KOMUNITAS PERSATUAN INTERDENOMINASI GEREJA YANG MEMPERJUANGKAN TERJADINYA KEBANGUNAN ROHANI

WASPADA PERKATAAN DAN PERMAINAN PALSU MANUSIA

Posted By passion for revival on Senin, 11 Februari 2019 | 9:33 AM


Oleh Peter B, MA



Dalam suatu peristiwa yang dicatat di Injil yang menggambarkan Yesus diurapi oleh seorang wanita dengan minyak yang mahal, ada satu adegan ketika murid-murid memarahi perempuan itu sebab menganggap yang dilakukannya sebagai suatu -tindakan pemborosan.

Matius menuliskannya seperti ini :

Melihat itu murid-murid gusar dan berkata: "Untuk apa pemborosan ini?
Sebab minyak itu dapat dijual dengan mahal dan uangnya dapat diberikan kepada orang-orang miskin."
~ Matius 26:8-9

Perhatikanlah, disebutkan oleh Matius bahwa murid-murid (artinya banyak di antara murid-murid itu) yang menjadi gusar atau tidak senang.

Namun, membaca dari yang dicatat oleh Matius sebenarnya belumlah lengkap. Gambaran utuh peristiwa gusarnya murid-murid itu menjadi jelas ketika kita menyatukan catatan dua penulis Injil lainnya, yang juga mendokumentasikan peristiwa yang sama.

Dari catatan Markus kita membaca keterangan yang lebih banyak :

Ada orang yang menjadi gusar dan berkata seorang kepada yang lain: "Untuk apa pemborosan minyak narwastu ini?
Sebab minyak ini dapat dijual tiga ratus dinar lebih dan uangnya dapat diberikan kepada orang-orang miskin." Lalu mereka memarahi perempuan itu.
~ Markus 14:4-5

Disebutkan oleh Markus, awalnya ada satu orang murid yang menjadi gusar. Lalu murid itu berkata seorang kepada yang lain. Artinya pada awalnya, tidak semua atau tidak banyak murid-murid yang menjadi gusar. Hanya satu orang saja tetapi karena dia menyatakan pandangannya kepada murid-murid yang lain, maka yang lain turut merasa terganggu pikirannya.

Adegan ini menjadi semakin jelas dan membentuk gambaran lengkap sewaktu kita membaca catatan Yohanes:

Tetapi Yudas Iskariot, seorang dari murid-murid Yesus, yang akan segera menyerahkan Dia, berkata:
"Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?"
Hal itu dikatakannya bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya.
~ Yohanes 12:4-6

Tanpa ragu, Yohanes menyebutkan siapa identitas satu orang murid yang mula-mula menjadi gusar. Ternyata dia Yudas Iskariot. Dan tidak hanya itu. Yohanes menambahkan beberapa fakta untuk memperjelas siapa Yudas Iskariot ini. Dikatakan dalam nats, ia adalah murid yang "akan segera menyerahkan Yesus". Masih ada lagi. Motif Yudas pun disingkapkan. Yudas gusar dan menyuarakan protes "bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang miskin" tapi justru karena ia seorang "pencuri, yang sering mengambil uang yang disimpan di dalam kas yang dipegangnya". Dapat diduga, motif utama Yudas tidak lain adalah supaya minyak yang mahal itu bisa disumbangkan dalam bentuk uang untuk Yesus dan murid-murid-Nya, dengan tujuan oleh karena dirinya sebagai bendahara, ia dapat mengambil uang itu sebagian untuk kepentingan dirinya.

Yang dilakukan Yudas sebenarnya sangat keji. Ia menutupi kejahatan dan kecurangannya dengan sikap seorang yang seolah-olah peduli orang miskin. Bahkan dia berani menghakimi perempuan yang mengurapi Yesus itu dengan menyebut tindakannya sebagai pemborosan, padahal dia sendiri sebenarnya seorang pencuri dan koruptor.

