KOMUNITAS PERSATUAN INTERDENOMINASI GEREJA YANG MEMPERJUANGKAN TERJADINYA KEBANGUNAN ROHANI

4 TANDA KITA BERJALAN BERSAMA TUHAN DALAM HIDUP KITA SEHARI-HARI

Posted By passion for revival on Kamis, 17 Desember 2020 | 5:30 PM

Oleh - Peter B, MA


Beberapa pertanyaan yang bisa jadi cukup menggelisahkan hati banyak anak Tuhan adalah pertanyaan-pertanyaan ini : 

Apakah sejauh ini aku sudah berjalan bersama Tuhan?

Sudahkah aku sekarang ini berjalan di jalur kehendak Tuhan (atau masih belum)?

Bagaimana aku bisa mengetahui posisi dan keadaan rohaniku yang sesungguhnya dan dengan tepat di hadapan Tuhan?

Apakah hidupku saat ini sudah berkenan di hadapan Tuhan atau tidak?

Apakah tandanya aku telah mengikut Kristus dengan benar?

Apakah hidup rohaniku saat ini dalam keadaan sehat atau sedang lemah dan sakit?

Semua pertanyaan di atas adalah pertanyaan mengenai keadaan atau posisi rohani kita di dalam Tuhan selagi kita memperhitungkan diri kita sebagai pengikut-pengikut Kristus.

"Bagaimana kita bisa tahu apakah kita sedang dalam suatu keadaan rohani yang baik-baik saja dan termasuk sebagai orang-orang yang memiliki hubungan yang dekat dengan Tuhan atau tergolong sebagai orang yang telah menyimpang jauh dari kehendak Tuhan?"

Kebingungan akan keadaan rohani kita kerap terjadi karena ada pengaruh kuasa gelap yang bekerja mengaburkan batas-batas ukuran di dalam Tuhan. Roh ini adalah roh jahat yang pekerjaannya sangat fasik. Pekerjaan roh ini adalah mengarahkan manusia kepada standar-standar ukuran kebaikan dan kebenaran berdasar moral dan agama, dengan menanamkan dalam diri standar maupun nilai yang tampak baik dan benar tetapi bukan merupakan ukuran dari Tuhan. Roh ini adalah roh penipu yang bekerja dengan sangat halus mengelabui serta membuat manusia merasa dirinya benar di hadapannya sendiri atau di depan orang lain (dan bahkan di hadapan Tuhan namun menurut versinya sendiri) dengan menuntun orang untuk berperilaku serupa pribadi yang saleh, baik dan bermoral namun hanya dari tampak luar atau berdasar perbuatan-perbuatan yang baik dan tampak rohani TETAPI jauh di dalam hatinya, ia tetap jauh dan dijauhkan dari hubungan erat dan dalam dengan Tuhan. 
Roh ini membuat manusia menipu dirinya sendiri dan menipu orang-orang di sekitarnya yang oleh karena melihat tampilan-tampilan tertentu akan  beranggapan bahwa dirinya atau diri seseorang adalah pribadi yang baik, saleh dan dekat dengan Tuhan -padahal tidak tepat demikian di hadapan Tuhan. 

Oleh karena kerja roh kebenaran diri sendiri atau roh agamawi ini, maka tidak sedikit yang akhirnya gagal menilai dirinya sendiri dengan jujur dan benar di hadapan Tuhan. Dampaknya,  terjadi suatu kebingungan yang besar yang kemudian bisa berakhir dengan kesesatan yang luar biasa karena menyangka diri kita atau seseorang itu sebagai manusia-manusia yang baik, rohani, beribadah dan berkenan di hadapan Tuhan sedangkan jauh di lubuk hatinya dan sebagaimana YANG DILIHAT TUHAN, ia tetap seorang yang fasik dan jahat di hadapan Tuhan. 

Contoh-contoh kegagalan menilai diri semacam ini banyak sekali di Alkitab. 
Jemaat Laodikia dalam Wahyu pasal 3 adalah salah satu yang dengan sangat terang-terangan menggambarkan hal ini.

