KOMUNITAS PERSATUAN INTERDENOMINASI GEREJA YANG MEMPERJUANGKAN TERJADINYA KEBANGUNAN ROHANI

KARENA CINTA UNTUK RUMAH-MU….

Posted By passion for revival on Sabtu, 14 April 2018 | 9:00 AM



Oleh: Peter B, MA


Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka” uang penukar-penukar dihamburkan-Nya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya. Kepada pedagang-pedagang …Ia berkata: “Ambil semuanya ini dari sini, Jangan kamu membuat rumah BapaKu menjadi tempat berjualan. Maka teringatlah murid-muridNya, bahwa ada tertulis: ‘Cinta untuk rumahMu menghanguskan Aku.’ (Yohanes 2:15-17)
Mungkin banyak yang tidak mengetahui bahwa Yesus tidak hanya sekali menyucikan Bait Allah di Yerusalem. Menurut beberapa sumber yaitu buku-buku yang memperinci dan mengulas secara mendalam akan kehidupan Kristus dalam 4 Injil, ternyata semua penulis sepakat bahwa Yesus menyucikan Bait Allah dua kali. Pertama, Ia melakukannya di awal pelayananNya (ditulis setelah kisah Mujizat pertama Yesus di Kana, sebagaimana tercantum dalam Yohanes 2:13-22). Kedua kalinya, Yesus menyucikan Bait Allah di akhir masa pelayananNya yaitu beberapa hari sebelum Ia disalibkan (sebagaimana ditulis dalam Matius 21:12-13; Markus 11:15-17; dan Lukas 19:45-46). Apa maksud dari semua ini? Mengapa itu dilakukan 2 kali? Apa perbedaan di antara kedua tindakan yang pada dasarnya hampir sama tersebut? Untuk kali ini kita akan mempelajari tindakan penyucian yang pertama, yaitu yang dilakukan oleh Yesus pada masa awal pelayananNya (kisah lengkapnya dapat dibaca dalam Yohanes 2:13-22). Mari kita melihat lebih jauh lagi mengenai kisah ini. 
Saat itu adalah menjelang perayaan Paskah yang pertama. Seperti setiap tahunnya, segenap bangsa Yahudi berbondong-bondong berangkat untuk merayakan Paskah di ibukota mereka, Yerusalem. Tidak terkecuali dengan Yesus dan murid-muridnya. Dan suatu kejadian yang luar biasa siap terjadi di sana.
Yesus memasuki Bait Allah di Yerusalem dengan kerinduan untuk beribadah dan memuliakan Bapa. Tetapi yang dilihatnya sungguh-sungguh jauh dari apa yang diharapkanNya. Ia melihat Bait Allah riuh rendah -bukan hening dan dipenuhi suasana takut akan Allah dan tidak hanya itu, Bait itu telah penuh dengan orang-orang yang berjualan ternak, penukar uang ditambah sekian buruk banyak orang yang hilir mudik di sekitar para penjual tersebut. Situasinya dapat dikatakan lebih menyerupai pasar daripada tempat ibadah! Di sinilah hati Yesus tidak tertahankan lagi, Ia sungguh-sungguh tidak dapat membiarkan semuanya itu terjadi. 
Dengan cekatan Ia membuat cambuk dari tali dan mengusir semua orang yang berdagang di situ. Kata-katanya keras menggema di seluruh penjuru ruang Bait Suci, “Ambil semuanya, pergilah. Jangan membuat rumah BapaKu menjadi tempat berdagang.” Betapa tegas dan beraninya! Tetapi bukan hanya itu yang dapat kita pelajari dari kehidupan Kristus. Dari komentar dan pikiran para muridNyalah kita mendapatkan pelajaran yang berharga. Yohanes 2:17 memberitahukan kita bahwa para murid teringat akan satu nats dalam Perjanjian Lama saat melihat apa yang dilakukan oleh Tuhan: “Cinta untuk rumahMu menghanguskan aku” (lihat Mazmur 69:10). Ini pula lah yang akan menjadi topik renungan tentang penyembahan sejati kita pada edisi ini.
Sebagai Pribadi yang begitu dekat dengan Bapa, Yesus sangat mengasihi dan menghormati BapaNya. Melihat rumah BapaNya diperlakukan dengan tidak semestinya, ia tidak dapat menahan diri lagi. Ia bertindak dengan berani dan penuh semangat bagi kemuliaan BapaNya. Seakan-akan Ia dibakar habis oleh kecemburuan yang luar biasa, seperti Ia dihanguskan oleh cinta. Sebagai teladan bagi para penyembah sejati, Yesus menunjukkan suatu karakter yang sungguh membuat kita malu dan memeriksa keadaan rohani kita sendiri, benarkah kita telah menjadi penyembah seperti yang dicariNya?
