Bagian II – Menjawab Berbagai Pertanyaan
Oleh : Peter B, MA
Ada banyak pertanyaan yang muncul di benak anak² Tuhan ketika secara langsung berhadap-hadapan dengan keadaan dan bahaya yang nyata akan wabah virus corona. Sebagian meyakini bahwa Tuhan melindungi dengan sempurna –berdasarkan janji-Nya dalam Mazmur 91. Sebagian lagi berpendapat bahwa diperlukan hikmat daripada mengambil risiko terjangkiti atau menjangkiti orang lain.
Perbedaan pendapat ini, mau tidak mau, akhirnya menjurus pada perdebatan antara apakah janji Tuhan untuk melindungi kita itu hanya tulisan² mati dalam kitab suci atau memang sungguh nyata dan dapat dialami oleh setiap anak² Tuhan? Dan jika kita dapat mengalaminya, sejauh mana kita harus menggunakan hikmat menghadapi wabah yang sedang menimpa di tengah-tengah kita sekarang ini?
Ada beberapa pertanyaan mendasar yang sering ditanyakan dan kemungkinan juga muncul di benak setiap kita yang mengetahui mengenai janji Tuhan dalam Mazmur 91 ini.
Dalam tulisan bagian kedua ini, melalui menjawab beberapa pertanyaan penting, saya akan menunjukkan bagaimana kita dapat mengimani janji-janji Tuhan dalam Mazmur 91 dengan penerapan yang perlu selama masa² wabah yang semakin meluas dan belum tahu kapan akan berakhir ini.
Pertanyaan [1] :
Bagaimana sebaiknya menghadapi wabah corona ini dalam suatu cara yang Tuhan kehendaki, yang disandarkan pada kebenaran firman dan janji²Nya?
1) Mencari perlindungan pada Tuhan, berlari serta bernaung kepada-Nya.
Wabah yang belum seberapa ini menjadi peringatan bagi setiap orang tentang betapa rentannya manusia itu. Setiap pribadi seharusnya membuka hati pada Tuhan, bertobat merendahkan diri d hadapan Yang Mahatinggi dan mengakui kemahakuasaan dan kedaulatan-Nya itu. Inilah saatnya, memohon kasih karunia dan percaya bahwa sebagaimana disuratkan dalam Alkitab, Tuhan saja yang berkuasa baik itu menjaga umat-Nya dari suatu bencana maupun yang menghentikan wabah yang menimpa.
2) Sebagai orang percaya, inilah saatnya kita mengambil keputusan untuk memiliki hati yang melekat pada Tuhan serta rindu mengalami kedahsyatan kuasa-Nya. Sebab hanya dalam persekutuan yang intim dengan Tuhan saja ada jaminan perlindngan yang melampaui kemampuan manusia.
Jika dunia diingatkan untuk menyadari keberadaan mereka yang lemah dan terbatas ini dan supaya mencari pengharapan yang pasti lebih daripada bersandar pada kemampuan mereka, maka anak² Tuhan sekarang ini sedang diingatkan untuk masuk dalam keintiman dan kedalaman hubungan dengam Tuhan. Bukan sekedar beragama. Atau beribadah dalam rutinitas seremonial –lalu merasa cukup dengan itu semua.
Sudah saatnya semua yang mengaku sebagai umat Tuhan tidak sekedar berhubungan dengan Tuhan _demi_ kepentingan²nya sendiri. Inilah waktunya Tuhan disembah karena kita mengasihi Dia –bukan karena kita ingin dikasihi dan menikmati berkat²Nya semata dalam hidup kita. Dan inilah saatnya setiap anak Tuhan mengetahui bahwa berkat perlindungan yang besar itu hanya dijanjikan dan digenapi bagi orang-orang yang mengasihi Dia di atas segalanya.
3) Jika kita telah melekatkan hati kita pada Tuhan (tentunya setelah melalui proses pemeriksaan diri yang jujur dan rendah hati), kita HARUS PERCAYA DENGAN SEPENUH HATI bahwa Tuhan PASTI menjaga, melindungi, dan menudungi kita dari segala malapetaka yang mengerikan, mencelakakan dan mematikan.
