Oleh: Peter B, MA
Nats :
Apakah gunanya,
saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman,
padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan
dia?
~ Yakobus 2:14
Bila Petrus dikenal
sebagai rasul yang dipandang banyak mengajarkan tentang pengharapan
pada Kristus dalam surat-suratnya, dan Yohanes dikenali sebagai rasul
yang mengajarkan tentang kasih, maka Yakobus dikenal sebagai rasul
yang menekankan prinsip-prinsip iman.
Oleh karena itu,
dari rasul Yakobus pula, kita dapat belajar dan memahami lebih jauh
mengenai iman kita kepada Tuhan Yesus Kristus. Salah satu hal penting
mengenai iman adalah dalam banyak hal, orang Kristen menganggap
dirinya telah termasuk sebagai golongan orang percaya atau yang telah
beriman kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Dan
oleh karenanya, mereka merasa berhak menerima dan menikmati
janji-janji berkat yang melimpah dari Tuhan sebagaimana yang
disebutkan dalam Alkitab.
Sedihnya, tidak
banyak yang mengetahui bahwa iman yang diperhitungkan oleh Tuhan
tidak seperti yang dipikirkan mereka yang mengklaim bahwa dirinya
telah memiliki iman pada Tuhan. Tuhan memiliki ukuran iman tertentu
yang baru jika ukuran itu dipenuhi, maka itulah yang dipandang-Nya
sebagai iman yang sesungguhnya kepada Dia. Dan sebaliknya, jika
ukuran iman itu belum dipenuhi, maka seberapa pun seseorang menilai
dirinya telah beriman, di hadapan Tuhan ia tetap dipandang tidak
memiliki iman.
Tanpa iman yang
bernilai di mata Tuhan, kita tidak akan diselamatkan dan menerima
kelimpahan penggenapan janji janji Tuhan. Tanpa iman yang sejati,
kita tidak pernah terhubung dengan Tuhan. Bahkan sekalipun kita
menyebut-nyebut nama-Nya, jika iman kita bukan merupakan iman yang
benar, kita hanya akan terhubung kepada kuasa-kuasa yang lain, yang
bisa jadi sekedar mengaku-ngaku sebagai Tuhan atau menyerupai Tuhan.
Tanpa iman yang
benar, kerohanian seseorang akan sesat. Ia menyangka bahwa dirinya
telah menyembah atau melayani Tuhan, namun karena kesesatan di
hatinya, ia tidak menyadari jika selama ini ia hanya menyembah Tuhan
yang hanya ada di dalam pikiran atau yang di reka-rekanya sendiri.
Kita harus memastikan bahwa iman yang ada pada kita adalah iman yang
sejati, yang akan menghantarkan kita pada pertemuan pribadi serta
persekutuan yang intim dengan Tuhan, dimana melalui iman itu
dimampukan berhubungan dan berjalan bersama Dia seumur hidup kita.
IMAN SEJATI
ADALAH IMAN YANG NYATA DALAM PERBUATAN-PERBUATAN YANG LAHIR DARI IMAN
ITU
Salah satu poin
pengajaran yang penting dari surat Yakobus telah sering kita dengar.
Itu berbunyi ”iman tanpa perbuatan pada hakekatnya adalah mati”
“Demikian juga
halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman
itu pada hakekatnya adalah mati.”
~ Yakobus 2:17
(TB)
Maksudnya tidak lain
adalah bahwa jika kita mengaku kita memiliki iman di dalam hati, maka
itu harus tampak di dalam perbuatan-perbuatan kita, dalam tingkah
laku kita, dalam gerak-gerik kita, dalam gaya hidup kita sehari-hari.
Iman yang sejati adalah iman yang ditunjukkan serta diamalkan secara
nyata dalam praktek kehidupan sehari-hari.
Jadi apabila iman
itu hanya diakui dalam mulut saja atau dalam penampilan yang sekedar
tampak beriman kepada Tuhan, belumlah cukup untuk diperhitungkan
sebagai iman yang memiliki bobot di hadapan Tuhan.
