Oleh : Peter B, MA
Menerima firman Tuhan melalui membaca atau
mendengar firman (dalam bentuk apapun, biak itu tulisan, khotbah, nubuatan,
pengajaran atau nasihat) bukan suatu proses yang mendatangkan hasil yang sama
bagi setiap orang. Suatu pesan rohani, hasilnya, pertama-tama ditentukan dari
isi dan bunyi pesan itu (apakah lahir dari hati Tuhan dan hikmat-Nya atau
permainan kata-kata dan kefasihan bicara manusia semata). Yang kedua, hasilnya
ditentukan oleh bagaimana para pendengarnya merespon pesan Tuhan itu.
Salah satu pernyataan dari seorang hamba Tuhan
dari Amerika yang selalu saya ingat dan tanamkan di hati adalah tentang
bagaimana kita dapat menafsirkan dan menangkap pesan Tuhan dengan tepat. Ia
mengatakan, "Membaca Perjanjian Baru dengan hati Perjanjian Lama, hanya akan
membuat kita menemukan hukum demi hukum dan akan berakhir dengan sikap
menghakimi orang lain. Sebaliknya, jika kita membaca Perjanjian Lama dengan
hati Perjanjian Baru, maka kita akan menemukan kasih karunia dalam ayat-ayat
Perjanjian Lama itu."
Yang dimaksud sebenarnya adalah bahwa
Perjanjian Baru yang banyak berbicara mengenai kasih karunia Tuhan dapat
ditangkap dan diajarkan sebagai firman Tuhan yang menghukum dan menuntut orang
dengan berbagai kewajiban serta pelaksanaan serangkaian hukum-hukum yang
membebani jiwa -jika hati kita memandang Alkitab sebagai aturan serta
hukum-hukum agama belaka. Di sisi lain, Perjanjian Lama yang mengesankan
penghakiman dan desakan untuk pertobatan dari kitab-kitab Taurat maupun
nabi-nabi dapat dipandang sebagai kitab-kitab yang penuh kandungan pesan kasih
sayang dan belas kasihan dari Tuhan apabila kita memiliki hati yang telah
diperbaharui, yang telah merasakan dan mengenal Tuhan sebagai pribadi yang
penuh kasih kemurahan.
Yang hendak saya sampaikan di sini adalah :
PENAFSIRAN ATAU MAKNA YANG KITA PEROLEH AKAN AYAT-AYAT ALKITAB ATAU PESAN
ROHANI APAPUN YANG DISAMPAIKAN PADA KITA SANGAT TERGANTUNG DENGAN SIKAP HATI
KITA.
Berikut ini beberapa contoh yang bisa
diberikan :
Hati yang agamawi (yang dipenuhi semangat melakukan
aturan-aturan agama tapi tanpa hubungan pribadi dengan Tuhan) dan cenderung
memandang hubungan dengan Tuhan sebagai serangkaian hukum dan tata cara agama
semata akan menerima pesan-pesan Tuhan sebagai tekanan atas hidupnya atau akan
menggunakannya sebagai alat untuk menuntut dan menghakimi orang lain.
Sebaliknya, hati yang telah lahir baru, yang
dipenuhi kasih Tuhan akan menerima setiap hukum-hukum Tuhan sebagai sesuatu
yang manis dan menyegarkan jiwa.
Hati yang terpikat dan tertuju pada hal-hal
duniawi memandang firman Tuhan sebagai sarana-sarana pencapaian tujuan duniawi
dan materi. Hati semacam ini memahami Tuhan sebagai pribadi yang siap memenuhi
dan memuaskan apapun keinginannya akan perkara-perkara duniawi.
Akan tetapi, hati yang mengasihi Tuhan akan
menangkap pesan-pesan firman sebagai pengingat dan penuntun hidup supaya makin
berkenan dan menyenangkan hati Tuhan.