Di saat² seperti sekarang, inilah salah satu yang dimaksud Tuhan sebagai “waktunya umat Tuhan bersinar di tengah gelapnya dunia”. Dengan cara apa? Dengan tidak menjadi takut akan apapun yang terjadi. Dengan tidak menjadi cemas, kuatir dan panik. Dengan tidak menjadi tertekan, stress atau depresi ketika berita² dan keadaan² di sekitar kita memburuk dan semakin menakutkan. Tidak menjadi marah, jengkel, bersungut-sungut, atau merasa jenuh dan muak dengan situasi yang tidak sama dengan yang biasanya kita jalani, yang menghalangi kita mengisi waktu dengan kegiatan² yang kita sukai dan yang menghasilkan pendapatan atau keuntungan bagi kita. Dengan tetap menikmati damai dan sukacita Tuhan, bersukaria, bergembira dan tetap tertawa dalam kegirangan ilahi. Bukankah firman-Nya berkata, “Yang hatinya teguh Kaujagai dengan damai sejahtera, sebab kepada-Mulah ia percaya” (Yesaya 26:3) dan Ia menyediakan damai sejahtera yang melampaui segala akal memelihara hati dan jiwa kita saat kita menyerahkan segala kekuatiran dan ketakutan kita (Filipi 4:6-7)?
Kepercayaan kita bahwa Tuhan menjaga kita tidak boleh dinyatakan dengan sikap yang gegabah dan sembrono dengan mencoba melakukan aktivitas yang biasanya kita lakukan sebelum ada wabah. Tanpa petunjuk atau pimpinan Tuhan yang jelas, itu akan termasuk sebagai suatu SIKAP MENCOBAI TUHAN (yang akan dijelaskan dalam pertanyaan berikutnya).
Keyakinan harus ditunjukkan dengan tetap tenang ketika sekitar kita dilanda wabah yang membawa maut ini. Ini dapat dipraktekkan pada saat kita memang benar² harus melakukan tugas kita yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan kita sehari-hari. Ambillah beberapa contoh. Misalnya, selagi mengikuti pengaturan yang ditetapkan pemerintah untuk kepentingan bersama menanggulangi wabah corona ini, kita merasa perlu untuk keluar rumah untuk kepentingan yang tidak dapat ditunda (seperti berbelanja kebutuhan pokok, mengantar barang, atau katakanlah perlu mengadakan pertemuan secara langsung yang tidak bisa digantikan dengan pertemuan online), kita dapat melakukannya dengan pemahaman bahwa setelah kita melakukan bagian kita menjaga diri dan kesehatan semaksimal mungkin maka selebihnya KITA HARUS TEGUH BERDIRI DALAM KEYAKINAN BAHWA TUHAN PASTI MENJAGA KITA DARI SERANGAN VIRUS-VIRUS YANG BELUM ADA PENANGKALNYA INI (sebagaimana yang dinyatakan dalam janji² Tuhan dalam Mazmur 91).
Prinsip dan pengertian ini juga dapat diberlakukan dalam situasi² yang mengharuskan seorang anak Tuhan terjun di tengah² wabah oleh karena belum ada pilihan lain untuk itu, seperti misalnya harus masuk kerja (dalam profesi yang tidak diliburkan sekalipun terjadi karantina wialyah misalnya) atau bagi mereka yang menjadi tenaga² medis maupun petugas² keamanan di garis depan untuk memastikan kelangsungan penanganan wabah ini terkoordinasi dengan baik. Mereka semua, khususnya anak² Tuhan, harus bertugas dan bekerja dengan keyakinan ini.
Itu pula yang dilakukan oleh hamba Tuhan John G Lake yang telah menjadi inspirasi banyak anak Tuhan hingga saat ini. Seorang dokter yang bertugas pada saat ada wabah di Afrika dan ia harus berhadapan dengan korban² yang tertular untuk menolong mereka. Tidak sedikit tenaga medis yang tewas karena tertular. Namun dengan penuh keberanian dan iman, John G Lake menunjukkan kepada rekan²nya bahwa bakteri² penyebab wabah itu mati dengan sendirinya beberapa saat setelah ditempelkan ke badannya.
Dalam tindakan² iman seperti inilah, kita sesungguhnya beroleh kesempatan mengalami sendiri penggenapan kuasa dan janji Tuhan yang dahsyat dari Mazmur 91. Kita berkesempatan melihat betapa rapat, kuat dan sempurna perlindungan-Nya bagi orang yang mengasihi Dia dan hidup dalam persekutuan intim dengan Dia.
4) Mengikuti instruksi dari pemerintah lokal dan pusat yang dipandang baik, perlu dan telah terbukti berguna untuk menanggulangi wabah yang sedang terjadi
Telah banyak yang dibagikan mengenai hal ini seperti hal memperhatikan kebersihan diri, menjaga kesehatan dan imunitas tubuh, tidak banyak aktivitas di luar rumah atau bepergian, menjaga jarak yang aman supaya tidak tertular ketika harus keluar rumah dan sementara berinteraksi dengan orang lain. Dalam bidang rohani keagamaan, itu juga berarti menutup sementara atau meniadakan acara² ibadah yang sifatnya mengumpulkan banyak orang di satu tempat.
