Oleh: Peter B,
Jika kita ingin mengetahui tindakan bagaimanakah yang
termasuk dalam tindakan belas kasihan yang dikenan oleh Allah, maka
pertama-tama kita harus mendasari tindakan itu dengan agape. Seperti
apa yang telah kita pelajari bersama mengenai “agape” yaitu
kasih yang tanpa syarat dan pamrih, kasih dalam ukuran yang tertinggi, kasih
yang memberi dan berkorban bagi siapa saja, dengan kasih yang demikianlah kita
mulai menunjukkan belas kasihan kepada orang lain. Setiap tindakan yang
dilandasi oleh agape adalah
tindakan belas kasihan. Sebaliknya tindakan sehebat apapun. Sedermawan apapun,
semulia apapun di pandang orang banyak tetapi tidak didorong oleh agape, sama
sekali bukan merupakan tindakan belas kasihan. Itulah yang diungkap oleh Rasul
Paulus di awal penjelasannya mengenai agape ini:
“Sekalipun aku dapat
berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku
tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang
gemerincing. Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui
segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki
iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai
kasih, aku sama sekali tidak berguna. Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala
sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika
aku tidak mempunyai kasih, sedikitpun tidak ada faedahnya bagiku” (1Korintus
13:1-3)
Inti dari tindakan belas kasihan bukan merupakan tindakan
itu sendiri melainkan apa yang mendorong atau menyebabkan dilakukannya tindakan
itu. Setiap penyembah sejati mempraktekkan tindakan belas kasihan dalam
hidupnya dan itu disebabkan karena kasih Allah, yang adalah agape, itu telah
mengalir dan terus mengalir dalam kehidupan mereka. Kasih itu sendiri yang
menguasai mereka, mendorong, menggerakkan, memotivasi mereka untuk membagikan
kasih itu kepada semua orang.
Perbuatan-perbuatan baik itu mulia. Namun itu baru akan
berharga di mata Allah apabila didasari oleh kasih yang benar, yang tulus bagi
semua orang karena ia sungguh-sungguh mengasihi Allah dan semua orang bukan
karena ia mengasihi dirinya, mengharapkan pahala, bermaksud mendapat pujian,
ingin memperoleh penghormatan, atau karena ia ingin menebus dosa kesalahannya
di masa lalu. Jika tindakan itu dimotivasi kasih yang mengharapkan upah untuk
diri sendiri, kasih itu tidak murni lagi. Itu bukan kasih agape karena
pada dasarnya ia tidak mengasihi orang lain. Belas kasihan tidak ada padanya
untuk orang lain, melainkan untuk kepentingan-kepentingannya sendiri.
Bentuk-bentuk Nyata Tindakan Belas Kasihan
Apabila kasih sempurna Allah itu telah memenuhi hati kita,
itu akan mengekspresikan diri dalam berbagai ragam bentuk. Tidak setiap orang
melakukan seperti yang dilakukan oleh Ibu Theresa dalam menyatakan tindakan
belas kasihan. Mengapa demikian? Apakah orang yang lain, yang tidak menyatakan
belas kasihan seperti Ibu Theresa, tidak memiliki belas kasihan atau tidak
mampu menyatakan belas kasihan itu dalam tindakan mereka? Tentu saja tidak,
Jawabannya adalah karena setiap orang adalah unik. Setiap orang memiliki ciri
khas, panggilan, karunia, tujuan hidup, rencana Tuhan yang khusus bagi setiap
mereka. Berbelas kasihan kepada orang lain tidak harus ditunjukkan melalui
suatu cara yang khusus. Ini akan menjadi suatu penekanan yang ekstrim terhadap
suatu karunia yang sesungguhnya tidak semua orang yang memilikinya. Mereka yang
rindu menyatakan belas kasihan namun tidak dapat menyatakannya seperti Ibu
Theresa akan merasa sangat bersalah dan frustrasi yang seumur hidupnya akan
dihantui rasa bersalah.
Yesus pun tidak mengajarkan pernyataan tindakan belas
kasihan dalam satu cara yang khusus. Mari kita lihat beberapa kilas kehidupan
serta pengajaran Kristus:
1. Dalam Matius 25:37-40: “Maka orang-orang
benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau
lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum?
Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau
tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian? Bilamanakah kami
melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau? Dan Raja
itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu
yang kamu lalukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini,
kamu telah melakukannya untuk Aku” Dalam pengajaran Yesus melalui
perumpamaan ini, kita mengetahui bahwa tindakan belas kasihan memang harus
dinyatakan di dalam menolong mereka yang menderita, tertekan, kekurangan, dalam
keadaan terjepit. Ini pulalah yang dilakukan oleh Ibu Theresa. Ini juga yang
seringkali ditafsirkan sebagai satu-satunya tindakan belas kasihan yang dikenan
oleh Tuhan. Sayangnya, kita tidak boleh menekankan satu atau dua bagian penting
dalam Alkitab untuk menjadikannya suatu ukuran yang baku. Kita harus melihat
seluruh Alkitab jika hendak mengetahui seluruh standard Allah.
2. Dalam Markus 6:34: “Ketika Yesus
mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya
oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak
mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka” Dalam
nast ini kita mengetahui bahwa Yesus, didorong oleh belas kasihan, melayani
orang banyak. Dalam ayat-ayat selanjutnya, Yesus memang memberikan makan kepada
lima ribu orang itu, tetapi perhatikanlah bahwa itu bukan hal pertama yang
dilakukan Yesus terhadap orang banyak itu. Yang Yesus lakukan dalam peristiwa
itu, pertama-tama, saat hatiNya digerakkan oleh belas kasihan adalah memberikan
pengajaran. Jelas sekali ini merupakan hal yang berbeda dengan Matius 25:37-40
di atas, meskipun pada dasarnya didorong oleh belas kasihan yang sama.
3. Satu contoh lagi, dalam Lukas 7:13-14: “Dan ketika Tuhan
melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia berkata
kepadanya: “Jangan menangis!” Sambil menghampiri usungan itu Ia menyentuhnya,
dan sedang para pengusung berhenti, Ia berkata: “Hal anak muda, Aku berkata
kepadamu, bangkitlah!” Ini adalah peristiwa Yesus membangkitkan anak
janda dari kota Nain. Yesus mengatakan kepada ibu janda itu supaya jangan
menangis. Tetapi perhatikan, bukannya Yesus memberikan kata-kata penghiburan,
pelayanan konseling, memberikan makanan atau pakaian, membiayai pemakaman anak
itu, atau memberikan pengajaran mengenai kebangkitan orang mati kepada janda
itu. Uniknya adalah Yesus membangkitkan anak janda itu! Digerakkan oleh belas
kasihan yang sama, Yesus melakukan tindakan yang berbeda.
Apa maksud dari ketiga contoh tadi? Bagaimanakah tindakan
belas kasihan itu sesungguhnya? Kita akan segera mempelajari lebih jauh. Amin.
(Diambil dari warta Worship Center edisi 32 – 16 Agustus
2002)
0 komentar:
Posting Komentar
Mohon TIDAK menggunakan kata-kata kotor atau kasar yang tidak memuliakan nama Tuhan. Terima kasih atas perhatiannya. Salam Revival!
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.