Oleh : Peter B, MA
yang juga tidak melakukan kejahatan, tetapi yang hidup menurut jalan-jalan yang ditunjukkan-Nya.
~ Mazmur 119:3 (TB)
Yes, they do no unrighteousness ; they walk in His ways.
~ Psalms 119:3 (AMP)
Pemazmur melanjutkan dengan melengkapi kunci berkat dan kebahagiaan bagi manusia dengan ayat ke-3. Yang berbahagia ialah mereka yang tidak melakukan kejahatan tetapi yang hidup menurut jalan-jalan yang ditunjukkan Tuhan.
Ya, hidup melakukan kejahatan, bukan kehidupan yang layak dihidupi. Kejahatan-kejahatan yang besar diadili oleh pemerintah dan masyarakat pada umumnya. Akibatnya jelas. Hukuman pidana sampai sanksi sosial. Dibatasi kebebasannya, diminta mengganti kerugian, harus menjalankan kewajiban sosial tertentu. Itu belum ditambah aib yang harus ditanggung. Bagaimana bisa hidup demikian merupakan hidup penuh berkat?
Di sisi lain, kejahatan-kejahatan kecil pun tidak membawa bahagia. Entah itu sekedar kejahatan yang ada di hati. Seperti membenci dan iri hati. Atau kejahatan-kejahatan kecil yang biasa dilakukan dan dibiasakan banyak orang sehari-hari. Seperti bersikap munafik, berdusta, menipu atau sekedar berbuat curang maupun menyebarkan fitnah. Apakah dengan tercapainya tujuan seseorang dengan cara-cara yang jahat membawa kebahagiaan? Mungkin ada yang menganggapnya begitu. Tapi semuanya palsu dan semu belaka. Sebab kebahagiaan yang tertinggi ialah dari hidup yang tidak melakukan yang jahat tetapi hidup dalam jalan-jalan Tuhan. Dimana nurani kita tak lagi menuntut kita tapi jiwa kita bersua karena melakukan yang Tuhan kehendaki.
Dari ayat ini pula, kita dapat belajar betapa pentingnya jalan-jalan Tuhan itu.
Jalan Tuhan ialah jalan yang menuntun kita kepada apa yang benar, baik, adil, bijaksana, dan yang tepat berkenan di hadapan Tuhan. Jalan-jalan Tuhan tidak akan pernah membawa kita pada kejahatan. Justru jika kita tidak berjalan di jalan-Nya, tanpa benar-benar kita sadari, kita sedang melangkah di jalan kejahatan. Satu-satunya jalan kita tak lagi menyimpang pada hal-hal yang jahat, yang berdosa dan bersalah di mata Tuhan, ialah dengan mengenali dan melangkah di jalan-jalan-Nya.
Mengenali jalan-jalan Tuhan adalah panggilan kita. Jika kita tidak mengenalinya, dimana kita kabur atau buta akan jalan-jalanyNya, kita akan tersesat. Mungkin kita berpikir kita sedang melakukan apa yang baik dan benar. Tapi bisa jadi itu menurut pemikiran kita sendiri tapi tidak tepat di pemandangan Tuhan sehingga kita tanpa menyadari telah berbuat apa yang jahat di mata Tuhan. Banyak yang seperti ini hingga kini. Karena tidak mencari dan menyelami jalan-jalan Tuhan, hamba-hamba Tuhan pun melakukan apa yang dipandangnya baik dan benar menurut pendapat mereka sendiri. Padahal Tuhan belum tentu berkenan akan hal itu. Daud memindahkan tabut Tuhan dari tempatnya semula ke dekat istananya DENGAN CARANYA SENDIRI (2 Samuel 6). Semula berjalan baik-baik saja. Tapi ketika tabut yang dibawa kereta itu oleng dan hampir jatuh, dua orang yang mencoba menahannya mati seketika. Daud akhirnya sadar, ia melakukan sesuatu yang salah dan jahat di mata Tuhan. Ketika Tuhan tidak berkenan, akan ada pelajaran pahit dan mengguncang kita. Dan seharusnya kita menjadi peka untuk kemudian meneliti dan mencari lebih lagi jalan-jalan Tuhan.
Mengetahui jalan Tuhan itu sama dengan mengenal Dia secara pribadi. Jalan Tuhan adalah watak-Nya, sifat-Nya, pilihan kesukaan-kesukaan-Nya, cara berpikir dan bekerja-Nya, sudut pandang dan rasa di hati-Nya. Tidak cukup kita hanya tahu peraturan atau perintah-Nya. Kita harus mengenal Dia secara pribadi. Dari sanalah kita akan mengenal jalan-jalan-Nya. Dan kita pun dicegah dari melakukan apa yang jahat di hadapan-Nya.
Di dalam jalan Tuhan ada kebenaran, dan di dalam kebenaran ada keselamatan (Mazmur 25:5; 27:11b). Itu sebabnya Daud berdoa, "Beritahukanlah jalan-jalan-Mu kepadaku, ya TUHAN, tunjukkanlah itu kepadaku" (Mazmur 25:4; 27:11a).
Dalam jalan Tuhan ada kekudusan (Mazmur 77:3). Dan kekudusan adalah suasana sorga dimana kebahagiaan tertinggi ada (Wahyu 4:8). Mereka yang mengikutinya akan kudus dan hidup dalam kekudusan yang kemudian berbuahkan segala hal yang baik, yang menjadi berkat bagi semua orang (Galatia 5:22-23).
Hanya di dalam jalan-Nya, kita pasti sedang disertai dan diberkati-Nya. Sebab Ia pasti selalu ada di jalan-jalan-Nya. Bukan di jalan yang lain. Perkenan dan penyertaan Tuhan selalu tersedia jika kita bersedia berjalan bersama Tuhan di jalan-jalan yang ditunjukkan-Nya.
Tidak cukup hanya membaca dan menghafal firman-Nya. Kita harus mencari lebih jauh di balik perintah dan perkataan-Nya itu. Mencari maksud hati-Nya. Mengenal pribadi-Nya. Sehingga kita tahu apa yang benar-benar diinginkan-Nya, yaitu jalan yang harus kita tempuh.
Dijauhkanlah kiranya kita dari melakukan apa yang jahat. Dibawanyalah kiranya kita pada jalan-Nya yang penuh berkat dan kebahagiaan itu. Di dalam jalan yang ditunjukkan dan dipilihkan-Nya bagi kita, sukacita kita pasti mencapai puncaknya.
Inginkah Anda merasakan dan memperolehnya dalam hidup Anda?
Salam revival
Indonesia penuh kemuliaan Tuhan
PujiTuhan, Kalau boleh saya tambahkan, jalanNya Tuhan membawa dan memimpin kita sampai ke golgota,kuasa daging harus mati,kita perlu kuat kuasa Rohulkudus.. Amin
BalasHapus