KOMUNITAS PERSATUAN INTERDENOMINASI GEREJA YANG MEMPERJUANGKAN TERJADINYA KEBANGUNAN ROHANI

BERGERAK MELAYANI SESUAI PIMPINAN KEHENDAK-NYA

Posted By passion for revival on Jumat, 09 Februari 2018 | 11:00 AM

Oleh: Peter B, MA



Nats : Yohanes 5:1-13
Bethesda artinya rumah belas kasihan atau House of mercy. Sebenarnya Bethesda adalah kolam di Yerusalem yang dipercaya pada waktu itu mampu mendatangkan kesembuhan secara mujizat. Apabila airnya bergoncang, yang diyakini dibuat demikian oleh malaikat, maka orang yang menceburkan diri ke sana air kolam itu bergolak akan sembuh dari segala penyakitnya.
Hari itu Yesus menuju ke sana. Dari nats yang kita baca, Yesus melewati kolam itu lalu menghampiri seorang yang sudah sakit 38 tahun lamanya. Terbaring tak berdaya, Yesus menawarkan kesembuhan kepadanya. Dan seperti banyak orang lainnya, orang ini menaruh harapannya kepada kolam keramat itu. Dia berkata bahwa dirinya sukar memperoleh kesembuhan sebab ketika air mulai bergoncang ia selalu ketinggalan dan didahului orang lain yang lebih cepat menceburkan diri ke kolam tersebut.
Tanpa banyak berkata-kata lagi, Yesus memerintahkannya untuk bangun dari tidurnya dan mengangkat tilamnya. Seketika mujizat terjadi. Orang yang tidak disebutkan namanya itu tiba-tiba merasa sembuh sehingga ia bangkit dari tidurnya berjalan pergi sambil mengangkat tempat pembaringannya itu.
Berbeda dengan bagian lain dalam Injil, dalam kisah Bethesda ini, tidak disebutkan sedikitpun bahwa orang yang disembuhkan Yesus secara mukjizat ini memiliki iman yang besar atau teguh pada Yesus. Ia sembuh, itu saja. Dan di sinilah bagian ini menjadi menarik untuk kita selami.
Pertanyaan yang menggelitik pikiran saya adalah mengapa di antara ratusan atau mungkin ribuan orang sakit yang membutuhkan kesembuhan, hanya satu orang ini yang dijamah dan disembuhkan Tuhan? Tidakkah semuanya membutuhkan pemulihan, kelepasan dan kesembuhan dari penderitaan mereka? Mengapa Tuhan hanya mempedulikan satu orang ini dan seolah-olah tidak peduli kepada lebih banyak orang yang ada di sana? Mengapa Ia, yang sebenarnya sanggup melakukan apapun juga dan yang mustahil sekalipun, tidak serta merta menyembuhkan semuanya?
Pada wilayah ini, kita tidak pernah tahu jawabannya. Itu merupakan misteri Ilahi. Yang mungkin saja baru kita akan pahami setelah kita melihat arsip-arsip Surga dan berbincang dengan Tuhan sendiri. Namun ada pelajaran yang masih dapat kita tarik dari kesembuhan satu orang di kolam Bethesda ini.
Pertama. Belas kasihan Tuhan itu besar, begitu pula kuasa-Nya, namun Ia menggunakannya HANYA SETURUT hikmat, kehendak dan rencana-Nya yang terbaik sebagaimana yang ada di dalam pikiran-Nya yang sempurna.
Meskipun Ia menaruh kasih kepada semua yang sakit dan menderita di dunia ini dan Ia mampu menyembuhkan mereka semua, tidak selalu Ia akan melakukannya, meskipun Ia pasti akan menguatkan siapapun yang berseri-seri kepada-Nya.
Tuhan bukan Jin Aladin, yang ketika kita meminta sesuatu padanya, apapun keinginan kita akan dikabulkan begitu saja. Ia tidak begitu saja memenuhi apapun permintaan kita. Kita boleh mengharapkan mujizat diberikan kepada kita namun kita tidak dapat memaksakan hal itu pada Tuhan. Ia mengadakan mujizat sekehendak hati-Nya sendiri, sesuai dengan yang dirancangkan-Nya dalam hidup masing-masing orang.
Tuhan juga bukan mesin yang akan selalu menghasilkan apa yang kita inginkan ketika kita menjalankan atau memberikan perintah kepadanya. Dalam kedaulatan-Nya, Ia tidak akan membiarkan diri-Nya diperintah dan dikendalikan oleh siapapun. Dan dalam kemahatahuan-Nya, Ia pasti tahu segala sesuatu yang terjadi dan tiap-tiap tindakannya sudah pasti merupakan keputusan terbaik bagi seluruh alam semesta. Dalam hikmat-Nya, Ia tidak akan pernah salah, sehingga nantinya terbutki bersikap tidak adil atau berat sebelah terhadap apapun terjadi, baik maupun buruk, di jagad raya ini. Akan semua hal ini, kita tidak perlu dan tidak layak meragukannya.