Saudaraku, bagaimanakah dengan kita? Apakah yang kita rasakan saat kita melihat rumahNya (baca: gereja-Nya) tidak digunakan sebagai tempat untuk mencari keintiman dengan Dia melainkan dijadikan tempat untuk mencari keuntungan, bisnis dagang, atau malah pasar? Mungkin saja Anda menjawab, “Tapi aku belum pernah melihat gereja Tuhan dijadikan seperti itu?” Sungguhkan demikian. Dengan berat hati harus saya katakan bahwa jika gereja Tuhan saat ini telah sempurna dan berkenan di hadapan Bapa, maka kemuliaan Bapa juga akan bersinar terang dari sana bahkan menjangkau mereka yang diluar gereja sehingga terjadi apa yang disebut revival atau kebangunan rohani. Sebelum gereja benar-benar dikuduskan dan menyatakan kemuliaan Bapa, itu berarti masih ada perkara-perkara yang tidak berkenan di hadapan Tuhan yang harus dibereskan di dalamnya. Itu berarti hingga saat ini gereja masih berada dalam kondisi yang ternoda. Dan bagaimana pendapat Anda dengan orang-orang yang Anda sering ditemui di gereja Anda? Adakah mereka semua mencerminkan suatu kerinduan yang sungguh-sungguh akan Tuhan? Adakah mereka datang ke sana dengan semangat yang menyala untuk menyembah dan berbakti kepadaNya? Dan apakah yang sedang mereka cari di sana, perjumpaan pribadi untuk melihat wajah Tuhan ataukah tujuan-tujuan pribadi? Jika jawaban dari semua ini adalah jawaban-jawaban yang negatif, maka gereja masih dipenuhi oleh orang-orang yang lebih mengutamakan keuntungan dan kepentingannya sendiri daripada kemuliaan Tuhan. Kembali ke pertanyaan awal, jika kita mengetahui keadaan gereja kita sekarang dalam kodisi seperti itu, apakah yang kita rasakan dan apakah yang akan kita lakukan?
Seringkali, menjumpai kondisi yang bobrok atau keadaan rohani yang menyedihkan dalam gereja, banyak mereka yang mengaku pengikut Kristus bahkan sedikitpun tidak bersikap seperti Dia. Mereka tetap cuek bahkan terkadang malah hanyut dalam keriuhan dan keramaian gereja yang duniawi itu. Beberapa orang menganggap itu sebagai suatu hal yang wajar dan biasa. Yang lain menjadi kecewa dan meninggalkan gereja. Bagaimana dengan Anda dan saya? Seperti teladan yang diberikan oleh Kristus, seharusnya pertama-tama, kita akan merasakan suatu rasa marah yang kudus karena kemuliaan Bapa yang semestinya dinyatakan di dalam rumahNya hilang ditelan oleh kegiatan manusia yang tidak lagi mencari kemuliaanNya. Sebagai penyembah sejati yang senantiasa meninggikan Tuhan dalam hidup kita, seharusnya hati kita serasa tertusuk karena Bapa tidak dirindukan oleh mereka yang seharusnya datang dan berbakti di BaitNya itu. Seperti yang dikatakan oleh Daud, “Air mataku berlinang seperti aliran air, karena orang tidak berpegang pada Taurat-Mu” (Mazmur 119:136). Apa yang tidak meninggikan Bapa menyakitkan hati para penyembah sejati. Sebaliknya, apa saja yang membawa kemuliaan bagi namaNya, menjadi kesukaan terbesar bagi para penyembah sejati karena kerinduan dan hati mereka yang senantiasa merindukan nama Tuhan ditinggikan di atas segalanya.
Hal kedua, yang seharusnya menjadi reaksi para penyembah sejati adalah seperti apa dilakukan oleh Kristus sendiri: didorong oleh rasa marah yang kudus itu, Yesus bertindak dan memulihkan kebenaran di Bait BapaNya. Apakah kita harus mengambil cambuk dan mulai mengusir mereka yang kita pandang telah menyimpang dalam tujuan ibadahnya di gereja? Tentu saja tidak demikian. Tetapi ada sesuatu yang sama yang harus kita lakukan seperti apa yang telah Tuhan kita lakukan. Itu akan kita pelajari minggu depan. Amin.
(Diambil dari warta Worship Center edisi 5-- 8 Februari 2002)

 
 
   
 
   
Blog, Updated at: 9:00 AM

0 komentar:

Posting Komentar

Mohon TIDAK menggunakan kata-kata kotor atau kasar yang tidak memuliakan nama Tuhan. Terima kasih atas perhatiannya. Salam Revival!

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.