Yesus sendiri bisa dikatakan cukup sering menyampaikan mengenai sikap yang salah dalam menilai diri melalui pengajaran, perumpamaan bahkan peristiwa nyata. 
Misalnya saja tentang orang-orang Farisi yang sering disebut dengan berbagai istilah yang menggambarkan sesuatu yang palsu dan tidak sama antara tampilan luar dengan yang ada di dalamnya. Mereka yang dianggap saleh dan banyak tahu perkara rohani itu disebut oleh Yesus sebagai  'orang munafik', 'orang buta', 'pemimpin buta', 'kuburan yang dilabur putih', 'ular-ular', 'keturunan ular beludak' sampai 'orang neraka' (lihat Matius 23).

Yesus pun membuat beberapa kisah perumpamaan tentang orang² yang merasa dirinya benar dan rohani ini dalam pengajarannya. Ia menyoroti kesalahan dari kebiasaan orang Farisi yang berdoa dengan membanggakan ibadah, kesalehan dan perbuatannya yang dipandang sudah taat dan benar di hadapan Tuhan sehingga ia berdoa dengan memuji diri - berkebalikan dengan pemungut cukai yang merendahkan diri karena merasa banyak berbuat dosa. Dalam perumpamaan tentang orang Samaria yang baik hati, Yesus menyinggung bagaimana seorang imam dan seorang Lewi yang dikenal sebagai orang-orang yang mengetahui banyak hal rohani tetapi kenyataannya tidak berbuat apapun yang menyatakan belas kasihan kepada orang yang memerlukan pertolongan. Suatu tanda kesalehan semu dan palsu yang hanya fasih dalam teori dan pengertian namun sangat lemah dan tidak terlihat dalam praktek nyata sehari-hari. 

Jadi, bagaimana kita dapat menilai diri sendiri dengan benar?

Pertama-tama, untuk benar-benar bisa mengetahui keadaan rohani kita, kita harus menyiapkan suatu sikap yang jujur menilai diri kita di hadapan Tuhan. Suatu sikap yang bersedia menerima penilaian apa adanya kita di hadapan Tuhan. Jika ingin mengetahui keadaan rohani kita yang sebenarnya , kita tidak boleh datang dengan membawa kebanggaan-kebanggaan atau pembenaran-pembenaran kita maupun bersiap untuk berbantah-bantah membela diri ketika Tuhan menyingkapkan keadaan kita  apa adanya. Apa yang kurang harus kita akui dan apa yang telah kita capai sejauh ini bersama Tuhan juga harus disyukuri sebagai tanda kasih karunia dan kekuatan yang kita peroleh dari Tuhan.

Jika kita telah menyediakan hati yang jujur menilai diri, maka ada 4 hal setidaknya yang dapat menolong kita mengetahui apakah kita sedang berjalan bersama Tuhan serta memiliki keintiman dengan Dia atau apakah kita selama ini telah melakukan klaim kosong sebagai orang-orang yang merasa dekat dengan Tuhan namun hidup kita sejatinya jauh dari Tuhan : 

1) Buah Roh (dan buah-buah lainnya yang lahir dari persekutuan kota dengan Tuhan)
Apa hubungan buah Roh dengan kedekatan dengan Tuhan? 
Buah roh adalah HASIL atau DAMPAK dari seseorang menyerahkan dirinya untuk dipimpin oleh Tuhan melalui Roh Kudus-Nya untuk melangkah dalam kehendak-Nya.
Jika ia berjalan bersama Tuhan ia akan berbuah. Itu yang dijanjikan Yesus dalam perumpamaan tentang pokok anggur dan ranting-ranting-Nya. 
Munculnya atau dihasilkannya buah merupakan tanda seseorang berjalan bersama Tuhan. Buah itu adalah perubahan karakter yang makin serupa dan makin menyatakan sifat-sifat Tuhan.  

