KOMUNITAS PERSATUAN INTERDENOMINASI GEREJA YANG MEMPERJUANGKAN TERJADINYA KEBANGUNAN ROHANI

BERANI MENGAMBIL SIKAP YANG BENAR

Posted By passion for revival on Sabtu, 12 Mei 2018 | 9:00 AM




Oleh: Peter B, MA



“DAN AKU BERKATA KEPADAMU, DAN KATA-KU INI BENAR...”
(Lukas 4:25)


Jika kita semua ditanya dan harus menjawab dengan jujur mengenai apakah kita pernah berbohong atau tidak sepanjang kita hidup di dunia ini, pastilah tidak ada satupun di antara kita yang menjawab “tidak pernah”. Benar, setiap kita pasti pernah berkata tidak benar atau berdusta. Bahkan orang Kristen yang paling saleh sekalipun pasti ia pernah berdusta (tentunya sebelum ia mengenal Kristus). Kecuali Yesus Kristus, Tuhan kita, semua manusia dilahirkan dengan sifat-sifat dosa yang dinaungi setiap geraknya oleh bapa segala dusta itu. Sekali lagi, tidak ada orang yang tidak pernah berdusta. Tetapi kabar baiknya adalah: kita bisa lepas dari dusta dan kemudian sepenuhnya hidup dalam “ya di atas ya” dan “tidak di atas tidak”

Meskipun demikian, harus disadari benar bahwa dunia yang kita diami selama hidup kita dalam daging ini adalah dunia yang penuh dengan kebohongan, terbiasa dengan dusta, diliputi kepura-puraan, subur dengan kepalsuan serta dikuasai oleh ketidakbenaran. Bagi mereka yang tidak mengenal Tuhan sehingga tidak pernah mengalami pertobatan sejati, hidup dalam kebohongan adalah sesuatu yang biasa. Saya pernah mendengar seorang yang begitu terheran-heran mendengar prinsip Firman Tuhan bahwa setiap orang yang mengenal Tuhan tidak boleh berdusta. Mereka tanpa malu berkata, “Bagaimana mungkin saya dapat hidup tanpa berbohong? Berdusta adalah biasa dan wajar.” Memang demikianlah pendapat mereka yang tidak pernah mengenal kebenaran. Tidak demikian halnya dengan para pengikut Kristus para penyembah sejati.

Yesus memberikan teladan yang luar biasa. Ia berkata dengan berani. Dan Ia bertani karena Ia benar. Berbeda dengan kebanyakan orang yang lebih suka menutupi kebenaran daripada mengumumkannya, Yesus tidak terhalang untuk mengambil sikap, tindakan disertai perkataan yang benar lagi tegas. “Aku berkata kepadamu, dan kataKu ini benar….” Betapa luar biasa perkataan Kristus ini! Orang-orang pada akhirnya menjadi semakin marah dan ingin membunuh Yesus (lihat Lukas 4:28-30). Apakah ini berarti Yesus tidak becus dalam berkomunikasi? Tidak pandai mencari dukungan orang? Atau mengambil pendekatan yang salah dalam menjalin hubungan dengan orang lain? Tentu tidak demikian. Sebagai Manusia Hamba yang hadir di muka bumi untuk menjalankan misi Bapa, Yesus tidak pernah melakukan sesuatu di luar kehendak Bapa. Saya yakin ADALAH KEHENDAK BAPA apabila Yesus menyampaikan kebenaran secara berterus terang. Bagi kita, inilah suatu teladan bahwa setiap penyembah sejati yang rindu menyenangkan hati Bapa, tidak perlu takut untuk menyatakan kebenaran dalam segenap hidup mereka, khususnya dalam mengatakan yang benar dan tidak berdusta.

Kata-kata kita yang keluar dari hati harus benar. Hati yang benar akan mengeluarkan kata-kata yang benar pula. Dan hati yang benar adalah hati yang mengikuti serta mengenal Allah yang benar itu! Allah kita adalah SATU-SATUNYA Allah yang benar. Yesus sendiri mengatakan dengan otoritas yang penuh bahwa Dialah jalan, KEBENARAN dan hidup. NamaNya dalam Perjanjian Lama hingga sekarang tetap Yeshovah Tsidkenu : Allah kebenaran kita (lihat Yeremia 23:5-6). Sesungguhnya tidak ada seorang pun yang hendak menjumpai Dia dapat menghampiri terlebih lagi mendekat serta bersekutu denganNya jika tangan mereka najis dan hidup mereka yang jauh dari kebenaran: “….siapa yang boleh menumpang dalam kemah-Mu? Siapa yang boleh diam di gunung-Mu yang kudus? Yaitu dia yang BERLAKU TIDAK BERCELA, yang MELAKUKAN APA YANG ADIL dan yang MENGATAKAN KEBENARAN dengan segenap hatinya..” (Mazmur 15:1-2). Jelas di sini bahwa siapa yang hendak menyembah Dia harus hidup di dalam kebenaran. Bagi kita yang hidup dalam Perjanjian Baru, itu berarti kebenaran di dalam Kristus dimana setiap kita yang percaya dibenarkanNya.