Mengetahui karakter Yudas Iskariot ini, tidaklah sukar menemukan padanannya di zaman sekarang. Banyak contoh yang seperti itu di Indonesia. Malah mungkin terlalu banyak. Betapa tidak, ada orang yang katanya mengumpulkan bantuan sosial untuk bencana alam tetapi dari sumbangan yang masuk diambil untuk dipakai sendiri. Ada pula yang melakukan sedekah atas nama agama di hari besar agamanya namun pemimpin muda ini akhirnya ketahuan bahwa sumbangannya itu berasal dari uang suap dan kong kalikong. Belum lagi ada permohonan dana untuk membangun monumen anti korupsi, tetapi uang yang masuk pun dipotong sana sini untuk dinikmati pejabat-pejabat terkait. Dan bukankah sudah sangat lumrah terjadi di masa-masa menjelang pemilu seperti sekarang apa yang disebut sebagai "money politics" saat banyak yang mengatasnamakan bantuan sosial dan keberpihakan untuk rakyat tetapi sebenarnya semuanya dilakukan untuk menyelubungi tujuan-tujuan egois pribadi atau kelompok mereka, sedangkan uang yang digunakan acapkali juga tidak jelas berasal darimana? Dan bukankah santer terdengar bahwa gerakan-gerakan massa atas nama agama atau kelompok tertentu atas nama rakyat, buruh atau petani pada dasarnya ditunggangi oleh permainan uang demi kepentingan-kepentingan orang-orang kuat yang ingin mencari jalan untuk berkuasa?

Itu tentang Yudas. Tetapi yang ingin saya sampaikan bukan tentang Yudas. Yang saya soroti adalah pengaruh omongan Yudas.

Dari tiga penggambaran dalam Injil, jelaslah bahwa perkataan Yudas dengan cepat mempengaruhi murid-murid yang lain. Banyak yang terprovokasi. Protes kepada Yesus pun akhirnya tidak terhindarkan. PADAHAL MEREKA KELIRU!
Yesus justru membenarkan perbuatan sang perempuan yang mengurapi Dia itu. Yesus bahkan menjelaskan mengapa Ia disukakan dengan tindakan wanita itu. Murid-murid merasa benar pada mulanya TAPI TERBUKTI SALAH DI HADAPAN SANG GURU.
Mereka salah karena termakan hasutan. Termakan omongan dari seorang yang tampak baik, adil, berjiwa sosial, bermotif emas dan sangat penuh belas kasihan. Faktanya… mereka termakan celotehan seorang maling, hanyut dalam perkataan seorang koruptor, tertipu oleh permainan seorang penjahat!

Dari sini kita seharusnya bisa belajar suatu hal yang penting. Belajar supaya kita TIDAK TERBURU-BURU PERCAYA BEGITU SAJA DAN DENGAN MUDAH MENERIMA PERKATAAN-PERKATAAN MANUSIA. Apabila ada yang mengaku membawa perkataan Tuhan saja perlu kita uji, maka lebih lagi apa yang diujarkan manusia.

Hari ini berbagai komentar dan ocehan orang banyak sekali bentuknya, khususnya di media sosial. Semua bebas berbicara dan berpendapat. Ribuan pikiran membuahkan ratusan ribu omongan. Setiap orang tampaknya berbicara dengan maksud dan tujuan yang baik. Namun kita harus berhati-hati untuk menilainya. Benarkah memang motif mereka murni? Adakah mereka tulus hendak mendatangkan kebaikan bagi negeri ini? Benarkah seseorang yang mencalonkan diri sebagai pemimpin nomor satu atas bangsa ini benar-benar memperjuangkan warganya? Tidakkah semuanya tampak manis dan penuh perhatian saat menjanjikan masa depan penuh harapan bagi seluruh rakyat? Tetapi apakah benar mereka sungguh-sungguh memperhatikan orang-orang yang tertindas dan menderita?