Ada sembilan elemen buah Roh : 
"kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri"

Jika kita benar-benar sedang berjalan bersama Tuhan, karakter-karakter mulia di atas makin nyata terpancar dari hidup kita hari demi hari. Kasih melimpah. Sukacita terlihat. Damai sejahtera terasa di sekeliling kita. Kita tidak mudah reaktif dan marah terhadap berbagai situasi yang menekan atau sukar. Makin hari makin murah hati. Kita dikenal sebagai orang-orang yang senang berbuat baik. Dan seterusnya… 

Apabila kita terus dalam persekutuan dengan Tuhan maka kita bisa melihat bahwa karakter kita diperkaya dan ditingkatkan menjadi pribadi-pribadi yang berhati dan berperilaku mulia. Kebalikannya, jika makin hari kita menjadi makin mudah benci daripada mengasihi, sering dilanda ketakutan kekuatiran dan kecemasan daripada merasakan ketenangan, mudah marah, makin serakah dan suka mengambil bagi diri kita sendiri daripada memberi kepada orang lain, keras dan kerap mempersulit orang ketimbang berbuat baik, atau kerap bersikap tidak terima menyikapi berbagai hal tidak menyenangkan serta mudah kehilangan kendali akan perilaku kita -jelaslah kita sedang jauh dari Tuhan dan berjalan di jalan yang bukan ditunjukkan oleh Tuhan. 
Jujurlah akan keadaan Anda, maka Anda akan melihat jelas seberapa kualitas dan tingkat hubungan Anda dengan Tuhan


2) Ketenangan dan ketenteraman yang besar dalam hati
Yesaya 32:17 mengatakan bahwa jika kita berada dalam kebenaran atau di jalan yang benar maka yang tumbuh atau muncul di sana adalah damai sejahtera, suatu ketenangan dan ketenteraman yang besar. 
Itu juga pastinya yang dirasakan domba-domba Kristus, jika mereka berada dekat sang gembala. Daud mengatakan sebagai domba dari Tuhan yang adalah gembalanya : "aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku". Jadi sekalipun bahaya itu ada dan nyata, ketakutan itu sirna dan tiada. 

Ketenteraman di dalam Tuhan itu serupa Kristus yang tidur di perahu saat badai menghantam kapal atau seperti Petrus yang terlelap dalam kerangkeng ketika esok hari hendak dihukum mati. Seperti itu pula Paulus dan Silas yang menaikkan pujian dan penyembahan meski sedang dipasung di dalam penjara! 

Dalam penyertaan dan kedekatan dengan Tuhan, hanya ada ketenangan karena kesadaran akan adanya kepastian akan keberadaan dan campur tangan Tuhan. Yang benar-benar merasakan Tuhan dekat, akan menertawakan situasi dan tak kenal takut bahkan ketika berhadapan dengan raksasa pencemooh seperti Goliat. 
Namun celaka bagi yang hanya merasa dekat dengan Tuhan. Ia akan segera ciut nyalinya, gemetar dan kebingungan lalu tak lama beralih mencari pertolongan dari kuasa lain seperti yang dilakukan Saul ketika hendak berperang melawan Filistin : ia mencari dukun pemanggil arwah, mencari solusi dari roh jahat! 

Jadi kita tahu, kita sedang bersama-sama dengan Tuhan ketika hati kita tenang bahkan di saat badai menggelora sekalipun. Dialah Tuhan yang menaklukkan badai. Di sekitar kita dan pertama-tama di hati kita. 


3) Jalan Yang Terang
Salomo sangat yakin saat ia mengatakan bahwa "jalan hidup orang benar itu seperti cahaya fajar, yang kian terang sampai serupa terik tengah hari" (Amsal 4:18).
Inilah tanda yang lain bahwa kita sedang berjalan bersama Tuhan : jalan (hidup) yang terang. Maksudnya, semakin hari semakin jelas kemana kita harus pergi dan menuju. Semakin tersingkap jalan yang harus kita lalui bersama Tuhan. Hidup kita tidak dipenuhi pertanyaan tanpa jawaban atau masalah tanpa solusi. Bersama Tuhan semuanya kian jelas dan terang. Di dalam Dia, kita akan menemukan makna hingga tujuan keberadaan serta kehidupan kita selama di dunia ini. 