Seseorang yang
mengaku mempunyai iman kepada Tuhan tetapi tidak pernah menunjukkan
perbuatan-perbuatan yang membuktikan bahwa ia percaya akan adanya
Tuhan yang memberikan perintah padanya dan yang akan meminta
pertanggungjawaban pada setiap manusia, sesungguhnya bisa dikatakan
bahwa ia belum memiliki iman yang dikehendaki Tuhan.
Pada titik ini,
pikiran manusia yang disesatkan oleh iblis, akan berusaha membenarkan
diri dengan menunjukkan bahwa ia memiliki perbuatan-perbuatan yang
sesuai dengan imannya itu. Umumnya, perbuatan-perbuatan yang
dipandang sebagai perbuatan-perbuatan karena iman adalah berbagai
aktivitas keagamaan, khususnya dalam kegiatan-kegiatan ibadah,
pelayanan atau kerja sosial bernuansa rohani.
Namun benarkah
demikian?
Untuk menghindari
penafsiran atau pemahaman yang keliru, rasul Yakobus memberikan
ciri-ciri yang jelas apakah yang dimaksud dengan perbuatan-perbuatan
yang lahir dari iman itu. Supaya dengan demikian jelaslah bagi kita
perbuatan-perbuatan seperti apakah yang menunjukkan adanya iman di
dalam hati kita.
Poin-poin berikut
ini merupakan rangkuman dari apa yang disampaikan oleh Yakobus dalam
suratnya terkait pembahasan mengenai iman. Setiap poinnya memerlukan
perenungan dan penjabaran yang mendetail dan panjang. Akan tetapi
mengingat keterbatasan waktu dan tempat, kita hanya akan membahasnya
secara singkat.
Menurut Yakobus,
iman sejati di hadapan Tuhan yang nampak dalam perbuatan ialah :
1) Iman yang
tidak bimbang
Hendaklah ia
memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang
yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian
ke mari oleh angin.
~ Yakobus 1:6
(TB)
Jika kita mengaku
sebagai orang yang memiliki iman, akan tetapi hati kita selalu
bimbang, gelisah, tidak menentu, dibayangi ketakutan, cemas bahkan
panik, sesungguhnya hal itu menunjukkan bahwa iman belum ada di
dalam hati kita.
Orang yang percaya
benar kepada Tuhan, hatinya akan tenang teduh dalam segala keadaan,
sekalipun ia belum melihat secara pasti apa yang akan terjadi di
depannya.
Contoh sederhana
dalam kehidupan sehari-hari dapat menjelaskan tentang hal ini.
Misalkan saja, kita sedang masuk ke dalam suatu lift penumpang yang
akan membawa kita ke lantai atas sebuah gedung bertingkat. Mengapa
kita tidak merasa takut dan dengan santai memasuki ruang sempit yang
akan membawa kita terangkat saat berada di dalamnya? Jawabannya
sederhana. Karena kita percaya akan kemampuan lift itu. Yakin bahwa
ia akan membawa kita naik dengan selamat. Diyakinkan bahwa alat
tersebut aman, terjamin dan layak untuk kita tumpangi -sekalipun
sesungguhnya kita tidak benar-benar tahu secara persis apakah memang
demikian kenyataannya. Kita hanya percaya saja. Dan karena kita
percaya, maka kita tak gelisah, tak ragu-ragu, tak menjadi takut atau
bimbang saat memasukinya. Namun sebaliknya pun benar adanya. Jika
kita takut dan bimbang saat hendak naik sebuah lift, besar
kemungkinan kita tak yakin atau percaya pada kemampuan dari alat
tersebut.
Iman sejati ditandai
suatu keteguhan. Yang tak dapat dibingungkan atau digoyahkan lagi
oleh situasi apapun yang dapat melemahkannya. Kita tahu kita memiliki
iman ketika keadaan-keadaan sekitar kita menunjukkan sesuatu yang
berkebalikan dengan yang kita percaya tetapi kita tetap tinggal
percaya. Tak ada keraguan, kita yakin bahwa Tuhan pasti ada bagi
kita, mendengar setiap seru doa kita dan akan bertindak sebagaimana
yang Ia janjikan bagi kita sekalipun kita belum melihat sedikit pun
tanda-tandanya.