Hati yang dipenuhi keinginan dan kepentingan
diri, mencoba mencari prinsip dan pernyataan firman Tuhan yang meneguhkan dan
memperkuat kecenderungan hatinya itu. Ia bukan mencari kebenaran sejati tapi
kebenaran yang bisa digunakan membenarkan diri.
Di pihak lain, hati yang tulus menyembah dan
mengiring Tuhan akan senantiasa mencari apa sesungguhnya kehendak Tuhan, yaitu
kebenaran yang sesungguhnya, yang Tuhan maksudkan untuk dilakukan dalam
hidupnya. Seberat apapun itu kelihatannya dan seberapa banyak ia harus
berkorban melakukannya, ia dengan sukacita merangkul dan menghidupinya karena
ia mau menyukakan dan berkenan di hati Tuhan.
Hati yang puas secara rohani, menerima pesan
Tuhan dengan membanggakan diri. Seperti doa orang Farisi yang digambarkan dalam
Lukas 18:9-14, ia memahami firman sebagai serangkaian aturan yang telah ia
lakukan dalam hidupnya.
Sebaliknya, hati yang takut akan Tuhan dan
terus rindu untuk lebih lagi taat di hadapan Tuhan akan melakukan koreksi dan
introspeksi diri. Mengakui setiap kesalahan lalu mencari tahu apa yang Tuhan
selanjutnya Tuhan inginkan dalam hidupnya.
Dan demikian seterusnya.
Sekarang, pertanyaannya, hati seperti apakah
yang ada pada Anda saat belajar, membaca atau mendengar firman setiap hari?
Apakah itu hati seorang murid atau hati yang dikuasai tujuan-tujuan egois
lainnya?
Apakah ketika firman atau pesan nubuatan
disampaikan, hati Anda tertuju untuk melakukan kehendak Tuhan atau masih ingin
menegakkan kebenaran Anda sendiri sehingga menolak menguji segala sesuatu?
Adakah hati seorang murid dan hamba yang rela
diajar dan dibentuk Tuhan, yang siap sedia mengerjakan misi dan tugas dari
Tuhan atau… yang ada hanya hati yang pilih-pilih dan penuh batasan dalam
mengiring Tuhan, yang masih fokus memperoleh keuntungan-keuntungan pribadi saja
dalam menjadi Kristen???
Motif kita menentukan penerimaan dan pemahaman
kita akan firman atau pesan Tuhan.
Motif dan kerinduan yang benar akan membawa
kita pada pengenalan yang sejati akan Tuhan dan jalan-jalan-Nya, menjadikan
kita memperoleh pengertian yang benar
dan tepat akan apa yang diinginkan Tuhan atas kita. Kitapun akan dibawa dalam
suatu pengenalan yang makin dekat dan intim dengan Tuhan.
Sebaliknya, motif-motif yang mementingkan
diri, yang tidak tulus menjadi murid dan hamba pada Kristus akan mencemari
pengertian dan makna suatu pesan Tuhan. Orang akan menjadi sesat dan semakin
jauh meninggalkan kebenaran sejati.
Bukankah semua ini yang dinyatakan Yesus
ketika Ia menceritakan perumpamaan tentang berbagai jenis tanah yang ditaburi
benih? Benih itu benih yang sama tetapi tanahnya berbeda-beda. Pesan Tuhan yang
murni sekalipun akan diselewengkan ketika hati kita merupakan tanah yang tidak
subur dan tepat bagi kebenaran firman-Nya!
Berhati-hatilah dengan hati Anda.
Pastikan hati Anda merupakan tanah yang telah
diserahkan untuk digemburkan dan disiapkan untuk melaksanakan firman Tuhan!
Salam revival
Indonesia penuh kemuliaan TUHAN
0 komentar:
Posting Komentar
Mohon TIDAK menggunakan kata-kata kotor atau kasar yang tidak memuliakan nama Tuhan. Terima kasih atas perhatiannya. Salam Revival!
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.