Yesus berkata, "Akulah terang dunia, barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam gelap karena ia punya terang bagi hidupnya" (Yohanes 8:12). Setiap orang yang tinggal dalam Kristus tidak berjalan dalam kegelapan (Yohanes 12:46).
Maksudnya jelas. Siapapun yang berjalan bersama Kristus akan dapat melihat jalan yang harus ia tempuh, tujuan yang harus dicapai serta petunjuk untuk menjalaninya mencapai tujuan itu.

Jadi kita tahu bahwa kita sedang berjalan bersama Kristus, ketika kita melihat dengan jelas rencana Tuhan bagi hidup kita. Dia menyingkapkan perjanjian rahasia-Nya kepada orang yang karib dengan Dia (Mazmur 25:14). Itu sebabnya tidak ada kejelasan dan jawaban paling nyata bagi hidup kita kecuali kita memiliki hubungan dengan Tuhan dan berjalan bersama Dia. Ketika seluruh dunia terlena dengan segala hiruk pikuk kesibukan dan kesenangannya ribuan tahun lalu, Nuh membangun bahtera. Sesuatu yang aneh dan sangat mungkin ditertawakan orang-orang di zamannya, lebih-lebih ketika mendengar alasan Nuh membuatnya yaitu akan adanya banjir besar yang bakal menenggelamkan umat manusia.

 Tapi di situlah perbedaannya. Mereka yang dekat dengan Tuhan diberitahu dan disingkapkan banyak hal yang berasal dari hati dan pikiran Tuhan sendiri. Ia diberi mata yang celik dan dituntun di jalan seturut kehendak Tuhan. Makin hari makin terang. Kian hari kian jelas akan langkahnya sehingga hidupnya berkenan dan makin menyukakan hati Tuhan. 

Seberapa terang maksud dan rencana Tuhan dalam hidup Anda, sedemikian pulalah kualitas kedekatan Anda dengan Tuhan.  


4) Pikiran, Perasaan dan Kehendak Kristus
Kita telah sering membaca bahwa kita menjadi sama dengan siapa kita bergaul. Ada pula yang mengatakan bahwa kita akan menjadi serupa dengan apa yang kita kagumi atau kita sembah. Itu prinsip yang sudah terbukti benar. Tokoh idola kita pada akhirnya memberikan pengaruh kepada pikiran, perasaan dan kehendak kita. Kita menjadi makin serupa dengan orang yang kita idolakan atau hargai karena tanpa sadar maupun tidak kita mengidentifikasikan diri kita dengan panutan kita itu.

2 Korintus 3:18 versi Terjemahan Lama memberitahu kita dengan lebih jelas : 

Tetapi kita sekalian dengan muka tiada berselubung ini, membayangkan (mencerminkan, merefleksikan) kemuliaan Tuhan seperti suatu cermin muka, dan berubah kepada rupa itu juga, daripada kemuliaan kepada kemuliaan, sebagaimana daripada Tuhan Roh itu.

Ketika kita terus bergaul dan memandang Tuhan dalam keseharian kita, kita diubahkan makin seperti Dia. Sifat-sifat-Nya mulai menjadi sifat-sifat kita juga. Pikiran, perasaan dan kehendak-Nya mulai terimpartasi dan masuk ke dalam pribadi itu. 

Itulah sebabnya, saat kita intim dengan Dia serta senantiasa berjalan bersama-sama dengan Dia, Pribadi Kristus yang luar biasa pun perlahan namun pasti menjadi kepribadian kita juga. Kita mulai berpikir, merasa dan berhasrat seperti yang ada di hati Tuhan. Ada banyak sekali yang bisa dijadikan tanda dan bukti kedekatan kita pada Tuhan. Pikiran kita memikirkan perkara ilahi dan sorgawi. Perasaan kita dipenuhi belas kasihan namun juga turut merasakan apa yang Tuhan rasakan (yaitu kasih sayang) khususnya dalam hal memandang dunia dan orang-orang. Kehendak kita ialah melakukan apa yang menjadi kerinduan dan tugas dari Bapa di sorga. 