Setiap anjuran, himbauan bahkan perintah dan larangan sudah seharusnya kita perhatikan sebagai bagian dari sumbangan (kecil dan paling minimal) dari kita untuk bekerja sama mengatasi wabah yang sedang melanda seluruh dunia. Janganlah kita mengabaikan semua ini, kecuali ada pengaturan dan petunjuk khusus dari Tuhan untuk tidak melakukannya karena ada maksud dan tujuan Tuhan sendiri.
Dalam hal ini, penggunaan hikmat menjadi lebih penting dalam praktik kehidupan sehari-hari di tengah² bencana yang sedang terjadi ini. Melalaikan kebijaksanaan saat krisis semacam ini merupakan suatu kebodohan dan (lagi-lagi) dapat disebut sebagai sikap mencobai Tuhan
5) Tidak mencobai Tuhan
Apa yang dimaksud sebagai “mencobai Tuhan” akan dibahas lebih mendetail dalam jawaban pertanyaan berikutnya. Secara ringkas, mencobai Tuhan terkait kondisi wabah ini, berarti bertindak lalai, ceroboh, sembrono, tidak berhati-hati, kurang pertimbangan dan menantang bahaya yang tidak perlu. Bukan demikian sikap orang yang mengenal Tuhan dan kehendak-Nya.
6) Isilah waktu-waktu yang lebih luang sebagai kesempatan mencari dan mengenal Tuhan lebih lagi. Termasuk dengan mempererat hubungan² di antara keluarga
Ada banyak orang yang terkejut dan tidak biasa dengan perubahan mendadak ini. Mereka terpaksa menjalani karantina. Tidak banyak yang tahu bagaimana mengisi hari²nya di luar apa yang biasa dilakukannya.
Namun, jika kita mau memasang telinga rohani kita, seharusnya kita tahu apa maksud Tuhan. Khususnya dalam kaitannya dengan sikap dan respon kita terhadap Tuhan ketika keadaan sehari-hari dalam keadaan normal.
Jawablah pertanyaan² berikut ini dan jujurlah :
- Untuk kegiatan apakah sebagian besar waktu yang kita lalui sehari-hari? Sibukkah kita mengejar materi dan menikmati kenyamanan hidup dengan menghabiskan waktu dan sumber daya memuaskan keinginan² kita?
- Berapa banyak waktu sehari-hari yang kita benar² gunakan untuk mencari Tuhan dan mengenal Dia lebih lagi?
- Berapa sering kita berdoa dan merenungkan Tuhan bersama keluarga kita sendiri? Adakah kita memuridkan anak² kita dan mengajar mereka jalan² Tuhan dalam keseharian kita?
- Bahkan seandainya kita rajin beribadah sepanjang minggu, berapa banyakkah kita benar² memberikan pikiran, perasaan dan hati kita untuk benar² merenung, menyelami dan menyelidiki kehendak, kerinduan dan harapan Tuhan SECARA PRIBADI pada kita?
- Seberapa banyakkah waktu yang telah kita sediakan UNTUK MENYENDIRI DENGAN TUHAN, lebih dari berkumpul dengan (dan menggantungkan diri pada) komunitas gereja dengan segala aktivitas pelayanan yang mengikutinya?
- Adakah kita mencari tahu dan menyelidiki apa maksud Tuhan di balik keadaan² akibat wabah ini yang memaksa kita menghentikan segala rutinitas dan kebiasaan kita selama ini? Terhadap diri kita, keluarga kita, gereja kita, kota dan bangsa kita atau bahkan seluruh dunia ini?
- Berapa banyak pula waktu yang kita sediakan untuk membina hubungan yang akrab serta mendalam dengan anggota² keluarga kita: dengan suami, istri, dan anak²kita? Sudahkah kita melatih dan mendidik mereka menjadi murid² Kristus yang sejati, menanamkan prinsip² kebenaran dan firman di tengah² keluarga kita?
Inilah berbagai hal yang pada masa² seperti sekarang ini semestinya dapat mempertajam pengenalan kita akan Tuhan dan melatih kepekaan kita mendengar suara dan tuntunan-Nya apabila selama ini kita merasa sukar menangkapnya akibat begtu saratnya hidup kita dengan urusan² (duniawi) kita seolah-olah kita akan hidup seribu tahun lagi di muka bumi ini.