Tuhan mempunyai maksud saat Ia mengadakan mujizat. Namun Ia juga memiliki maksud saat Ia memilih tidak melakukan apapun mujizat sebagaimana yang kita harapkan. Tidak semua masalah penderitaan di dunia ini, YANG KEBANYAKAN HASIL DARI KEKELIRUAN DAN PENYIMPANGAN MANUSIA SENDIRI YANG BERKERAS DALAM DOSA, akan diselesaikan dan dihilangkan begitu saja dengan mendesak Tuhan melakukan tindakan ajaib terhadap itu semua.
Bagian kita adalah mencari tahu dan bertanya mengapa Ia tidak mengadakan mukjizat bagi kita (2 Kor.12:7-10). Yakinlah bahwa Dia yang berjanji bahwa jika kita mencari Dia dengan segenap hati maka kita akan menemukan Dia, akan memberikan jawaban atau hikmat -Nya bagi kita yang sedang mengalami penderitaan atau ujian dalam hidup (Yer. 29:12-14a; Yak.1:2-5).
Kedua. Lebih dari sekedar berhasrat menolong orang lain dan menyalurkan kuasa Tuhan apalagi melalui berbagai peragaan mukjizat bagai festival pertunjukan kuasa yang tiada habisnya, setiap pelayan Tuhan perlu selalu dipimpin Roh Kudus supaya dapat melayani makin hari makin bergerak tepat sesuai kehendak Bapa di surga.
Sebagai murid-murid Yesus, kita seharusnya belajar melayani seperti Yesus. Dipenuhi dengan belas kasihan dan kuasa Allah, Yesus hanya bergerak dan melayani sesuai pimpinan dan kehendak Bapa-Nya semata. Yesus tahu, Ia dipanggil dan menjalani hidup sebagai seorang hamba bukan untuk menyelesaikan semua masalah di dunia atau memperagakan kehebatan Allah dimana-mana namun semata-mata hanya untuk melakukan kehendak Bapa yang mengutus-Nya.
Belas kasihan kita atau keyakinan kita akan kuasa supranatural yang Tuhan berikan kepada kita sebagai hamba-hamba -Nya tidak boleh melampaui batas-batas tugas yang dikehendaki Allah untuk kita kerjakan.
Tanda bahwa kita adalah hamba Tuhan, nyata dari kejelasan pengetahuan kita akan kehendak Tuhan lalu melaksanakan perintah kehendak-Nya itu dalam sikap tunduk taat sepenuhnya kepada Dia. Bukan dari banyak dan besarnya pelayanan yang kita lakukan. Itu sebabnya, Filipus setelah mengadakan kampanye penginjilan satu kota besar yaitu Samaria, dalam sekejap diutus menginjili satu orang (saja) sida-sida Ethiopia (Kisah. 8:4-12, 26-39). Yang melalui catatan ini, Tuhan hendak menunjukkan bahwa entah pelayanan itu berskala besar atau kecil, melayani satu kota atau satu orang saja, nilainya sama di mata Tuhan dan yang benar-benar rela mengerjakannya dalam segala kerelaan dan kesungguhan tanpa pilih-pilih di hadapan Tuhan adalah hamba-hamba-Nya yang sejati.
Jika kita mengaku melayani Tuhan namun kita bergerak atas dasar emosi, keinginan, kehendak, rencana serta tujuan-tujuan yang lahir dari pikiran kita sendiri, meski kita akui sebagai kehendak Tuhan, kita sesungguhnya bukan melayani Tuhan tetapi menggunakan Tuhan sebagai alasan bagi acara dan program-program kita sendiri kita yang sebenarnya didasari motif serta tujuan pribadi yang seringkali mementingkan dan menonjolkan diri.
Akhir kata, kita dipanggil untuk sedapat-dapatnya senantiasa bergerak dalam pimpinan hikmat dan kehendak Tuhan. Juga untuk memahami jalan-jalan Tuhan sehingga kita dapat melayani dan menjadi berkat bagi dunia tepat sesuai dengan kehendak-Nya supaya Ia berkenan dan kitapun diakui-Nya sebagai hamba-hamba sejati-Nya.
Biarlah belas kasihan memenuhi hati kita dan biarlah iman kita teguh meyakini kuasa -Nya yang tak terbatas itu. Namun lebih dari semua, kita harus memahami bagaimana cara Tuhan bekerja di dunia ini sehingga kita selaras, selangkah dan seirama dengan Dia sebagai yang empunya pekerjaan di muka bumi ini. Hanya dengan cara itu kegerakan dan rencana-Nya dapat digenapi sampai kesudahannya.
Salam Revival
Indonesia penuh kemuliaan Tuhan.

 
 
   
 
   
Blog, Updated at: 11:00 AM

0 komentar:

Posting Komentar

Mohon TIDAK menggunakan kata-kata kotor atau kasar yang tidak memuliakan nama Tuhan. Terima kasih atas perhatiannya. Salam Revival!

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.