Iman sejati tak
segera mencari alternatif lain saat hati menjadi panik karena belum
melihat pertolongan Tuhan.
Jika Anda masih
kerapkali menjadi bingung dan terus gelisah meskipun telah berdoa dan
menyerahkan problema Anda pada Tuhan, seharusnya Anda tahu bahwa iman
masih belum bersemayam di hati Anda. Tidaklah mengherankan apabila
murid-murid yang menjadi panik oleh karena badai yang menerpa perahu
mereka dan lebih yakin bahwa mereka akan binasa daripada selamat
ditegur oleh Tuhan, "Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu
tidak percaya?" (Markus 4:40)
2) Iman yang
tampak dalam perbuatan mengendalikan lidah
Jikalau ada
seorang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang
lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya.
~ Yakobus 1:26
Inilah salah satu
contoh kesalahkaprahan orang mengenai ibadah. Ibadah sejati, menurut
Alkitab, bukan menaikkan doa-doa, menyanyikan pujian penyembahan dan
memberikan persembahan materi atau melayani di gereja. Sesuai Roma
12:1, ibadah sejati ialah kehidupan yang dipersembahkan dalam
kekudusan dan cara hidup yang berkenan di mata Tuhan.
Yang disebut ibadah
di gereja sebenarnya merupakan sebagian kecil bentuk ekspresi
seseorang dalam menyembah Tuhan. Ibadah sejati ialah apa yang Tuhan
lihat sepanjang jam-jam dan hari-hari kehidupan kita: apakah kita
hidup taat pada kehendak-Nya atau kita hidup menurut pola pikir dan
cara kita sendiri.
Salah satunya ialah
dalam hal mengendalikan atau mengekang lidah. Seseorang dipandang
memiliki iman yang benar jika ia menyatakan imannya melalui bagaimana
sehari-hari ia menyampaikan perkataannya. Komunikasi verbal kita
mencerminkan keimanan kita. Yang dimaksud ialah mengenai apakah kita
membatasi dan mengekang perkataan-perkataan kita sehari-hari daripada
mengumbar berbagai ucapan yang tidak terkontrol yang dapat berakibat
fatal baik terhadap diri kita maupun kepada orang lain.
Mereka yang menjadi
pengikut-pengikut Kristus dalam iman kepada Dia, hidup dalam suatu
gaya berkomunikasi secara lisan dengan cara berbeda dengan
orang-orang dunia yang tak mengenal Kristus. Perkataan kita
seharusnya ditandai dengan kejujuran dan ketulusan, tidak ceroboh
tapi berhati-hati, penuh kasih sehingga menjadi berkat dan penuh
dengan hikmat (lihat Amsal 16:13; 23:15-16; 10:31; Efesus 4:29; 5:4;
Kolose 4:6; 3:16). Ucapan bibir kita yang tidak serupa itu, sekalipun
kita mengaku sebagai orang percaya, menegasikan atau menyangkal bahwa
iman itu sungguh ada di hati kita.
Menyampaikan
perkataan-perkataan yang baik dan dipimpin oleh kasih dan Roh Kudus
terhadap orang sekitar kita adalah perbuatan yang menyatakan bahwa
kita memiliki iman pada Kristus. Dan sebaliknya, jika dalam
keseharian kita, kata-kata yang keluar dari mulut kita lebih banyak
menyakiti, merusak, merendahkan, penuh dusta dan digunakan untuk
tujuan-tujuan memanipulasi orang dan jauh dari memuliakan nama Tuhan
-besar kemungkinan iman kita kosong belaka.
3) Iman yang
terwujud dalam ibadah yang yang murni dan tak bercacat di hadapan
Allah
Ibadah yang murni
dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi
yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga
supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia.