7) Turutlah berpartisipasi dalam kegerakan² rohani maupun sosial sebagaimana yang Roh Kudus dorong dan gerakkan di hati kita
Masa² seperti ini seharusnya tidak menghalangi kita untuk berdiam diri dan merenungi nasib. Saat pekerjaan sehari-hari berkurang kuantitasnya, kita dapat mengalokasikan waktu yang ada untuk melayani Tuhan dan sekitar kita yang membutuhkan.
Dari sisi rohani, kita dapat melayani rekan² yang masih belum kuat iman. Dengan berbagi kesaksian, renungan, nasihat dan pengajaran melalui media² sosial yang ada. Begitupun dalam kegerakan doa. Kita dapat dengan tekun dan setia membawa gereja bahkan seluruh rakyat di hadapan Tuhan. Meminta belas kasihan dan kemurahan-Nya supaya wabah ini berlalu dan terutama supaya setiap hati terbuka kepada Tuhan, berbalik dan merendahkan diri pada Tuhan, yang memegang setiap kunci pemulihan atas setiap keadaan.
Bagi yang memiliki kelebihan secara finansial, materi, dan jaringan dapat bergabung dengan suatu wadah atau komunitas yang teruji dan benar² mengusahakan penyaluran bantuan dengan efektif dan tepat guna. Tuhan sendiri yang akan menuntun setiap anak²Nya atau bahkan tidak menutup kemungkinan jika Tuhan sendiri yang menggerakkan anak²Nya untuk berperan aktif memimpin suatu gerakan sosial untuk meringankan beban penderitaan akibat wabah ini.
Kesimpulan : menghadapi wabah yang sedang terjadi, kita harus beriman sekaligus berhikmat. Beriman dalam hal percaya bahwa Tuhan sanggup menjaga dan melindungi kita yang mengasihi Dia. Berhikmat dalam hal kita bertindak mengikuti akal sehat, menaati aturan yang baik dan berguna menjaga kesehatan kita, tidak gegabah dalam bertindak untuk sekedar memuaskan keinginan untuk hidup seperti yang sebelumnya kita jalani dan inginkan. Langkah² di atas itulah yang merupakan perpaduan antara iman dan hikmat.
PERTANYAAN [2] ;
Apa sebenarnya yang dimaksud dengan mencobai Tuhan? Bagaimana kita dapat jatuh dalam sikap mencobai Tuhan dalam kaitannya dengan wabah yang sedang berlangsung?
• Ada yang menarik pada saat membahas Mazmur 91. Di Perjanjian Baru, salah satu ayat dalam Mazmur tersebut pernah dikutip oleh iblis saat ia mencobai Yesus setelah Yesus berpuasa 40 hari 40 malam lamanya.
Kemudian Iblis membawa-Nya ke Kota Suci dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah,
lalu berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu."
Yesus berkata kepadanya: "Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!"
Matius 4:5-7
Iblis menggunakan salah satu janji Tuhan di Mazmur 91 untuk menjebak Yesus. Atas dasar bahwa janji itu tertulis di Alkitab dan Yesus adalah Hamba yang diutus oleh Bapa, si jahat berusaha meyakinkan Yesus bahwa janji itu adalah bagi-Nya dan dapat diklaim Yesus kapan saja Ia memerlukannya.
Jawaban Yesus mengejutkan iblis. Tegas, Yesus menjawab, “Engkau tidak boleh mencobai Tuhan, Allahmu!”
• Menelisik berbagai ayat di Alkitab, mencobai Tuhan memiliki ciri² sebagai berikut
1> dari bahasa aslinya itu berarti "menguji” Tuhan atau “menempatkan Tuhan dalam suatu ujian atau tes.”
2> memberikan ujian kepada Tuhan jelas merupakan sikap yang mencerminkan kesombongan, lancang dan kurang ajar –mengingat siapa manusia dan siapa Tuhan itu. Tuhan tidak perlu diuji karena Dia sepenuhnya sempurna, baik dan kasih adanya. Kitalah yang perlu diuji dan membuktikan apakah diri kita telah benar di hadapan Tuhan
3> memiliki motif² mempertanyakan dan mengandung sikap tidak percaya bahwa Tuhan itu berkuasa dan berdaulat, dan pasti melakukan bagian-Nya sesuai yang dijanjikan-Nya. Banyak yang mengklaim janji Tuhan seperti menunjukkan dirinya sebagai orang yang percaya akan janji Tuhan, padahal bisa jadi sebaliknya. Seorang yang suka mendesak-desak Tuhan memenuhi janji-Nya mungkin saja ia tidak percaya bahwa Ia sanggup menggenapi janji-Nya itu.
