Oleh : Peter B
25 Februari 2021
Mereka tidak mengerti perkataan itu, sebab artinya tersembunyi bagi mereka, sehingga mereka tidak dapat memahaminya. Dan mereka tidak berani menanyakan arti perkataan itu kepada-Nya.
~ Lukas 9:45 (TB)
Akan tetapi, para murid tidak memahami maksud perkataan itu, dan hal itu tersembunyi bagi mereka sehingga mereka tidak dapat memahaminya. Namun, mereka takut bertanya kepada Yesus mengenai arti perkataan itu
~ Lukas 9:45 (AYT)
Sewaktu Yesus memberitahukan (untuk kedua kalinya) bahwa Ia akan mengalami suatu saat-saat yang sukar yakni akan diserahkan ke dalam tangan manusia (Lukas 9:44), murid-murid rupanya tidak memahami hal itu. Dan bukan sekali itu saja.. Injil mencatat berkali-kali murid-murid mendengarkan perkataan Yesus namun tidak memahaminya dengan jelas, atau salah memahami maupun tidak memahaminya sama sekali.
Dengan kata lain, selagi mereka belajar pada Yesus sesungguhnya ada banyak hal (seandainya mereka mau merenungkan lebih lanjut) yang tidak mereka pahami dari ajaran Yesus.
Sebenarnya ada pertanyaan yang besar di pikiran mereka karena sebagian perkataan Yesus bahkan tidak mereka pahami sama sekali.
Anehnya, di nats yang sama di atas, meskipun mereka tidak memahami yang dimaksud Yesus, faktanya mereka juga tidak mau bertanya kepada-Nya.
Mengapa mereka tidak paham?
Mengapa pula dalam ketidakpahaman itu, mereka tidak bertanya supaya kemudian beroleh pengertian?
Sebenarnya yang dilakukan para murid bukan sesuatu yang asing bagi kita. Orang Kristen masa kini yang mengaku sebagai murid-murid Kristuspun sering bersikap yang sama.
Sangat banyak yang sebenarnya belum paham berbagai ajaran Kristus maupun jalan-jalan Tuhan. Tapi berapa banyakkah yang memilih untuk menanyakan atau mencari tahu lebih lanjut mengenai hal itu?
Mereka memilih berdiam diri. Dalam ketidaktahuan maupun kebingungan. Sampai kemudian kondisi itu menjadi sesuatu yang dirasa tak lagi penting dan bisa diabaikan begitu saja.
"Yang penting jadi Kristen. Percaya Yesus. Kan itu sama dengan ikut Yesus," demikian pikiran banyak anak-anak Tuhan bahkan setelah bertahun-tahun mereka menjadi Kristen.
Akibatnya, tidak heran apabila kualitas murid-murid Kristus hari ini masih setara atau di bawah murid-murid Kristus pada waktu Ia di bumi : kualitas murid² yang tidak bisa berbuat banyak membawa pengaruh bagi dunia.
Adalah merupakan fakta Alkitab bahwa baru setelah mereka merelakan dan menyerahkan diri menjadi murid sejati saja, mereka dengan cepat belajar untuk menjadi hamba-hamba sejati, menjadi alat yang penuh kuasa di tangan Tuhan untuk mengubah dunia melalui Injil dan kuasa Roh Kudus sebagaimana dicatat dalam Kitab Kisah Para Rasul.
Dalam ketidakmengertian mereka namun memilih untuk tidak bertanya bisa dikatakan sebagai suatu sikap yang menunjukkan rasa puas diri mereka dalam hal rohani. Mereka memilih tetap tinggal dalam ketidaktahuan, kelambanan, kebodohan (lihat Lukas 24:25) yang menyebabkan hal-hal rohani dari Tuhan tersembunyi bagi mereka sehingga mereka sukar memahami maksud Tuhan. Mereka merasa cukup dengan sedikit pengetahuan yang ada dan puas dengan secuil pengertian saja meskipun masih banyak perkataan Yesus yang tidak mereka mengerti.
Yesus sendiri pada waktu itu nyata-nyata ada sebagai Guru, Pengajar bahkan Pendidik mereka.
Mungkinkah Ia akan menyembunyikan suatu rahasia dan pengetahuan Ilahi jika para murid menanyakannya?
Bukankah jika ada yang tidak mungkin mereka pahami dari Yesus pada saat itu, maka Yesus pun akan memberitahukan mereka lebih dulu mengenai hal tersebut (lihat misalnya Yohanes 13:7).