~ Yakobus 1:27
Seperti dikatakan
sebelumnya iman dinyatakan dalam praktek-praktek ibadah. Dan Yakobus
menekankan bahwa ibadah yang dipandang murni dan tak bercacat di mata
Tuhan nyata dalam dua hal:
1 mengunjungi yatim
piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka
2 menjaga diri
supaya tidak dicemarkan dunia
Lagi-lagi bukan
kebaktian di gereja atau berbagai ritual keagamaan Kristen yang
dipandang sebagai ibadah bermutu tinggi. Dua hal yang disebutkan
sebagai ibadah yang murni ialah melakukan perbuatan-perbuatan kasih
dengan menolong sesama manusia 0khususnya yang terhitung dalam
golongan mereka yang dalam keadaan yang sukar dibandingkan pada
umumnya (yang dicontohkan dengan para yatim piatu dan janda-janda)
dan menjaga diri tetap dalam keadaan yang dikenan Tuhan, tidak turut
arus dunia.
Ini tampaknya
sejajar dengan yang disampaikan rasul Yohanes :
Barangsiapa
mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti
Kristus telah hidup
~ 1 Yohanes 2:6
Iman sejati selalu
ditandai dengan kehidupan yang meneladani Kristus. Menyatakan kasih
kepada yang memerlukannya. Hidup dalam suatu cara yang berbeda dari
dunia. Seperti hidup Kristus yang bukan saja tidak dicemari dunia
namun justru mempengaruhi dunia.
Jika sebagai orang
Kristen yang mengaku percaya pada Kristus namun gaya hidup Anda tak
jauh berbeda dengan dunia, maka hampir pasti iman Anda hanya
penilaian subyektif Anda sendiri saja padahal sebenarnya iman itu
tidak pernah Anda miliki.
4) Iman sejati
terlihat dari bagaimana kita memperlakukan orang lain dengan adil dan
tidak memandang muka
Saudara-saudaraku,
sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, Tuhan kita
yang mulia, janganlah iman itu kamu amalkan dengan memandang muka.
Sebab, jika ada
seorang masuk ke dalam kumpulanmu dengan memakai cincin emas dan
pakaian indah dan datang juga seorang miskin ke situ dengan memakai
pakaian buruk,
dan kamu
menghormati orang yang berpakaian indah itu dan berkata kepadanya:
"Silakan tuan duduk di tempat yang baik ini!", sedang
kepada orang yang miskin itu kamu berkata: "Berdirilah di sana!"
atau: "Duduklah di lantai ini dekat tumpuan kakiku!",
Akan tetapi,
jikalau kamu menjalankan hukum utama yang tertulis dalam Kitab Suci:
"Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri", kamu
berbuat baik.
~ Yakobus 2:1-3,
8
Poin ini merupakan
bentuk lain dari perbuatan-perbuatan kasih yang lahir dari iman. Iman
yang benar akan tampak dari sikap kita memperlakukan orang lain:
apakah didasari kasih atau dengan prasangka dan penghakiman.
Kasih yang lahir
dari iman sejati terlihat dalam hal kita tidak membuat
perbedaan-perbedaan atau bersikap membeda-bedakan dalam berhubungan
dengan orang lain. Dalam hukum ilahi berlaku perintah "kasihilah
sesamamu manusia seperti dirimu sendiri". Dan jika kita sungguh
beriman pada Tuhan yang menetapkan hukum itu, maka iman kita lulus
dalam ujian ketika kita dalam sikap keseharian kita, kita
memperlakukan orang secara sederajat, tidak pandang bulu atau
memandang muka.
Di tengah krisis
terkait SARA (Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan) yang melanda
bangsa-bangsa khususnya Indonesia, anak-anak Tuhan seharusnya dapat
tampil sebagai saksi dan teladan bahwa iman percaya mereka adalah
iman yang berbeda dengan iman kepercayaan yang lain. Itu dapat
dilakukan dengan cara menunjukkan sikap tidak membeda-bedakan orang
menurut suku, agama, ras dan golongannya itu. Dalam suatu roh yang
mengasihi orang-orang dari semua lapisan masyarakat dari berbagai
latar belakang pendidikan, ekonomi, budaya, dan agama. Melalui
perkataan, sikap dan perbuatan yang menyatakan keadilan bagi semua,
yang dapat diawali dengan tidak menggunakan istilah-istilah yang
merendahkan atau meremehkan yang berbeda dengan kita secara
provokatif.
