KOMUNITAS PERSATUAN INTERDENOMINASI GEREJA YANG MEMPERJUANGKAN TERJADINYA KEBANGUNAN ROHANI

ORANG PERCAYA DAN MURID

Posted By passion for revival on Kamis, 29 Juli 2021 | 11:12 AM


Oleh Rick Joyner

Kita akan membahas langkah demi langkah secara alkitabiah mengenai jalan menuju kedewasaan dalam Kristus.

 Dalam Perjanjian Baru kita menemukan ada lima tingkat hubungan dengan Tuhan, yaitu:

 Orang percaya
 Murid
 Hamba
 Sahabat
 Anak / Putra

      Awal hubungan kita dengan Tuhan adalah ketika kita menjadi orang yang percaya pada karya salib untuk penebusan dan rekonsiliasi kita dengan Tuhan.  Hal ini membawa kita dilahirkan kembali sebagai ciptaan baru sebagaimana kita dipanggil. 
 Ketika kita lahir ke dunia ini, kita baru saja memulai hidup kita.  Hal yang sama berlaku ketika kita dilahirkan kembali di dalam Kristus—kita baru saja memulai hidup baru kita dan itulah awal pertumbuhan kita dalam panggilan kita.

      Sulit untuk melihat bayi yang baru lahir dan mengetahui seperti apa jadinya mereka saat dewasa, tetapi kita dapat mengetahui seperti apa rupa setiap orang Kristen yang dilahirkan kembali ketika mereka menjadi dewasa — seperti Kristus.  
Kedewasaan tertinggi seorang Kristen digambarkan dalam Efesus 4:15 sebagai: “Kita harus bertumbuh dalam segala aspek kepada Dia yang adalah kepala, yaitu Kristus.”

  Panggilan utama kita ialah menjadi seperti Kristus dan melakukan pekerjaan yang Dia lakukan.

      Setelah kita percaya, dibaptis, dan dilahirkan kembali, langkah selanjutnya adalah bertumbuh dalam “segala aspek” dari Dia.  Untuk melakukan ini kita harus menjadi murid-Nya.  Hari ini jika kita pergi ke gereja dan meluangkan waktu untuk belajar tentang Tuhan, kita menganggap diri kita sebagai murid-Nya, tetapi jika kita membaca persyaratan Yesus untuk menjadi murid-Nya, kita mungkin akan berpikir bahwa kita bahkan tidak mengetahui itu sama sekali.

      Untuk menjadi murid dari salah satu guru di Israel menuntut seseorang tidak boleh memiliki komitmen lain dalam hidup mereka yang dengan cara apapun dapat mengalihkan mereka dari pemuridan mereka.  Seorang murid dituntut untuk memiliki satu pengabdian dalam pikiran mereka—untuk belajar dari guru mereka dan menjadi seperti gurunya itu.  

Bagaimana mungkin pengabdian kita kepada Guru kita, yang adalah Raja segala raja, dikerjakan secara kurang serius daripada itu?

      Bahwa begitu sedikit orang percaya hari ini yang benar-benar menjadi murid yang sesuai dengan definisi yang benar secara alkitabiah, itu merupakan hasil dari Amanat Agung yang diencerkan dari menjadikan murid menjadi orang yang percaya saja.  Pertobatan diperlukan, tetapi itu bukan merupakan tujuan akhir.  Dilahirkan kembali hanyalah langkah pertama, sama seperti dilahirkan bukanlah akhir dari hidup kita, tetapi awal darinya.

      Dalam pemuridan yang Yesus definisikan, kita harus selalu dapat menentukan di mana kita berada dan apa langkah selanjutnya dalam menuju kedewasaan rohani kita.  Pemuridan didefinisikan dalam Amanat Agung sebagai mempelajari “segala sesuatu yang telah Dia perintahkan.”  Meski begitu, pemuridan di dalam Kristus bukanlah serangkaian tanda kotak yang berisi daftar legalistik dan kaku yang harus kita centang saat kita menyelesaikan langkah berikutnya.  Pemuridan yang benar adalah pedoman yang jelas untuk hidup kita di dalam Kristus yang akan menjaga kita di jalan kehidupan yang terus naik, dan bertumbuh dalam segala hal kepada Dia.

      Tujuan utamanya adalah untuk bertumbuh dalam kasih kita kepada-Nya, mengikut Dia, dan melihat kemuliaan-Nya yang kemudian akan mengubah kita menjadi serupa dengan gambar-Nya.  Ini adalah persekutuan yang semakin dekat dengan Raja, berjalan bersama dan tinggal di dalam Dia setiap hari.  Untuk itulah kita diciptakan, dan tidak ada kehidupan yang lebih indah dan memuaskan yang dapat dijalani di bumi ini.

      Karena tidak ada petualangan yang lebih besar, tidak ada kehidupan yang lebih menggairahkan daripada mengikuti Sang Raja, maka jika kehidupan Kristen kita menjadi membosankan dan tanpa tujuan, kita dapat mengetahui dengan pasti bahwa kita tidak berada di jalan yang benar.

“Jalan kehidupan” adalah kehidupan yang semakin menarik dan berkelimpahan, sedangkan jalan agamawi pada puncaknya tetap terasa membosankan dan tidak bernyawa.

      (Selagi kita mempelajari hal ini), tujuan kita lebih dari sekadar mengetahui hal ini—tapi untuk  untuk menghidupinya.  Dia tidak datang hanya untuk menjadi Jalan, atau Kebenaran, tetapi untuk menjadi Hidup kita.

Diterjemahkan secara bebas dari:  
 
 
   
 
   
Blog, Updated at: 11:12 AM

0 komentar:

Posting Komentar

Mohon TIDAK menggunakan kata-kata kotor atau kasar yang tidak memuliakan nama Tuhan. Terima kasih atas perhatiannya. Salam Revival!

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.