4> terbit dari sifat egois atau mementingkan diri sehingga Tuhan harus membuktikan sesuatu kepada manusia dan menuruti kemauan manusia karena telah menjanjikan sesuatu kepada manusia.
5> acapkali diilhami oleh iblis atau roh² jahat untuk melawan Allah
6> dipandang sebagai suatu yang jahat dan berdosa di hadapan Tuhan
7> terbukti mengakibatkan banyak yang binasa dan binasa sebelum waktunya dan dalam keadaan yang tidak seharusnya
8 >muncul dalam perbuatan² semacam :
- mempertanyakan keberadaan Tuhan yang telah nyata berkarya (Kel. 17:7)
- melawan dan menentang hamba sejati pilihan Tuhan (Kel. 17:2; Bil. 21:5-6)
- membebalkan diri dan tidak mau melihat perbuatan² Tuhan yang dahsyat (Bil. 14:22)
- menuntut Tuhan untuk memuaskan selera, keinginan dan nafsu mereka (Maz. 78:18)
- memberontak terhadap pengaturan yang telah Tuhan tetapkan bagi kebaikan mereka (Maz. 78:56)
- dengan sikap tidak bersyukur tetapi mengeluh dan menuntut Tuhan memenuhi keinginan mereka (Maz. 106:14; Bil. 7:1-7)
- menyangka dapat menipu Tuhan dan hamba²Nya (Kis. 5:9)
- dengan tidak pernah mengakui karya dan penyertaan Tuhan, memandang rendah atau kurang apa yang dilakukan-Nya dalam hidup ini, menolak kedaulatan dan otoritas Tuhan atas hidupnya serta mengeraskan hati kepada Tuhan (Ibrani 3:8-9)
- dengan menantang Tuhan membuktikan janji²Nya dan menunjukkan kuasa-Nya demi memuaskan ego dan kepentingan sendiri (Mat. 4:5-7)
• Dalam hal ini, apa yang Iblis mintakan kepada Yesus, walaupun didasarkan pada janji Tuhan tertulis dalam kitab suci, merupakan sikap mencobai Tuhan. MENGKLAIM JANJI TUHAN DENGAN SEMBARANGAN, DI LUAR KEHENDAK DAN TUJUAN TUHAN, HANYA UNTUK MENCARI PEMENUHAN TUJUAN-TUJUAN SENDIRI (TERMASUK UNTUK MEMEGAHKAN DIRI DAN MENUNJUKKAN DI HADAPAN ORANG SEBAGAI MANUSIA PILIHAN TUHAN) merupakan suatu perbuatan MENCOBAI TUHAN. Mengapa demikian?
• Orang yang mencobai Tuhan memandang Tuhan bukan sebagai penguasa hidupnya. Ia memandang Tuhan sebagai pribadi yang setara atau bahkan lebih rendah darinya. Ia dengan lancang melihat dirinya sebagai sosok spesial dimana Tuhan menjadi pelayannya. Jika ia tidak puas, ia dapat menumpahkan amarah kekesalannya kepada Tuhan seenaknya sendiri. Ia hanya sedikit memiliki hormat dan takut kepada Tuhan. Alih², merendahkan diri dan mencari tahu apa yang Tuhan kehendaki dari hidupnya, ia memaksa Tuhan memenuhi semua keinginan hatinya. Ia _petentang petenteng_ menyatakan diri sebagai umat Tuhan, anak Raja. orang pilihan Tuhan, dan sebutan² lain yang lebih menekankan posisi dan kedudukannya yang tinggi daripada sujud menyembah di hadapan keagungan Tuhan.
• Lalu bagaimana dengan menggunakan otoritas yang Tuhan berikan? Tidakkah kita harus tampil dengan berani menyatakan diri sebagai anak² Allah yang diberik kuasa dari tempat yang mahatinggi?
Tentang ini, kita harus memahami bahwa Tuhan yang kita sembah bukan Allah yang gemar memamerkan dan menyombongkan diri. Ia memiliih jalan yang rendah dan tidak terlihat untuk menyatakan perbuatanNya yang dahsyat itu. Seorang raja tidak perlu mengatakan dan menegaskan berkali² kepada semua orang bahwa ia itu raja. Jika orang mengenal Dia, semua akan tahu dan segera menundukkan diri di hadapannya, karena ia adalah raja –sekalipun saat itu ia berpakaian seperti rakyat jelata.
