KOMUNITAS PERSATUAN INTERDENOMINASI GEREJA YANG MEMPERJUANGKAN TERJADINYA KEBANGUNAN ROHANI

KEBINGUNGAN TOKOH-TOKOH AGAMA YAHUDI

Posted By passion for revival on Sabtu, 03 Februari 2018 | 6:00 AM


Oleh: Peter B, MA





Nats:
Lalu mereka menjawab Yesus: "Kami tidak tahu." Dan Yesus pun berkata kepada mereka: "Jika demikian, Aku juga tidak mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu."
~ Matius 21:27


Percakapan antara Yesus dan tokoh-tokoh agama Yahudi selalu menarik untuk diamati. Di dalamnya kita dapat melihat dan merasakan betapa dahsyatnya hikmat Tuhan itu. Kenyataannya, Yesus tidak pernah tidak mampu meladeni pertanyaan (yang sebenarnya lebih tepat disebut serangan) dari orang-orang Farisi, ahli-ahli taurat, tua tua Yahudi bahkan imam kepala sekalipun.

Tidak terkecuali yang satu ini.
Dalam kisah yang dicatat dalam Matius 21: 23-27, Yesus didatangi oleh imam kepala dan tua-tua Yahudi yang kemudian bertanya kepada Yesus, “Dengan kuasa manakah, Engkau melakukan hal-hal ini? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepadamu?”

Singkat kata, Yesus tidak mau menjawab secara langsung pertanyaan mereka. Ia menjawab mereka dengan balik bertanya mengenai Yohanes Pembaptis. Dengan pertanyaan yang hampir sama dengan yang mereka ajukan pada Yesus, yaitu menurut mereka, dari manakah baptisan Yohanes itu? Dari sorga atau dari manusia?
Tokoh-tokoh agama itu kemudian berpikir keras. Injil mencatat bahwa sebenarnya mereka kebingungan untuk menjawabnya. Dan akhirnya mereka pun memberikan jawaban bahwa mereka tidak tahu dengan kuasa mana Yohanes Pembaptis.

Yang menarik saat membaca perikop ini adalah ditulisnya dengan sangat jelas apa saja yang dipikirkan dan dibicaraksn di antara tokoh-tokoh agama Yahudi itu. Meskipun begitu, maksud dari kisah ini, sangat jarang ini diulas dan disampaikan kepada jemaat.

Pertanyaan Yesus sebenarnya dapat dijawab dengan mudah. Namun mereka kesulitan menjawabnya bahkan memilih untuk menjawab dengan jawaban yang tidak jelas, “Kami tidak tahu”. Suatu jawaban yang mengambang, yang menunjukkan karakter mereka. Mereka tidak pernah sampai pada kebenaran sejati dan tetap tinggal dalam ketidakjelasan serta kebingungan apakah Yesus merupakan utusan Allah dan ajaran-ajaran-Nya merupakan kebenaran.

Hal semacam ini masih sangat umum terjadi di dunia Kristen. Dimana orang-orang percaya tetap kesulitan membedakan mana ajaran yang dari Tuhan dan mana yang bukan. Juga mana hamba-hamba sejati yang diutus Tuhan dan mana yang palsu. Kerap kali apapun yang tampaknya rohani dan khususnya menyenangkan hati pendengar atau pembacanya langsung diterima sebagai sesuatu pesan dari sorga. Namun pesan-pesan yang terasa menusuk dan menempelak jiwa, diterima dengan rasa ragu-ragu bahkan kemudian dipertanyakan kebenarannya.

Adalah suatu fakta jika, masih sangat banyak jemaat yang tidak mampu membedakan mana pelayanan yang sejati atau prinsip ajaran Kristus dengan pelayanan dan pengajaran populer yang sepertinya mengagungkan Tuhan dan karya-Nya namun dalam prakteknya tidak membawa kepada pengenalan dan penyerahan diri secara total kepada Tuhan.

Jika kita rindu untuk mengenal dan hidup dalam kebenaran yang sesungguhnya dan menjadi pengikut Kristus yang setia, kita harus memastikan jalan yang kita tempuh adalah jalan yang benar, bukan yang sesat.
Janganlah kita seperti tokoh-tokoh agama Yahudi itu. Yang bukan saja tidak pernah mengenal kebenaran, namun pada akhirnya mereka bahkan menjadi orang-orang yang menyalibkan Yesus secara keji, dengan fitnah dan tuduhan palsu.

Mereka menjadi demikian jahat oleh sebab sikap hati mereka yang keliru. Jika kita tidak ingin mengikuti jejak mereka, sudah seharusnya kita membuang jauh-jauh sikap-sikap dalam hati yang seperti berikut ini :

1) Terus memegang erat kebenaran versi diri kita sendiri ketimbang mengakui dan mempercayai kebenaran firman yang murni yang telah berbicara di dalam hati

Tokoh-tokoh agama Yahudi kesulitan menjawab pertanyaan Yesus, sebab mereka sejak semula berpikir bahwa Yesus maupun Yohanes Pembaptis bukan merupakan hamba hamba sejati utusan Allah maupun ajaran-ajaran mereka merupakan penyesatan dari hukum-hukum agama Yahudi.

