KOMUNITAS PERSATUAN INTERDENOMINASI GEREJA YANG MEMPERJUANGKAN TERJADINYA KEBANGUNAN ROHANI

APAKAH KITA SEDANG MENCARI KEHENDAK TUHAN BAGI INDONESIA (DALAM KASUS AHOK)?

Posted By passion for revival on Selasa, 22 November 2016 | 10:42 AM

Oleh Bapak Peter B. K.


Sejak menyampaikan pesan di facebook dan media sosial lainnya agar Ahok sebaiknya mundur dalam pencalonan gubernur DKI Jakarta, saya melihat begitu banyak respon dan sikap dari penggiat media sosial dan warga dunia maya

Ada yang menginginkan Ahok terus maju (tak gentar) pantang mundur.

Ada yang berharap, oleh karena terzolimi, Ahok bisa menang satu putaran.

Ada yang kuatir kalau Ahok mundur keadaan Indonesia semakin dikuasai koruptor dan orang² jahat lainnya.

Ada yang siap mengadakan bentrokan bahkan pertumpahan darah dengan sesama saudara² sebangsa dan setanah air.

Tapi di sisi lain ada yang sama sekali tampaknya tidak peduli. Tidak

Mengetahui ada pesan agar Ahok mundur (apalagi disertai pernyataan bahwa ini disampaikan atas nama suara Tuhan), reaksi pun beragam. Ada yang masih memikirkan dan merenungkan. Ada yang wait and see. Ada juga yang menerima meskipun masih terasa kurang rela.

Namun yang menarik perhatian saya dan membuat saya memikirkan lebih jauh adalah adanya orang² yang menghujat saya, yang menyerang dengan kata² kasar dan merendahkan, yang menertawakan usulan atau pandangan saya ini, yang intinya mem-bully saya oleh karena pandangan saya ini.

Sikap yang keras pada saya ditunjukkan dengan pernyataan² semacam saya "jualan agama", "setan yang mengatasnamakan Tuhan", "penakut tapi mengaku beriman", saya "meragukan kuasa Tuhan", dan "Tuhan mana yang sudah bicara pada kami"yang semuanya sebenarnya tuduhan (yang adalah sikap menghakimi) bahwa saya menggunakan nama Tuhan untuk menutupi ketakutan, kepanikan dan kekuatiran saya akan situasi politik sekarang ini.

Terus terang saya sangat menyesalkan sikap² semacam ini.

Tapi melalui ini setidaknya saya semakin mengetahui motif berbagai pihak dalam mendukung Ahok untuk terus maju sebagai gubernur DKI.

Beberapa hal yang saya temukan antara lain:

1) Kebanyakan orang membaca hanya sekilas pesan² yang saya dan rekan² saya sampaikan. Tidak mendalaminya. Tidak merenungkannya lebih lagi. Apalagi mendoakannya di hadirat Tuhan. "Pokoknya inti pesannya itu "mundur"maka jelas itu keliru karena banyak yang mendukung untuk maju. Harus di bully beramai-ramai orang seperti ini"
Bagi saya inilah pendukung² buta yang sangat berbahaya. Sama fanatik dan merusaknya dengan massa yang tidak tahu permasalahn namun ikut demo, turut merangsek, dan bersama-sama mengacungkan tangan dan berteriak menghujat orang yang dibencinya.

2) Selagi menuduh saya memanfaatkan agama dan menyalahgunakan nama Tuhan, sebagian mengklaim dirinya sebagai orang² pemberani, penuh iman, sangat yakin akan kekuasaan Tuhan dan sederet sebutan lainnya yang menunjukkan bahwa Tuhan pasti menolong dan mengadakan mujizat bagi Ahok, orang pilihan-Nya. 
Saya jadi ingin bertanya, apakah itu tidak termasuk sebagai memanfaatkan Tuhan demi memenuhi keinginan mereka yaitu melihat pemimpin idaman mereka menduduki jabatannya?

3) Ada suatu kekacauan ukuran atau standard misalnya semacam bahwa "maju tanda menang atau mundur pasti kalah" atau "tidak maju atau tidak menyarankan maju berarti penakut dan yang menyarankan manu pasti pemberani dan beriman" atau "kalau tidak sekarang, kapan lagi karena tidak ada waktu lagi" atau "lebih baik adu kekuatan saja dsripada menjadi pengecut dan lari meninggalkan pertempuran"
Semuanya menunjukkan betapa banyaknya yang berpikir naif namun merasa telah tepat menilai dengan benar. Pandangan serta sikap yang picik semacam itu justru menunjukkan kondisis kebodohan dan kesombongan yang menyatu menjadi kebebalan.


MEMANFAATKAN TUHAN ATAU MENGIKUTI KEHENDAK-NYA? 
 
Yesus bukannya tidak percaya Allah Bapa tidak sanggup memakai cara yang lain untuk menebus umat manusia. Dengan satu kata saja, Dia sanggup memindahkan manusia ke sorga saat ini juga. Tetapi penebusan manusia bukan berbicara mengenai kesanggupan atau kemahakuasaan Tuhan melainkan cara yang dipilih-Nya untuk merebut jiwa² manusia dari kuasa kegelapan. Cara yang dipilih-Nya adalah menyalibkan Anak-Nya. Dan, siapakah yang senang dengan salib? Itu cara yang bodoh dan sangat menyakitkan. "Jika Allah sanggup menggunakan cara yang mudah mengapa harus cara yang berat?" Bukankah begitu pikiran manusia kita yang bodoh namun sok pintar ini.

Tetapi cara itu pula yang ditetapkan-Nya bagi kita untuk mengikut Dia, "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.

Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya" (Matius 16:24-25).