Kedudukan kita di hadapan Tuhan dikenal oleh penghuni sorga dan penguasa kerajaan kegelapan. Tidak perlu kita menampilkan diri dengan berbagai gaya untuk menunjukkan keistimewaan kita dalam Tuhan. Kita harus berani, tegas dan berdiri teguh melawan kuasa kegelapan, cukup dengan tampilan yang bersahaja dan biasa saja. Sebab jika Yesus Tuhan tampil demikian rendah hati, siapakah kita sehingga menampilkan diri melebihi Tuhan dalam kehambaan-Nya?
• KITA TIDAK BOLEH MENCOBAI TUHAN PADA MASA-MASA WABAH SEPERTI SEKARANG INI.
Bagaimana kita bisa mencobai Tuhan pada saat menghadapi wabah?
Dengan cara yang tidak layak (yang sebenarnya suatu sikap lancang dan kurang ajar) mengklaim bahwa diri kita sudah pasti terlindung dari segala penyakit dan malapetaka, lalu secara ceroboh melakukan aktivitas yang seharusnya tidak dilakukan karena dapat membahayakan kita sendiri maupun orang lain, seperti misalnya tertular dan menulari orang lain.
Jika kita hendak menunjukkan kuasa Tuhan, LAKUKANLAH ITU TIDAK DENGAN GEGABAH dan SEKEHENDAK HATI SENDIRI. Carilah kehendak dan perkenan Tuhan (seperti halnya John G Lake, yang dengan sekehendak Tuhan diyakinkan untuk tetap melayani yang sakit di tengah² wabah yang ganas) dan pastikanlah Tuhan hendak memakai kita sebagai alat untuk menyatakan kebesaran kuasa-Nya. Pastikan bahwa itu sungguh² merupakan pimpinan Tuhan, yang kelak akan nyata dan terbukti kuasa Tuhan bekerja di dalam dan melalui kita. Itu haruslah seperti pelayanan Yesus, yang tiada takut melayani orang² yang kusta, tak undur bertemu dengan orang yang dirasuk ribuan roh jahat, tak surut melangkah ketika semua orang menertawakan-Nya saat Ia mengatakan anak Yairus yang mati itu sedang tidur, yang memilih menunda datang saat Lazarus sakit dan memilih datang saat saudara Marta dan Maria itu telah dikubur empat hari lamanya dan yang hanya menyembuhkan satu orang lumpuh di antara ratusan orang sakit yang berbaring di kolam Bethesda!
Semua yang Yesus lakukan berdasar petunjuk dan kehendak Bapa. Bukan dengan sembarangan ia bergerak, melangkah dan melayani. Jika ada yang sembarangan dan semau sendiri, percayalah Tuhan tidak akan membiarkan seseorang terus melayani dengan cara seperti itu. Jika tidak berjaga-jaga, suatu kali ia akan jatuh karena mencobai Tuhan.
• Semua janji Tuhan diberikan pada kita sesuai dengan ketetapan firman-Nya. Meski demikian, kita harus memahami tujuan-Nya, yaitu mengapa Ia memberikan janji itu kepada kita. Janji itu tidak seharusnya dipandang sebagai suatu permainan atau digunakan semau kita sendiri. Sebaliknya, kita harus memandang bahwa janji itu merupakan kasih karunia dan kemurahan Tuhan bagi kekasih-kekasih-Nya, yang diberikan sebagai bukti kekuasaan dan kedaulatan-Nya kepada mereka yang berlindung di bawah kepak sayap-Nya.
Oleh karena janji-Nya itu, kita tidak menjadi goncang atau takut akan wabah yang menimpa, tidak menjadi lemah dan putus asa namun dalam pimpinan-Nya, kita akan bergerak mengambil bagian menjadi jawaban bagi keadaan dunia yang sedang dalam kekelaman ini.
• Dapat disimpulkan di sini, terkait wabah yang sedang terjadi, janganlah kita mencobai Tuhan dengan bertindak di luar apa yang dikehendaki dan dipimpinkan-Nya kepada kita. Kita pegang janji-Nya tetapi tidak menjadi ceroboh dengan menantang bahaya tanpa jaminan yang jelas bahwa Tuhan pasti menyelamatkan kita dari kondisi berisiko yang kita terobos itu.
PERTANYAAN [3] :
Jika demikian, berdasar berbagai penjelasan di atas, apa yang sesungguhnya terjadi terhadap anak² Tuhan dan pendeta² yang menjadi korban dan meninggal akibat wabah corona sekarang ini?