Itu sebabnya mereka takut menjawab bahwa baptisan Yohanes berasal dari sorga, sebab jika mereka mengatakan demikian, mereka seharusnya percaya kepada Yohanes, padahal kenyataannya tidak.

Dari manakah baptisan Yohanes? Dari sorga atau dari manusia?" Mereka memperbincangkannya di antara mereka, dan berkata: "Jikalau kita katakan: Dari sorga, Ia akan berkata kepada kita: Kalau begitu, mengapakah kamu tidak percaya kepadanya?
~ Matius 21:25

Sesungguhnya pesan yang disampaikan Yohanes atau Yesus telah berbicara demikian kuat di hati mereka bahwa itu merupakan pesan-pesan dari Allah sendiri. Tetapi karena itu tidak sesuai dengan apa yang mereka anggap benar, maka mereka menolaknya. Mereka lebih percaya kepada pandangan dari pengetahuan rohani mereka sendiri daripada membuka hati untuk belajar dari Yesus.

Demikian pula sebenarnya dengan kita pada masa sekarang ini, Roh Kudus telah banyak kali berbicara di dalam hati setiap orang tentang kebenaran firmanNya. Namun banyak diantara manusia bahkan di antara anak-anak Tuhan sendiri yang memandang bahwa pikiran serta pendapatnya sendiri (yang sangat mungkin hanya memiliki sedikit sekali dasar kebenaran) sebagai suatu kebenaran, yang akan terus dipegangnya sebagai prinsip dan pedoman hidupnya. Yang dengan demikian, sadar maupun tidak, telah mengabaikan kebenaran sejati yang berbicara di hati mereka. Dengan sikap hati seperti ini mustahil seseorang akan benar-benar mengenal dan hidup di dalam kebenaran yang Tuhan kehendaki.

Kemandirian dan kehendak bebas kita bisa menjadi sangat berbahaya ketika itu cenderung diarahkan untuk mengikuti jalan pikiran dan kemauan kita sendiri daripada diserahkan untuk mengenal Tuhan dan hidup dalam kehendak-Nya


2) Terus menerus menipu atau membohongi diri dan tidak memilih untuk belajar jujur dan terbuka di hadapan Tuhan

Imam kepala dan tua-tua Yahudi menolak untuk memeriksa dan mengoreksi diri mereka. Mereka merasa diri mereka telah berada di jalur yang benar sehingga ketika firman pengajaran Yesus menegur dan mengguncang jiwa mereka, mereka mengeraskan hati sambil terus berkata bahwa mereka sudah benar dan baik-baik saja dalam hubungan mereka dengan Tuhan.

Mereka sebenarnya tahu bahwa Yesus menyampaikan pesan-pesan yang berasal dari Allah sendiri, tetapi mereka tidak mau mengakuinya. Kesombongan mereka telah menutup batin mereka, membuat mereka terus mengatakan kepada diri mereka sendiri bahwa diri merekalah yang paling benar dan Yesus merupakan guru yang sesat dan nabi palsu.

Untuk dapat mengenali kebenaran sejati, kita harus jujur kepada diri kita sendiri maupun di hadapan Tuhan. Ketika firman-Nya dan Roh-Nya berbicara kepada kita akan keadaan manusia rohani kita, kita semestinya mengambil posisi seperti Daud, yang senantiasa berseru kepada Tuhan:

Selidikilah aku, ya Allah, dan kenAllah hatiku, ujilah aku dan kenAllah pikiran-pikiranku;
lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!
~ Mazmur 139:23-24

Dengan sikap hati demikian, kita menyediakan diri untuk belajar akan jalan-jalan kebenaran Tuhan lalu hidup di dalamnya.
Tetapi jika kita melakukan sebaliknya, kita akan selalu tetap tinggal di dalam jalan kebohongan, dengan setiap hari hidup dari dusta demi dusta yang kita sampaikan kepada diri kita sendiri, yang sesungguhnya pada akhirnya membawa kita kepada kesesatan dan kebinasaan hidup.


3) Mempertanyakan dan menyelidiki firman Tuhan untuk mencari-cari kelemahan, kekurangan,kesalahan atau hendak menyiasatinya daripada menyelidiki dan menanyakan jalan-jalan Tuhan karena rindu untuk mengenal dan mencintai kebenaran

Seperti halnya orang-orang Farisi dan ahli-ahli taurat, tua-tua Yahudi ini mendatangi Yesus dalam suatu roh kritik yang jahat untuk menyerang dan menjatuhkan Yesus. Walaupun tampaknya mereka hendak menjadi penjaga agama Yahudi dan menguji Yesus sebagai figur pemimpin rohani yang sangat populer pada waktu itu, namun sebenarnya mereka datang dengan semangat yang salah dan roh yang keliru. Mereka datang bukan sebagai orang-orang yang hendak belajar dari Yesus tetapi justru bertujuan menghakimi dan mencari-cari kelemahan-Nya untuk membuktikan bahwa Yesus adalah pengajar yang palsu.

