Oleh:
Peter B, MA
“Ia membuat cambuk dari
tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing
domba dan lembu mereka” uang penukar-penukar dihamburkan-Nya ke
tanah dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya. Kepada pedagang-pedagang
…Ia berkata: “Ambil semuanya ini dari sini, Jangan kamu membuat
rumah BapaKu menjadi tempat berjualan. Maka teringatlah
murid-muridNya, bahwa ada tertulis: ‘Cinta untuk rumahMu
menghanguskan Aku.’ (Yohanes 2:15-17)
Mungkin banyak yang tidak
mengetahui bahwa Yesus tidak hanya sekali menyucikan Bait Allah di
Yerusalem. Menurut beberapa sumber yaitu buku-buku yang memperinci
dan mengulas secara mendalam akan kehidupan Kristus dalam 4 Injil,
ternyata semua penulis sepakat bahwa Yesus menyucikan Bait Allah dua
kali. Pertama,
Ia melakukannya di awal pelayananNya (ditulis setelah kisah Mujizat
pertama Yesus di Kana, sebagaimana tercantum dalam Yohanes 2:13-22).
Kedua kalinya,
Yesus menyucikan Bait Allah di akhir masa pelayananNya yaitu beberapa
hari sebelum Ia disalibkan (sebagaimana ditulis dalam Matius
21:12-13; Markus 11:15-17; dan Lukas 19:45-46). Apa maksud dari semua
ini? Mengapa itu dilakukan 2 kali? Apa perbedaan di antara kedua
tindakan yang pada dasarnya hampir sama tersebut? Untuk kali ini kita
akan mempelajari tindakan penyucian yang pertama, yaitu yang
dilakukan oleh Yesus pada masa awal pelayananNya (kisah lengkapnya
dapat dibaca dalam Yohanes 2:13-22). Mari kita melihat lebih jauh
lagi mengenai kisah ini.
Saat itu adalah menjelang perayaan Paskah
yang pertama. Seperti setiap tahunnya, segenap bangsa Yahudi
berbondong-bondong berangkat untuk merayakan Paskah di ibukota
mereka, Yerusalem. Tidak terkecuali dengan Yesus dan murid-muridnya.
Dan suatu kejadian yang luar biasa siap terjadi di sana.
Yesus memasuki Bait Allah di Yerusalem dengan kerinduan untuk beribadah dan memuliakan Bapa. Tetapi yang dilihatnya sungguh-sungguh jauh dari apa yang diharapkanNya. Ia melihat Bait Allah riuh rendah -bukan hening dan dipenuhi suasana takut akan Allah dan tidak hanya itu, Bait itu telah penuh dengan orang-orang yang berjualan ternak, penukar uang ditambah sekian buruk banyak orang yang hilir mudik di sekitar para penjual tersebut. Situasinya dapat dikatakan lebih menyerupai pasar daripada tempat ibadah! Di sinilah hati Yesus tidak tertahankan lagi, Ia sungguh-sungguh tidak dapat membiarkan semuanya itu terjadi.
Dengan cekatan Ia membuat
cambuk dari tali dan mengusir semua orang yang berdagang di situ.
Kata-katanya keras menggema di seluruh penjuru ruang Bait Suci,
“Ambil semuanya, pergilah. Jangan membuat rumah BapaKu menjadi
tempat berdagang.” Betapa tegas dan beraninya! Tetapi bukan hanya
itu yang dapat kita pelajari dari kehidupan Kristus. Dari komentar
dan pikiran para muridNyalah kita mendapatkan pelajaran yang
berharga. Yohanes 2:17 memberitahukan kita bahwa para murid teringat
akan satu nats dalam Perjanjian Lama saat melihat apa yang dilakukan
oleh Tuhan: “Cinta
untuk rumahMu menghanguskan aku” (lihat
Mazmur 69:10). Ini pula lah yang akan menjadi topik renungan tentang
penyembahan sejati kita pada edisi ini.
Sebagai Pribadi yang begitu
dekat dengan Bapa, Yesus sangat mengasihi dan menghormati BapaNya.
Melihat rumah BapaNya diperlakukan dengan tidak semestinya, ia tidak
dapat menahan diri lagi. Ia bertindak dengan berani dan penuh
semangat bagi kemuliaan BapaNya. Seakan-akan Ia dibakar habis oleh
kecemburuan yang luar biasa, seperti Ia dihanguskan oleh cinta.
Sebagai teladan bagi para penyembah sejati, Yesus menunjukkan suatu
karakter yang sungguh membuat kita malu dan memeriksa keadaan rohani
kita sendiri, benarkah kita telah menjadi penyembah seperti yang
dicariNya?