• Terhadap pertanyaan ini, pertama-tama, harus saya sampaikan bahwa dari apa yang terjadi, yakni jatuhnya korban orang² Kristen dan pendeta² Kristen akibat wabah corona, kita terutama :
- seharusnya tidak boleh menghakimi dengan menuduh dan memberikan cap ini dan itu kepada para korban;
- merenungkan semuanya dan menjadikannya sebagai bahan pelajaran dan perenungan akan jalan² Tuhan;
- di atas segalanya, kita harus fokus memeriksa hidup kita dan meminta Tuhan menguji kita apakah kita telah menjadi orang-orang yang berlindung pada Tuhan, memiliki hati yang melekat pada Tuhan dan telah mengenal Dia secara pribadi
• Berangkat dari peristiwa yang terjadi, kita bisa mengambil pelajaran dan kesimpulan penting, DARI SUDUT PANDANG TUHAN, akan kemungkinan² yang terjadi pada mereka yang telah menjadi korban karena wabah ini :
1) mereka tidak termasuk orang² yang mendapatkan perlindungan Tuhan yang ajaib sebagaimana dijanjikan dalam Mazmur 91;
2) mereka kemungkinan telah melakukan tindakan yang ceroboh, mengabaikan peringatan dan larangan yang perlu untuk kesehatan mereka, yang tanpa mereka sadari telah mencobai Tuhan;
3) mereka tidak percaya atau belum memiliki iman yang teguh akan janji perlindungan Tuhan maupun kesembuhan yang dari Tuhan, mereka hanya menggantungkan diri pada kemampuan manusia dan sarana² kesehatan semata;
Dari uraian di atas, SEKALI LAGI saya ingatkan, bahwa itu semua bukan merupakan poin² untuk menilai dan menghakimi orang lain, lebih² orang yang telah meninggal. Jadikanlah itu pelajaran, sama seperti halnya dalam 1 Korintus 10, rasul Paulus menyuruh jemaat mengambil pelajaran dari kisah² kegagalan dan kematian orang Israel di padang gurun sebagai sarana untuk mengenal kehendak Tuhan dan mendekat lebih lagi kepada Tuhan.
Semuanya ini telah menimpa mereka sebagai contoh dan dituliskan untuk menjadi peringatan bagi kita yang hidup pada waktu, di mana zaman akhir telah tiba.
Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!
1 Korintus 10:11-12
Kita yang diperingatkan seharusnya mawas diri. Menghakimi diri sendiri merupakan kewajiban setiap kita, ketimbang meneliti dan menilai hidup orang supaya kita merasa lebih baik. Memeriksa diri, mengoreksi hati lalu menjaganya tetap murni tertuju pada Tuhan adalah langkah terbaik. Itulah yang memastikan kita berada pada jalur dimana Tuhan akan menunjukkan kuasa perlindungan-Nya bagi kita.
• Jika oleh karena penjelasan di atas kemudian timbul pertanyaan, apakah yang tidak terkena wabah corona adalah orang² yang beroleh janji perlindungan Tuhan?Jawabannya, tentu tidak sepenuhnya.
Bagi orang yang takut akan Tuhan, hidup mengasihi Tuhan dan mengenal Tuhan secara pribadi, kita dapat menyimpulkan bahwa Tuhanlah yang menjaga, memelihara dan melindungi mereka di masa² mengerikan seperti ini. Sejarah mencatat bahwa ketika wabah terjadi di masa Martin Luther, kota² yang didiami komunitas Kristen memiliki jumlah korban jiwa yang lebih sedikit daripada daerah yang sedikit atau tidak ada komunitas Kristennya. Tidakkah ini berarti Tuhan menjaga umat-Nya sekaligus memberikan hikmat dan kekuatan kepada anak²Nya, untuk menahan dan meminimalkan dampak wabah yang terjadi
¬Bagi yang tidak takut akan Tuhan, tidak mengasihi Tuhan atau bahkan mungkin sama sekali tidak mengenal Kristus, jika mereka selamat dari wabah ini, maka itu harus dipandang sebagai suatu kasih karunia. Bukan tanpa sebab dan alasan, Tuhan memperpendek usia orang, begitu pula dengan memberikan perpanjangan umur baginya. Setiap orang yang kepadanya masih diberikan nafas untuk melanjutkan hidupnya di dunia ini seharusnya mengambil waktu untuk merenungkan tentang kehidupan dan tentang Tuhan, Sang Pemberi Kehidupan. Tentang bagaimana ia seharusnya menjalani hidup setelah wabah ini dan apa yang lebih utama dikejar dalam hidup. Sudah seharusnya ketika wabah ini berlalu, setiap orang keluar dengan pengalaman yang baru dan pengertian yang baru tentang keberadaan dirinya, tentang dunia tempatnya tinggal, tentang makna hidup dan tentang eksistensi Yang Mahakuasa.