Jelas bukan Yesus yang menyembunyikan pengertian rahasia perkataan-Nya, tapi murid-murid sendirilah yang tidak cukup "mendengar dan mencamkan" (lihat Lukas 9:44) perkataan Yesus itu
SEBAB KEDUA
Dan sebenarnya tidak hanya itu. Dalam nats utama yang kita bahas di atas, dituliskan penyebab utama mengapa mereka tidak bertanya : karena mereka TAKUT untuk bertanya.
Tapi, apa sebenarnya yang mereka takutkan?
Apakah mereka takut Yesus merasa terganggu atau menjadi marah karena pertanyaan mereka?
Apakah sedemikian menakutkan ketegasan dan wibawa Yesus sehingga mereka tidak berani sekedar mengajukan satu dua pertanyaan pada Sang Guru?
Tentu saja tidak. Yesus yang disenangi anak-anak sehingga mereka datang dan ingin berada di dekat Yesus dan Yesus yang tidak pernah menghindar atau gentar menjawab setiap pertanyaan menjebak orang-orang Farisi yang licik, mustahil akan mengelak dari pertanyaan murid-murid yang dipilih-Nya sendiri dan yang dikasihi-Nya itu!
Jadi apa yang mereka takutkan?
Menurut uraian di Lukas pasal 9 saja, sementara murid-murid tidak paham ajaran Yesus dan tidak pula mau menanyakan apa maksud Yesus, ternyata mereka pada adegan selanjutnya dituliskan melakukan hal-hal yang dapat dikatakan memalukan berikut ini :
- mereka bertengkar di antara sesama mereka sendiri, meributkan siapa yang terbesar di antara mereka (Lukas 9:46)
tidakkah ini gambaran orang-orang Kristen hari ini yang sibuk berselisih satu sama lain meributkan siapa yang paling berhikmat, paling benar memahami Alkitab, dan pelayanan siapa yang paling besar di antara yang lainnya?
- mereka mencegah orang yang mengusir setan demi nama Yesus karena bukan termasuk kelompok mereka (9:49)
suatu gambaran yang menunjukkan bagaimana orang-orang Kristen yang hingga di masa kini masih banyak memiliki kebanggaan dan memandang dirinya sebagai pengikut eksklusif Yesus sehingga bisa mengatakan kelompok yang bukan kelompok mereka itu harus dicegah atau dilarang pelayanannya serta dinyatakan sebagai bukan dari Tuhan?
- mereka berniat menghukum dan mengutuk orang-orang Samaria yang menolak Yesus masuk ke wilayah mereka (9:51-54)
tidakkah ini juga merupakan gambaran mengenai dengan cepatnya orang Kristen hari ini menghakimi dan bersikap keras pada orang-orang berdosa daripada mengasihi mereka?
Nyata terlihat bahwa sikap mereka menunjukkan suatu kesombongan dan kebanggaan diri karena merasa sebagai lingkaran dalam dari orang setenar Yesus pada waktu itu. Berdasar jabatan dan panggilan sebagai murid-murid Yesus itu, mereka bersikap petentang-petenteng di hadapan banyak orang. Merasa diri mereka baik, benar dan besar. Tapi di sisi lain, mereka mudah memandang orang lain lebih rendah, baik sesama murid maupun orang yang bukan murid Kristus, apalagi yang tidak mengenal Yesus.
Inilah sebenarnya sikap² yang membanggakan posisi dan kedudukan formal daripada kualitas dan kedalaman rohani yang nyata dari karakter-karakter yang mencerminkan sifat Guru Agung mereka. Mereka berbangga dengan fakta akan posisi mereka sebagai murid ketimbang menampilkan kualitas kehidupan yang memancarkan karakter Kristus.
Menilik sikap murid-murid setelah mereka menolak untuk bertanya sebagaimana dijelaskan di atas, kita dapat menduga APA YANG MEREKA TAKUTKAN.
Jika ternyata mereka lebih suka menampilkan sikap sombong rohani dan merasa sebagai orang penting karena menjadi murid Kristus, tidak berlebihan jika dinilai bahwa ketakutan mereka adalah RASA TAKUT TERLIHAT BODOH atau LEMAH, baik di depan murid lain atau di depan banyak pendengar lainnya. Mereka takut karena mereka sombong dan tidak mau merendahkan diri.
Menjadi murid berarti belajar, menyimak, meneladani dan mengikuti jejak guru mereka. Dan merupakan sesuatu yang wajar dan wajib apabila seorang murdi bertanya supaya ia menjadi jelas dan terang akan apa yang diajarkan gurunya. Tidak demikian dengan murid-murid pada waktu itu. Mereka menyebut diri mereka murid tapi sikap seorang murid tidak mereka miliki!