Tidak sedikit sesungguhnya orang Kristen yang kritis dalam berpikir. Hal itu bukan suatu masalah apabila pikiran kritis itu diserahkan untuk menyelidiki lebih jauh dan lebih dalam akan kebenaran-kebenaran firman. Namun jika yang terjadi sebaliknya, dimana pikiran tersebut digunakan untuk mencari celah kesalahan dan kekeliruan dalam firman dan ajaran Tuhan, maka orang tidak akan pernah sampai kepada kebenaran itu sendiri.

Orang yang tidak pernah benar-benar rindu menemukan kebenaran, memang tidak akan pernah menemukannya. Sebab bagaimana seseorang menemukan sesuatu yang tidak mereka cari?
Jika kita benar-benar rindu belajar jalan-jalan Tuhan, kita harus menyediakan hati seorang murid. Bukan hati seorang mengkritik, penilai apalagi hati yang menghakimi. Bahkan ketika kita harus menguji segala sesuatu, semuanya pun harus dilakukan dengan lebih dahulu didasari sikap seorang murid, yang memposisikan diri untuk menemukan kebenaran dan bukan mencari-cari kesalahan.

Tanpa hati seorang murid, kita hanya akan menemukan dan hidup dalam kebenaran-kebenaran menurut pikiran kita sendiri


4) Beribadah demi mencari pujian dan pengakuan manusia serta tujuan-tujuan lain, yang pada dasarnya tidak memiliki ketulusan dalam penyembahan dan pengabdian kepada Tuhan

Salah satu sebab mengapa tokoh-tokoh agama itu tidak menjawab pertanyaan Yesus adalah karena mereka takut kehilangan dukungan dan popularitas di mata masyarakat Yahudi. Dan itu jelas menunjukkan motivasi mereka mendalami agama serta menampilkan gaya hidup agama di depan orang. Mereka melakukannya demi tujuan tujuan mereka sendiri, bukan demi mencari Tuhan dan memuliakanNya.

"Tetapi jikalau kita katakan: Dari manusia, kita takut kepada orang banyak, sebab semua orang menganggap Yohanes ini nabi."
~ Matius 21:26

Banyak orang Kkristen yang tidak pernah sampai kepada pengenalan yang sejati kepada Tuhan oleh sebab mereka memang tidak mencari pengenalan itu. Mereka beribadah dan menyembah Tuhan untuk tujuan dan maksud pribadi mereka sendiri. Jauh dari kerinduan untuk mengenal dan mengasihi Tuhan. Mereka menggunakan jargon-jargon agama dan menyebut-nyebut nama Tuhan tetapi hati mereka tidak benar-benar diarahkan demi hidup dalam kebenaran firman Tuhan. Akibatnya jelas. Mereka pun tidak pernah sampai kepada kebenaran yang sejati maupun pengenalan yang benar akan Tuhan. Ujung-ujungnya pun, mereka hanya akan sampai kepada tujuan mereka sendiri, yaitu peragaan kebenaran manusiawi yang tampak saleh dan mengesankan orang daripada Tuhan.

Ini jelas berbeda dengan Rasul Paulus. Ia mengorbankan segalanya demi tujuan mendapatkan satu hal yaitu yang paling diinginkannya dalam hidupnya yaitu MEMPEROLEH PENGENALAN AKAN TUHAN!

Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus.

Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus,

Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya,

~ Filipi 3:7-8, 10


Membaca ini, kita tidak akan heran lagi mengapa Paulus menjadi rasul yang paling terkemuka dan seorang hamba telada yang hidupnya sangat berdampak bagi dunia hingga sekarang ini, yang kepadanya dibukakan rahasia-rahasia Allah yang rumit dan dalam.


Akhir kata, biarlah hati kita rindu dan tertuju kepada kebenaran di dalam Kristus Yesus. Tanpa hal itu membara di hati kita, iblis akan menuntun dan mengarahkan kita kepada jalan-jalannya yang sesat. Telah begitu banyak orang yang dibawanya kepada kehancuran oleh karena penolakan dan sikap hati mereka yang tidak benar-benar mau jujur kepada diri mereka sendiri dan yang tidak berusaha hidup di dalam kebenaran-kebenaran sejati yang telah kerapkali dinyatakan dan diteguhkan dalam hati dan pikiran mereka.

Mintalah hari ini kekuatan seperti Simson yang menyadari jalannya selama ini telah keliru lalu menyerahkan sepenuhnya dan segala-galanya yang ada darinya bagi kemuliaan Tuhan, walaupun cukup terlambat.

Sebelum benar-benar terlambat, maukah Anda mengubah pola pikir yang masih serupa tokoh-tokoh agama itu?

Salam Revival!

Indonesia penuh kemuliaan Tuhan
 
 
   
 
   
Blog, Updated at: 6:00 AM

0 komentar:

Posting Komentar

Mohon TIDAK menggunakan kata-kata kotor atau kasar yang tidak memuliakan nama Tuhan. Terima kasih atas perhatiannya. Salam Revival!

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.