Saudaraku, bagaimanakah dengan
kita? Apakah yang kita rasakan saat kita melihat rumahNya (baca:
gereja-Nya) tidak digunakan sebagai tempat untuk mencari keintiman
dengan Dia melainkan dijadikan tempat untuk mencari keuntungan,
bisnis dagang, atau malah pasar? Mungkin saja Anda menjawab, “Tapi
aku belum pernah melihat gereja Tuhan dijadikan seperti itu?”
Sungguhkan demikian. Dengan berat hati harus saya katakan bahwa jika
gereja Tuhan saat ini telah sempurna dan berkenan di hadapan Bapa,
maka kemuliaan Bapa juga akan bersinar terang dari sana bahkan
menjangkau mereka yang diluar gereja sehingga terjadi apa yang
disebut revival
atau kebangunan rohani. Sebelum gereja benar-benar dikuduskan dan
menyatakan kemuliaan Bapa, itu berarti masih ada perkara-perkara yang
tidak berkenan di hadapan Tuhan yang harus dibereskan di dalamnya.
Itu berarti hingga saat ini gereja masih berada dalam kondisi yang
ternoda. Dan bagaimana pendapat Anda dengan orang-orang yang Anda
sering ditemui di gereja Anda? Adakah mereka semua mencerminkan suatu
kerinduan yang sungguh-sungguh akan Tuhan? Adakah mereka datang ke
sana dengan semangat yang menyala untuk menyembah dan berbakti
kepadaNya? Dan apakah yang sedang mereka cari di sana, perjumpaan
pribadi untuk melihat wajah Tuhan ataukah tujuan-tujuan pribadi? Jika
jawaban dari semua ini adalah jawaban-jawaban yang negatif, maka
gereja masih dipenuhi oleh orang-orang yang lebih mengutamakan
keuntungan dan kepentingannya sendiri daripada kemuliaan Tuhan.
Kembali ke pertanyaan awal, jika kita mengetahui keadaan gereja kita
sekarang dalam kodisi seperti itu, apakah yang kita rasakan dan
apakah yang akan kita lakukan?
Seringkali, menjumpai kondisi
yang bobrok atau keadaan rohani yang menyedihkan dalam gereja, banyak
mereka yang mengaku pengikut Kristus bahkan sedikitpun tidak bersikap
seperti Dia. Mereka tetap cuek bahkan terkadang malah hanyut dalam
keriuhan dan keramaian gereja yang duniawi itu. Beberapa orang
menganggap itu sebagai suatu hal yang wajar dan biasa. Yang lain
menjadi kecewa dan meninggalkan gereja. Bagaimana dengan Anda dan
saya? Seperti teladan yang diberikan oleh Kristus, seharusnya
pertama-tama, kita akan merasakan suatu rasa marah yang kudus karena
kemuliaan Bapa yang semestinya dinyatakan di dalam rumahNya hilang
ditelan oleh kegiatan manusia yang tidak lagi mencari kemuliaanNya.
Sebagai penyembah sejati yang senantiasa meninggikan Tuhan dalam
hidup kita, seharusnya hati kita serasa tertusuk karena Bapa tidak
dirindukan oleh mereka yang seharusnya datang dan berbakti di BaitNya
itu. Seperti yang dikatakan oleh Daud, “Air
mataku berlinang seperti aliran air, karena orang tidak berpegang
pada Taurat-Mu” (Mazmur 119:136). Apa
yang tidak meninggikan Bapa menyakitkan hati para penyembah sejati.
Sebaliknya, apa saja yang membawa kemuliaan bagi namaNya, menjadi
kesukaan terbesar bagi para penyembah sejati karena kerinduan dan
hati mereka yang senantiasa merindukan nama Tuhan ditinggikan di atas
segalanya.
Hal kedua, yang seharusnya
menjadi reaksi para penyembah sejati adalah seperti apa dilakukan
oleh Kristus sendiri: didorong oleh rasa marah yang kudus itu, Yesus
bertindak dan memulihkan kebenaran di Bait BapaNya. Apakah kita harus
mengambil cambuk dan mulai mengusir mereka yang kita pandang telah
menyimpang dalam tujuan ibadahnya di gereja? Tentu saja tidak
demikian. Tetapi ada sesuatu yang sama yang harus kita lakukan
seperti apa yang telah Tuhan kita lakukan. Itu akan kita pelajari
minggu depan. Amin.
(Diambil dari warta Worship
Center edisi 5-- 8 Februari 2002)
0 komentar:
Posting Komentar
Mohon TIDAK menggunakan kata-kata kotor atau kasar yang tidak memuliakan nama Tuhan. Terima kasih atas perhatiannya. Salam Revival!
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.