Itu tidak berarti kita akan mati disalibkan seperti Yesus tetapi jika kita mau mengikut Tuhan itu serupa dengan memikul salib sepanjang via dolorosa (jalan kesengsaraan). Yaitu melalui suatu cara yang berat secara daging, secara manusia duniawi kita, yang smaa sekali tidak menyenangkan bahkan memalukan harga diri kita. Sesuatu yang sama sekali jauh dari apa yang dipikirkan pada umumnya.

Yang banyak kali saya tangkap dari berbagai respon, khususnya mereka yang beriman Kristen atau Katholik, ialah kecenderungan yang kuat untuk memilih jalan sendiri dengan menarik Tuhan menyertai dirinya lalu menyuruh Tuhan membuka jalan (keberhasilan) akan setiap tujuan dan keinginannya itu.

Sukar menemukan yang namanya mencari salib Tuhan lalu memikulnya sambil dengan taat mengikuti Tuhan dari belakang kemanapun Dia pergi.

Bagi saya itu adalah iman yang buta. Yang mengklaim berkat dan kesuksesan duniawi bagi dirinya dengan mengatasnamakan bahwa itu adalah janji Tuhan di Alkitab. Jika memang itu benar, hari ini pasti bumi menjadi tempat yang super ajaib karena anak² Tuhan atas dasar itu mengubah makanan sedikit menjadi cukup untuk setahun, mengirim api dari langit atau menghentikan bencana badai, gempa atau letusan gunung berapi. Tidak ada yang sakit atau cacat karena mujizat terjadi setiap jam. Faktanya tidak pernah demikian.

Mujizat Tuhan diberikan sesuai belas kasihan-Nya saat melihat iman kita. Ada yang buta langsung melihat. Ada yang melihat samar² lalu semakin jelas. Ada yang ditumpangi tangan. Ada yang langsung terbuka matanya setelah mendengar perkataan Yesus. Ada yang diolesi dengan tanah liat baru melihat. Tetapi masih ada banyak lagi yang buta dan tak tersembuhkan di zaman Yesus ada.

Sesuai catatan Alkitab, kita akan ditolong-Nya sesuai dengan cara yang dipilih-Nya. Bukan menuruti keinginan dan cara kita. Saat kita memilih cara kita sendiri maka perkenan-Nya tak lagi ada atas kita. Di situlah mujizat sukar terjadi.

Daniel ditolong Tuhan pertama-tama saat ia taat mengikuti perintah Nabi Yeremia supaya menyerahkan diri ditawan pasukan Babel dan dibawa ke Babel. Dia juga ditolong BUKAN dengan musuh²nya mati mendadak, bukan karena intrik dan permainan politiknya atau dengan belas kasihan raja. Daniel ditolong DI SAAT ia dihukum masuk gua singa. Jelas sekali Daniel tidak dapat memilih cara ia ditolong Tuhan. Ia hanya ikut saja pimpinan Tuhan dan percaya. 

Banyak yang ingin Ahok diselamatkan secara ajaib seperti Daniel. Tetapi apakah itu yang dipilih Tuhan sebagai cara menyelamatkan Ahok? Sedangkan Daniel saja tidak pernah meminta Tuhan menyelamatkannya secara ajaib?

Yesus berdoa, "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki."

Keinginan hati Yesus sebagai manusia ialah supaya penyaliban, sekiranya mungkin, tidak menjadi cara yang Bapa pilih dan pakai demi keselamatan manusia. Tapi walaupun hatinya sebagai manusia menginginkan itu, Dia tahu hidup-Nya ialah untuk melakukan kehendak Bapa-Nya, apapun itu yang diputuskan dan yang ditetapkan-Nya.

Jika kita ingin berhubungan dan berjalan bersama Tuhan, penting bagi kita tahu kehendak-Nya. Sebab segala keputusan atas dunia ini ada dalam kedaulatan-Nya. Dia yang berkuasa atas segala sesuatu, tahu segala sesuatu dan bekerja atas segala sesuatu. Kita domba, Dia Gembala kita. Kita umat, Dia Raja kita. Kita ciptaan, Dia Pencipta dan Tuhan kita. Dia tahu yang terbaik bagi kita. Itu sebabnya Sadrakh, Mesakh dan Abednego, dalam imannya yang teguh, berkata, "Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi SEANDAINYA TIDAK, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu"(Daniel 3:17-18).
Ya, Tuhan sanggup mengadakan mujizat atas Sadrakh dkk tapi mereka tidak memaksakan dirinya dan imannya dengan mengatur Allah pasti melakukan ini dan itu bagi mereka. Mereka hidup untuk taat melakukan kehendak Allah. Bukan sebaliknya, Allah yang harus taat pada kehendak mereka.
Di dalam melakukan kehendak-Nya ada berkat dan penyertaan-Nya. Di luar itu, kita yang akan menanggung akibat² pilihan kita yang keliru. Hal itu pasti akan sangat menyakitkan dan penuh kesedihan, meskipun Dia masih akan menolong kita saat kita bertobat dan mencari kasih karunia-Nya.

Jadi, tinggalkanlah segala perdebatan, hinaan, cacian dan sikap membully.

Mari kita berdoa dan merenung bersama.

Mencari kehendak Tuhan atas kondisi bangsa kita tercinta ini.

Lalu sebaiknya kita menyelami isi hati-Nya.

Barulah dari sana kita semua akan menjadi lebih jelas bagaimana seharusnya kita (dan juga Ahok) mengambil sikap atas situasi sekarang ini.

#carikehendaktuhan
 
 
   
 
   
Blog, Updated at: 10:42 AM

0 komentar:

Posting Komentar

Mohon TIDAK menggunakan kata-kata kotor atau kasar yang tidak memuliakan nama Tuhan. Terima kasih atas perhatiannya. Salam Revival!

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.