Meskipun beberapa
orang menafsirkan ini dalam bentuk bakti atau kerja sosial yang
bekerja sama dan menjangkau kelompok yang berbeda, namun teladan dari
kehidupan anak-anak Tuhan terhadap lingkungan di sekitarnya adalah
pengaruh yang paling menentukan.
Periksalah hati dan
hidup Anda. Pikiran negatif terhadap satu kelompok tertentu dan juga
sikap yang membeda-bedakan orang merupakan tanda bahaya bahwa iman
kita masih tidak jauh berbeda dengan mereka yang mengaku bertuhan
tapi jauh dari sifat-sifat kesempurnaan Tuhan itu sendiri. Iman tanpa
diikuti perbuatan kasih itu sama dengan tak ada iman.
5) Iman yang
nyata dari doa-doa yang dinaikkan dengan penuh kesungguhan
Dan doa yang
lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan
membangunkan dia; dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu
akan diampuni.
Karena itu
hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya
kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat
besar kuasanya.
Elia adalah
manusia biasa sama seperti kita, dan ia telah bersungguh-sungguh
berdoa, supaya hujan jangan turun, dan hujan pun tidak turun di bumi
selama tiga tahun dan enam bulan.
Lalu ia berdoa
pula dan langit menurunkan hujan dan bumi pun mengeluarkan buahnya.
~ Yakobus 5:15-18
Iman melahirkan doa
yang bukan sembarang doa. Iman mendidihkan jiwa dan menyalakan suatu
api doa yang tekun, tidak menyerah, terus mendesak, yang takkan
berhenti memohon sebelum melihat penggenapan atas doanya.
Cara seseorang
berdoa secara tidak langsung menunjukkan kadar imannya. Doa yang
berbunga-bunga penuh kata-kata indah yang tampak memuja Tuhan tetapi
dinaikkan dengan rasa puas diri yang terbentuk dari kebiasaan ibadah
rutin pasti akan mengecewakan hati Tuhan jika tak didapati-Nya iman
di sana. Iman yang tak tergoyahkan membuat doa-doa seseorang tak
terhentikan. Doa-doanya penuh kuasa sekalipun ia manusia biasa. Ia
melahirkan banyak hal-hal yang ingin Tuhan adakan di muka bumi. Bukan
sekedar mendoakan terjadinya mujizat kesembuhan tetapi melahirkan
suatu perubahan-perubahan siginifikan di alam rohani. Yang pada
akhirnya mengubah atmosfir, karakter hingga nasib suatu bangsa.
Doa mereka yang
beriman dalam keseharian bukan dinaikkan dalam nada datar, yang fasih
lancar karena hafal, yang sekedar pengulangan kata-kata yang serupa
minggu demi minggu, yang diucapkan sebagai bagian dari rangkaian
pertemuan doa yang baik atau supaya ibadah cepat diakhiri. Doa para
pejuang iman itu menggoncang jiwa, mengadakan perpindahan dan
pergeseran di alam roh, yang mampu memindahkan sorga ke bumi.
"DATANGLAH
KERAJAAN-MU, JADILAH KEHENDAK-MU. DI BUMI SEPERTI DI SORGA"
bukanlah suatu mantra dan doa harian biasa. Itu merupakan jeritan
jiwa yang yakin bahwa ketika itu dimintakan dengan segenap hati maka
sorga akan turun dan menguasai bumi. Dan itu tidak dapat dikalahkan
melalui akting drama rohani teatrikal bagai membaca puisi yang
indah-indah. Doa iman lahir dari kesederhanaan serta ketulusan iman
itu sendiri. Bagai anak yang dengan penuh keyakinan mendesak meminta
apa yang dibutuhkannya pada ayahnya tanpa malu atau segan,
demikianlah perbuatan iman dalam wujud doa.
Perhatikanlah
doa-doa Anda. Apakah yang menginspirasi dan mendorongnya? Adakah
terasa suatu kuasa ilahi mengalir dalam diri Anda dan atas orang yang
Anda doakan?
Jika doa-doa Anda
hambar, mungkinkah iman di hati Anda telah buyar?