Terlebih dari semuanya, kepribadian Tuhan paling nyata dalam hal kesucian serta kerendahan hati. Mereka yang dekat dengan Tuhan pasti dikuasai oleh cinta kasih, hidup dengan suatu cara sedemikian sehingga menyatakan suatu kehidupan yang sungguh-sungguh rohani dan kudus sejak dari dalam hati serta pikirannya. Salah satu yang paling terlihat dan seharusnya dapat dirasakan dengan segera adalah kerendahan hatinya. Mereka yang dekat dengan Tuhan, sukar untuk membanggakan diri-Nya. Tuhanlah  yang akan menjadi yang terbesar dan termulia dalam hidupnya. Ia akan merasa dirinya bukan apa-apa atau siapa-siapa tanpa Tuhan di dalam hidupnya. Ia menggantungkan seluruh hidupnya pada belas kasihan dan kemurahan hati Tuhan. Lebih-lebih Tuhan yang disembah dan dikaguminya merupakan Allah yang rendah hati. Mustahil bersekutu dengan Allah yang begitu rendah hati tetapi menjadi pribadi-pribadi yang suka membual, membesarkan dan memuji diri (sekalipun dalam hati saja) serta mengagumi diri sendiri. 
Kerendahan hati adalah salah satu tanda utama seseorang mengenal Tuhan dan berjalan bersama Dia. Sebab di dalam suatu hubungan yang mengasihi Tuhan, kasih membuat jiwa kita rendah hati. 
"Kasih itu tidak memegahkan diri dan tidak sombong."
Kasih Tuhan kepada kita dan kasih kita kepada Tuhan adalah aliran-aliran kuat yang membuat kita tak mungkin mengambil kemuliaan bagi diri kita sendiri. 

Jadi, kita tahu apakah kita dekat dengan Tuhan dari atas hal apa dan siapa kita bermegah. Orang yang berjalan bersama Tuhan memuliakan Tuhan dan Tuhan saja. Ia tidak akan memuji atau memandang dirinya sebagai sesuatu yang melampaui apa adanya dirinya. Dan salah satu tanda kerendahan hati orang yang berjalan bersama Tuhan adalah dari rohnya yang bersedia belajar dan diajar. Roh dan hati seorang murid yang mengikuti Gurunya dan belajar pada dari-Nya, dengan berhasrat supaya menjadi sama dengan Gurunya. Dan Guru yang rendah hati pasti memiliki murid-murid yang rendah hati karena mereka meneladani Gurunya itu. 

Akan tetapi, jika kita keras hati dan tegar tengkuk. Kerap merasa tidak perlu belajar atau tidak bersedia diajar, waspadalah dan perhatikanlah dengan seksama apakah kita telah berjalan sendiri tanpa Tuhan atau bahkan bersama roh-roh lain yang pernah dan masih terus menyombongkan diri di hadapan Tuhan itu. 

Kita dipanggil untuk menguji diri dan selalu minta supaya Tuhan menguji kita dan menuntun langkah kita. 
Jika kita mau bersikap jujur, kita pasti akan melihat jelas dan jernih keadaan kita. Dari sana, kita akan dituntun lebih lanjut oleh Roh Kudus ke jalan yang benar. Makin hari makin erat berjalan bersama Tuhan, dibawa dari kemuliaan kepada kemuliaan. 

Salam revival
Tuhan Yesus memberkati kita semua.
 
 
   
 
   
Blog, Updated at: 5:30 PM

0 komentar:

Posting Komentar

Mohon TIDAK menggunakan kata-kata kotor atau kasar yang tidak memuliakan nama Tuhan. Terima kasih atas perhatiannya. Salam Revival!

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.