Setiap mereka yang mengaku sebagai penyembah sejati tidak dapat tidak harus hidup di dalam kebenaran. Mereka berpikir dengan benar, bertindak dengan benar, berkata-kata dengan benar. Ini bukan rumus satu jenis kehidupan tertentu atau bentuk lain dari agama tertentu. Ini karena setiap kita telah dipanggil untuk meninggalkan hidup lama yaitu hidup di dalam dosa dimana di dalamnya tidak terdapat kebenaran sama sekali. Kini kita masuk dalam kelahiran dan juga pembaharuan illahi oleh Rohnya dan kita hidup dalam hidup yang baru. Yang lama – yang jahat, penuh dusta, kebohongan, tidak ada kebenaran di dalamnya telah berlalu, kini yang baru – yang kudus, yang mulia, yang baik, penuh dengan kebenaran – telah terbit. Tanpa kelahiran yang baru ini, tidak ada seorang manusiapun dapat hidup dalam kebenaran. Mengapa? Karena hakikat mereka yang telah berdosa. Bagaimana mungkin air yang kotor dipakai untuk mencuci baju? Bukankah baju itu akan semakin bertambah kotor? Sama seperti air yang kotor tidak dapat menghasilkan sesuatu yang bersih, demikianlah manusia lama yang dibelenggu dosa tidak dapat melakukan sesuatu yang benar. Hanya karena karya penebusan Tuhanlah kita diubahkan seluruhnya serta diperbaharui secara terus menerus hingga sepenuhnya hidup kita berjalan teguh di dalam kebenaran. Itulah seababnya kita disebut sebagai hamba kebenaran dan anggota-anggota tubuh kita adalah senjata-senjata kebenaran (Roma 6:13,19).

Adalah sesuatu yang mengherankan apabila kata-kata seorang percaya yang mengakui dirinya sebagai penyembah yang benar tetapi hidup di luar kebenaran. Sesungguhnya jika hidup kita jauh dari kebenaran kita tidak dapat menyembah Dia. Lebih tepatnya, penyembahan kita adalah palsu dan tidak dapat diterima. Karena “Allah itu roh dan barangsiapa menyembah Dia harus menyembah di dalam roh dan kebenaran”. Kita bukanlah penyembahNya jika hidup kita jauh dari jalan-jalan kebenaran Tuhan. Kita bukanlah orang-orang yang dicari dan dirindukanNya jika kita tidak menginginkan hidup sepenuhnya dalam kebenaran. Dalam hal yang demikian, kita berlawanan arah dengan Tuhan. Jika kita tidak berjalan dalam kebenaran, kita semakin jauh dari Dia. Jarak itu semakin lama semakin renggang hingga puncaknya menjadi suatu jurang yang tidak terseberangi : antara surga dan neraka, terpisah selamanya dari Allah!

Mengatakan kebenaran adalah kesukaan bagi penyembah Tuhan sejati. Daripada berkata-kata dusta dan bersikap munafik, mereka yang mengasihi Tuhan hidup senantiasa untuk menyampaikan kebenaran dalam setiap gerak langkah mereka. Kebohongan pada akhirnya hanya menimbun risiko yang lebih besar. Kepura-puraan yang tersingkap akan menghancurkan segala-galanya. Oleh karena itu, tidak ada cara lain yang lebih baik selain menerima kebenaran itu sendiri, mempraktekkannya dalam hidup sehari-harinya, mengekspresikannya dalam seluruh keberadaan kita sehingga kemudian mempengaruhi banyak orang untuk hidup dalam kebenaran pula. Dusta mencelakakan, tetapi kebenaran menyelamatkan. Orang-orang yang tulus memperingatkan yang lain dalam kebenaran seringkali disalahmengerti bahkan kemudian dibenci. Tetapi Alkitab berpendapat sebaliknya: Menegur tidak selalu berarti benci dan menghakimi. Menghajar bukan selalu memiliki niat jahat. Adalah sifat manusia yang mencari kesenangan bagi tubuhnya sehingga mereka membutakan dirinya akan kebenaran yang sejati. Perhatikanlah perkataan-perkataan ini baik-baik dan jadilah celik,Saudaraku:

Karena TUHAN memberi ajaran kepada yang dikasihi-Nya, seperti seorang ayah kepada anak yang disayangi (Amsal 3:12)

Lebih baik teguran yang nyata-nyata dari pada kasih yang tersembunyi. Seorang kawan memukul dengan maksud baik, tetapi seorang lawan mencium secara berlimpah-limpah” (Amsal 27:5-6)

Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah!” (Wahyu 3:19)

Hidup dalam kebenaran adalah menjalani hidup dalam caranya yang terbaik. Itulah hidup yang terbaik yang dapat dijalani seorang manusia. Karena kebebalan serta kekerasan hatinya, manusia seringkali hancur, babak belur bahkan mengalami penderitaan yang tidak terkira sebelum menyadari betapa baik dan indahnya hidup di dalam kebenaran itu. Seperti anak bungsu yang menyadari betapa jauh lebih baiknya hidup dalam kebenaran di rumah Bapanya, seringkali dalam keadaan demikianlah kita menyadari betapa sia-sianya hidup di luar kebenaran itu. Dalam keadaan bagaimana? Dalam keadaan bangkrut terlunta-lunta di dalam kandang babi! Janganlah mengalami yang demikian terlebih dahulu bagu kemudian tersadar…. Karena seringkali tidak cukup banyak orang punya keberanian atau kesempatan seperti anak yang hilang itu. Mereka hilang dan tidak pernah kembali lagi. Sekaranglah waktunya untuk kita berpikir, hidup dan berkata-kata yang benar. Lebih daripada itu semua biarlah kita mengasihi kebenaran itu sendiri. Ingatlah selalu akan hal ini:

Jalan orang fasik adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi siapa mengejar kebenaran, dikasihi-Nya.” (Amsal 15:9).

(Diambil dari warta Worship Center edisi 18 – 17 Mei 2002)

 
 
   
 
   
Blog, Updated at: 9:00 AM

0 komentar:

Posting Komentar

Mohon TIDAK menggunakan kata-kata kotor atau kasar yang tidak memuliakan nama Tuhan. Terima kasih atas perhatiannya. Salam Revival!

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.