Ketika hasutan disebarkan, fitnah disebar, perkataan penuh tipuan ditularkan maka akibatnya BANYAK YANG MENJADI GUSAR. Tidak heran kemudian mereka menjadi kumpulan-kumpulan orang marah, saling hina serang bahkan baku pukul hingga tega membunuh saudara sebangsanya sendiri karena perbedaan pandangan politik. Mereka saling olok dengan sebutan-sebutan nama hewan yang merendahkan. Mereka membutakan diri dari fakta dan kenyataan yang harus dilihat dengan jernih.
Yang lebih parah dari semua hal itu, MEREKA MENUTUP DIRI DARI PENCARIAN AKAN KEHENDAK TUHAN! Mereka lebih peduli dengan pendapat figur-figur pengaruh di media sosial. Mengaminkan perkataan para pengulas dan pengamat politik yang jika direnungkan seolah seperti orang yang tahu mana yang paling benar. Mereka lupa bahwa ada Tuhan, Tuhan mereka yang mengaruniakan Roh Kudus dan berjanji untuk menuntun anak-anak-Nya dalam seluruh kebenaran.

Sama seperti peristiwa Yesus diurapi seorang wanita di atas, hanya Tuhan yang tahu mana tindakan yang SUNGGUH-SUNGGUH benar, dan bukan yang kelihatan benar saja. Kita harus mencari Dia, menenangkan diri kita supaya kita bisa mendengarkan pendapat-Nya dan menangkap isi hati-Nya. Dari sana kita dimampukan memahami mana yang benar dan apa sikap yang tepat untuk kita ambil. Dari Dia saja kita akan melihat dalam perspektif terbaik sehingga dapat mengambil pilihan sikap terbaik terhadap segala sesuatu.
BETAPA PENTINGNYA PIMPINAN TUHAN ITU BAGI KITA!

Di era dimana informasi tersedia sedemikian luasnya, kita harus semakin berhati-hati dengan berbagai perkataan yang beredar di tengah-tengah kita. Kita tidak boleh mudah percaya, gampang terpancing atau segera menyetujui akan apa saja yang disampaikan kepada kita -lebih-lebih yang sifatnya memprovokasi. Kita harus terus menerus melatih diri untuk menilai dan menguji segala sesuatu baik terhadap kabar-kabar di alam nyata maupun yang berasal dari wilayah roh.
Janganlah menjadi orang bodoh yang tidak tahu menimbang segala sesuatu. Anak-anak Tuhan dijanjikan hikmat bagi yang mau memintanya pada Tuhan (Yakobus 1:5).

Di atas semuanya, kita perlu memiliki dan menjaga hubungan erat dan karib dengan Tuhan, sumber segala petunjuk, panduan dan informasi yang benar dan sejati. Dialah Gembala Agung yang pasti akan menuntun kita di jalan kebenaran. Roh Kudus-Nya dijanjikan untuk membawa kita senantiasa dalam kehendak-Nya. Kita harus selalu mengarahkan diri dan membuka hati kita selebar-lebarnya untuk suara dan pesan-Nya.

Biarlah hati kita diberikan kelembutan dan kepekaan untuk mendengar tuntunan dari tempat yang mahatinggi. Dan biarlah satu-satunya provokasi bagi kita ialah provokasi ilahi. Untuk menyelesaikan tugas dan panggilan kita bagi generasi kita DENGAN ROH YANG MENYALA-NYALA!

Saksi yang setia tidak berbohong, tetapi siapa menyembur-nyemburkan kebohongan, adalah saksi dusta. Saksi dusta tidak akan luput dari hukuman, orang yang menyembur-nyemburkan kebohongan akan binasa.
~ Amsal 14:5; 19:9

Si pemarah menimbulkan pertengkaran, dan orang yang lekas gusar, banyak pelanggarannya.
~ Amsal 29:22

Orang yang tak berpengalaman percaya kepada setiap perkataan, tetapi orang yang bijak memperhatikan langkahnya.
~ Amsal 14:15


Dalam terang firman-Nya
Salam revival!
Peter B
Hamba sahaya di ladang Tuhan

 
 
   
 
   
Blog, Updated at: 9:33 AM

0 komentar:

Posting Komentar

Mohon TIDAK menggunakan kata-kata kotor atau kasar yang tidak memuliakan nama Tuhan. Terima kasih atas perhatiannya. Salam Revival!

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.