang yang hebat dan sukses. Mendambakan memiliki harta seperti mereka dan menjadikan mereka teladan dan inspirasi untuk menjalani hidup.
Akibat sebaliknya, hanya sedikit saja orang yang mengenali tipu daya kekayaan ini. Tidak heran apabila kemudian sangat sedikit yang bisa memahami pengajaran-pengajaran Yesus yang terus memperingatkan akan tipu daya kekayaan ini.
Yesus mengajar supaya kita tidak mengumpulkan harta di dunia tetapi di sorga. Ia mewanti-wanti supaya kita tidak mengandalkan dan mencari rasa aman dari harta benda di kehidupan yang sekarang ini. Yesus pun menantang seorang pemuda mapan yang datang bertanya kepada-Nya tentang hidup kekal untuk melepaskan segala hartanya lalu mengikut Yesus. Melalui perumpamaan-Nya, Yesus membandingkan seorang kaya dengan Lazarus, seorang pengemis yang beroleh kebahagiaan di kekekalan daripada si kaya. Dan yang paling mengejutkan dari perkataan Yesus adalah ini : "Sukar sekali orang kaya masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Lebih mudah seekor unta masuk lubang jarum daripada orang kaya masuk Kerajaan Sorga" (Matius 19:23-24).
Setiap kali berbicara mengenai kekayaan materi, Yesus sedang membuka selubung tipu daya kekayaan. Sayangnya, tidak banyak yang bisa melihat kebenaran itu. Ayat² berisi perkataan Yesus tentang kekayaan hingga kini masih diputarbalikkan, dipelintir, dan dimanipulasi untuk mendukung pemikiran manusia yang berhasrat mengejar kekayaan sebagai suatu tujuan hidup tertinggi.
Tipu daya kekayaan sebenarnya terletak pada pengejaran yang sia-sia akan sesuatu yang semu. Sesuatu yang seolah-olah sangat berharga dan mulia tapi ketika semua itu diperoleh, tidak jarang justru membawa manusia pada kehancuran dan kebinasaan.
_ Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan
1 Timotius 6:9
Oleh karena sifat manusia yang rapuh dan dikuasai dosa, kekayaan seringkali menjerumuskan manusia daripada membawa manusia ke jalan yang benar. Dengan kekayaan yang besar di tangannya, manusia tergoda dan terseret untuk bersenang-senang, memuaskan hawa nafsu dan dosa, makin mementingkan diri daripada orang lain. Di sisi lain, kekayaan menjadikan orang semakin angkuh (bahkan saat mereka berbuat amal untuk orang miskin dan sengsara).
Dan yang paling buruk di antara semuanya, pengejaran akan kekayaan, yaitu mengumpulkan, menimbun dan mempertahankan kekayaan, membuat manusia menghabiskan hidup untuk sesuatu yang fana, yang tidak terlalu berguna dipandang dari sudut pandang kekekalan. Karena fokus pada harta dunia, harta sorgawi dan pengenalan akan Allah disisihkan atau dijadikan prioritas hidup sampingan. Dampak langsung hal ini bagi jiwa manusia adalah terhalang atau terhambatnya manusia menjalin hubungan yang pribadi dan mendalam dengan Tuhan. Karena sibuk mengejar kekayaan sebagai jaminan hidup, manusia meninggalkan pencarian dan pengejaran akan Tuhan. Hati, jiwa, pikiran, kehendak kita sering diserahkan untuk mencari terobosan-terobosan di bidang keuangan, mencari cara bagaimana mengelola harta kita supaya terus bertambah dengan pikiran dan keyakinn bahwa jika kita mempunyai semua itu, hidup kita akan lebih aman dan tenang. Segala sumber daya kita (waktu, tenaga, pikiran, bakat, keahlian, kemampuan) kita kerahkan untuk memperoleh lebih banyak harta. Tidak jarang banyak hal baik dan dan lebih berharga yang kita korbankan demi mengumpulkan kekayaan : kesehatan, keluarga, persaudaraan dan keluarga termasuk pengabaian akan Tuhan dan kehendak-Nya. Yang merupakan ironi yang besar, bahkan ibadah, pelayanan dan pengajaran firman Tuhan pun dihubungkan dan dijadikan sarana demi pencapaian kemakmuran selama di dunia.
Betapa sesat dan celakanya!
Pola pikir duniawi ini harus diubah. Prinsip yang menyesatkan manusia dari makna dan tujuan penciptaan mereka ini harus dibuang jauh-jauh. Kita perlu meminta mata yang celik untuk melihat penipuan iblis melalui kekayaan duniawi ini.
Kita dipanggil untuk menyingkapkan dan menghancurkan segala tipu muslihat dan pekerjaan iblis. Dan kita melakukannya dengan percaya dan taat ada ajaran Kristus. Kita seharusnya menetapkan hati kita untuk mencari dahulu kerajaan Allah dan kebenaran-Nya. Seperti Paulus, kita dipanggil melepaskan segala sesuatu yang duniawi, memandangnya tak lagi berharga, untuk digantikan pengenalan dan persekutuan Kristus Yesus
Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus.
Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus,
Filipi 3:7-8
Pengejaran hidup kita semestinya adalah pengejaran akan Allah. Pengejaran akan sesuatu yang sepertinya tidak nyata tetapi justru itulah yang paling berharga dan tidak menipu. Yakub memahami yang semacam itu sehingga ia mengejar hak kesulungan sampai-sampai menipu kakak dan ayahnya. Meski hak kesulungan belum nyata benar keuntungannya bagi Yakub, tapi ia percaya berkat kesulungan itulah yang utama, yang ia yakini akan membawa kebaikan bagi masa depannya. Inilah yang menjadikan Tuhan lebih mengasihi Yakub daripada Esau, yang mementingkan apa yang nyaman dan memuaskan dirinya hanya sesaat saja.
Mari memandang mulia hak istimewa kita untuk mengenal Sang Jalan, Kebenaran dan Hidup.
Mari kita merangkul Dia, menjadikan Dia milik kita yang paling berharga, yang akan kita kejar dan pertahankan sampai nafas terakhir kita.
Mari kita menjadikan Kristus, harta pusaka dan bagian kita selama di dunia sekarang ini, supaya saat kehidupan sekarang ini berlalu, kita menerima kebahagiaan dan sukacita yang melampaui memiliki segala harta dunia karena boleh diam bersama Yang Paling Indah Dan Paling Manis .
Bersediakah Anda?
Siapa gerangan ada pdaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi.
Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya.
Mazmur 73:25-26
Salam revival
Tuhan memberkati kita semua
0 komentar:
Posting Komentar
Mohon TIDAK menggunakan kata-kata kotor atau kasar yang tidak memuliakan nama Tuhan. Terima kasih atas perhatiannya. Salam Revival!
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.