Dengan menyadari bahwa mereka tidak tahu tapi tidak bertanya, tidak lain menunjukkan bahwa mereka bukan murid sejati. Mereka lebih suka dipandang sebagai pribadi yang hebat, yang tidak kalah pamor dengan gurunya, yang lebih memilih terlihat pandai bicara tentang hal-hal rohani tetapi menolak untuk menunjukkan sikap yang sepertinya rendah seperti misalnya dengan bertanya dan mengakui bahwa mereka masih belum tahu atau paham yang Yesus maksudkan.
Dari perenungan di atas, setidaknya dapat memeriksa diri kita mengapa secara rohani kita jarang bertanya atau mengajukan pertanyaan kepada Tuhan atau pemimpin rohani kita. Juga mengapa terkadang kita lebih bersemangat berkomentar atau menunjukkan pengetahuan² rohani kita di depan orang daripada untuk menyelidiki dan menguji segala sesuatu lebih mendalam seturut pikiran dan hati Tuhan.
Puas diri rohani lah yang menjadikan kita memilih tinggal dalam ketidakmengertian akan maksud Tuhan. Dan kesombongan rohani kita lah yang membuat kita diam saja, menolak untuk bertanya, berdiskusi dan mencari lebih lanjut akan jalan-jalan Tuhan.
Sadarilah bahwa sikap-sikap hati yang demikian telah menghambat diri kita menjadi murid sejati. Bisa jadi selama ini kita merasa diri kita telah menjadi murid Kristus, padahal dalam praktek nyata, kita bukan murid yang sesungguhnya. Dampak yang bisa dijadikan ukuran adalah lambatnya kemajuan rohani kita. Bertahun-tahun menjadi Kristen tidak banyak perubahan dari kedalaman hubungan kita dengan Tuhan maupun cara pandang dan cara hidup kita yang tak kunjung makin menampakkan karakter Kristus, Guru Agung kita. Kita hanya tampak rohani secara Kristen tapi orang tidak melihat atau merasakan dari keseharian kita pikiran, hati, sifat dan gaya hidup seperti Kristus.
Salah satu contoh perbandingan penting untuk direnungkan ialah bahwa Kristus hidup demi misi atau tujuan yang ditetapkan Bapa di sorga.
Yesus bukan sekedar hidup sebagai orang baik dan taat menjalankan agama.
Yesus ada dan hidup untuk menyelesaikan amanat sorgawi sejak kelahiran hingga kebangkitan-Nya. Dialah teladan bagi setiap orang yang mengaku murid-Nya tentang bagaimana seorang manusia yang mengenal penciptanya seharusnya hidup.
Sebelum kita hidup sedemikian, kita sebenarnya masih berputar-putar dalam lingkaran kerohanian semu, yang digerakkan oleh puas diri dan keangkuhan rohani, yang pada dasarnya lebih merupakan praktek-praktek dari keristenan agamawi ketimbang kerohanian sejati yang dibangun di atas hubungan yang hidup dengan. Tuhan.
Terhadap cara hidup yang mungkin telah lama kita jalani itu, KITA HARUS BERTOBAT
KESIMPULAN
• puas diri dan kesombongan rohani adalah penghalang seseorang menjadi murid sejati
• murid sejati Kristus ditandai kerinduan untuk mengerti maksud (ajaran serta kehendak) Tuhan
• murid sejati ditunjukkan dengan sikap tidak malu, tetapi mau bahkan gemar bertanya maupun berdiskusi mengenai maksud dan kehendak Tuhan yang belum ia ketahui dan pahami
• kebiasaan untuk menyelidiki dan menanyakan maksud Tuhan harus menjadi suatu disiplin rohani yang penting, yang harus kita latih dan kembangkan setiap hari sebagai murid Kristus daripada rajin menunjukkan pengetahuan dan pengalaman rohani kita karena dari sanalah kita akan terus dibawa memahami maksud dan kehendak Tuhan atas hidup kita, pelayanan kita bahkan atas segala sesuatu.
TUHAN BERKENAN pada orang yang suka menyelidiki maksud hati dan pikiran-Nya, dan Ia akan MEMBUKAKAN PENYINGKAPAN RAHASIA KEHENDAK SERTA RENCANA-NYA bagi mereka yang datang dan menanyakan kepada-Nya.
Salam revival!
Kiranya Kemuliaan Tuhan turun atas Indonesia
0 komentar:
Posting Komentar
Mohon TIDAK menggunakan kata-kata kotor atau kasar yang tidak memuliakan nama Tuhan. Terima kasih atas perhatiannya. Salam Revival!
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.