Ada banyak hal yang akan didefinisikan ulang pasca wabah ini. Definisi ulang tentang agama dan kuasanya. Tentang beribadah, Tentang keimanan manusia. Tentang pribadi Tuhan. Tentang moral. Tentang sifat manusia. Tentang bagaimana berhubungan dengan Tuhan. Tentang tempat ibadah. Tentang gaya hidup sehari-hari. Tentang hubungan-hubungan antar manusia : hubungan sosial, hubungan keluarga, hubungan antara pemerintah dan rakyat, hubungan antar sesama warga suatu bangsa dan sesama warga dunia. Semuanya perlu didefinisikan ulang –supaya kita menyadari betapa banyaknya hal yang kita tidak ketahui dan barangkali selama ini telah menentang atau melawan kehendak Tuhan, yang menciptakan dan memegang kendali atas alam semesta dan bumi kita ini.
Jika kita gagal menangkap maksud Tuhan di balik ini semua, kita akan menjadi kebalikan dari apa yang Tuhan harapkan. Kita akan keluar sebagai penyintas wabah ini sebagai orang² yang lebih bebal, lebih congkak, lebih agamawi, lebih keras, makin menghakimi, makin jahat dan bejat, makin berani mencobai Tuhan, makin keras hati dan tegar tengkuk. Terhadap tingkah polah manusia yang demikian, akan ada hajaran yang lebih menyakitkan lagi sampai manusia (dan setidaknya gereja Tuhan) memahami maksud dan kehendak Tuhan melalui peristiwa² yang menggoncang dan menyakitkan ini.
KESIMPULAN DAN PENUTUP
Wabah corona bukanlah sesuatu yang menakutkan apabila kita mencari perlindungan pada Sang Penjaga Israel, Penjaga Semua Umat-Nya. Ini tidak seharusnya membuat kita berhenti melangkah dalam kehendak dan rencana Tuhan. Justru wabah ini semestinya membawa kita makin mendekat dan intim dengan-Nya. Tuhan telah memberikan pintu kesempatan untuk kita mencari Dia pada masa² ketika semua kegiatan dihentikan sementara secara massal.
Pada saat² seperti ini, sesungguhnya kita tidak dapat mencari² alasan karena kesibukan kita sehingga kita tidak memiliki waktu untuk mencari Tuhan!
TUHAN, yang sanggup menghentikan tulah atas Mesir seketika saja oleh karena doa Musa, hamba-Nya, Dia pula yang pasti sanggup melakukan hal itu sekarang apabila KITA BERSERU-SERU KEPADA-NYA BUKAN SUPAYA SEGERA DIBEBASKAN DARI WABAH INI (seperti harapan Firaun) MELAINKAN SUPAYA HATI KITA DIUBAHKAN MELALUI PERISTIWA INI UNTUK MAKIN TAKUT AKAN DIA, TIDAK LAGI MUDAH MENGABAIKAN DIA, APALAGI MEREMEHKAN DAN MENOLAK DIA. TETAPI BIARLAH INI MEMBAWA KITA DATANG DI ATAS LUTUT KITA, BERDOA, MERENDAHKAN DIRI, BERBALIK DARI APA YANG SALAH SELAMA INI, MENCARI WAJAH-NYA (SUATU PERSEKUTUAN DENGAN PRIBADI-NYA) AGAR SETELAH INI KITA DAPAT SELARAS DENGAN DIA, MENJADI MEMPELAI KRISTUS YANG MEMPERSIAPKAN DIRI UNTUK DISEMPURNAKAN BAGI DIA JELANG KEDATANGAN-NYA KEDUA KALI.
Biarlah melalui wabah ini, kita disadarkan bahwa yang terutama dalam hidup ini adalah terhubung dengan TUHAN, mengikut Yesus Kristus dan melekat kepada-Nya seumur hidup kita, memastikan bahwa hidup kita dijalani di atas Batu Karang Yang Teguh, Kerajaan yang Tidak Tergoncangkan, dan pada Pengharapan yang Tidak Akan Mengecewakan.
Saat kita melakukannya, kita beroleh jaminan yang tak ternilai. Baik sekarang di bumi maupun nanti di kekekalan bersama-sama dengan Tuhan.
Maukah Anda?
Salam Revival!
Indonesia Penuh Kemuliaan Tuhan
0 komentar:
Posting Komentar
Mohon TIDAK menggunakan kata-kata kotor atau kasar yang tidak memuliakan nama Tuhan. Terima kasih atas perhatiannya. Salam Revival!
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.