6) Iman yang
benar bukan saja gemetar di hadapan Tuhan tetapi berbalik pada Tuhan,
tunduk dan menyerahkan sepenuh hidup kepada-Nya sampai para
kesudahannya
Dalam surat
Yakobus, kita menemukan satu ayat yang menarik, yang menghubungkan
antara iman dengan setan-setan:
Engkau percaya,
bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setan pun
juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar.
~ Yakobus 2:19
Jelas sekali di sini
bahwa iman kita sedang dibandingkan dengan "iman"
setan-setan. Maksudnya jika kita percaya bahwa Tuhan itu satu di
dalam nama Yesus Kristus, setan-setan pun percaya akan hal itu.
Sebagai tambahan, roh-roh jahat itu gemetar di hadapan Tuhan. Dengan
kata lain, jika iman kita hanya sekedar percaya bahwa Yesus itu Tuhan
yang berkuasa atas semesta, maka iman seperti itu belumlah cukup.
Apalagi jika saat mendengar nama Yesus dan dalam kenyataan bahwa
hadirat-Nya di sekeliling kita nyatanya tak membuat kita memiliki
hati yang takut akan Dia. Iman kita pastilah masih di bawah ukuran
iman iblis yang gemetar atas keyakinan akan ketuhanan Kristus.
Dalam aplikasinya,
Yakobus sebenarnya hendak mengatakan bahwa iman yang kita yakini ada
pada kita sebagai iman Kristen, yang membawa kita datang beribadah
secara tetap di gereja, masih bukan merupakan iman yang semestinya
yang Tuhan kehendaki. Itu masih setara dengan apa yang dipercaya oleh
roh kegelapan, yang tidak berdampak pada perubana kehidupan seperti
yang Tuhan inginkan!
Iman sejati lebih
daripada meyakini bahwa Yesus itu Tuhan. Iman sejati berarti MENGAKUI
KEDAULATAN KRISTUS DALAM HIDUP KITA dimana kemudian seluruh hidup
kita dibawa, diarahkan, ditundukkan dan diserahkan kepada Dia. Iman
yang dimaksud bukan sekedar percaya bahwa Dia adalah Tuhan tetapi
yang MEMPERCAYAKAN SELURUH HIDUP KITA KEPADA TANGAN KASIH KARUNIA-NYA
LALU MENJALANI SELURUH HIDUP SETURUT KEHENDAK-NYA.
Itu sebabnya
ayat-ayat berikut ini kita dapati dalam surat Yakobus:
Karena itu tunduklah
kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu!
Mendekatlah kepada
Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu. Tahirkanlah tanganmu, hai kamu
orang-orang berdosa! dan sucikanlah hatimu, hai kamu yang mendua
hati!
Sadarilah
kemalanganmu, berdukacita dan merataplah; hendaklah tertawamu kamu
ganti dengan ratap dan sukacitamu dengan dukacita.
Rendahkanlah dirimu
di hadapan Tuhan, dan Ia akan meninggikan kamu.
~ Yakobus 4:7-10
Rangkaian nats di
atas merupakan pesan supaya kita mendekat pada Tuhan, bertobat dari
kehidupan yang berdosa dan jahat, merendahkan diri di hadapan Tuhan,
untuk memasuki suatu kehidupan yang tunduk kepada Tuhan yang mampu
menang mengatasi pengaruh-pengaruh kuasa gelap.
Pada bagian lain,
Yakobus menyinggung bagaimana seharusnya membuat rencana-rencana
dalam kehidupan sebagai orang yang sungguh percaya pada Tuhan:
Jadi sekarang,
hai kamu yang berkata: "Hari ini atau besok kami berangkat ke
kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta
mendapat untung",
sedang kamu tidak
tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu
sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap.
Sebenarnya kamu
harus berkata: "Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan
berbuat ini dan itu."
~ Yakobus 4:13-15
Apa sesungguhnya
yang hendak disampaikan sang rasul?
Tak lain tak bukan
ialah supaya dalam setiap rencana kehidupan, kita seharusnya
berpaling pada Tuhan, sebagai penguasa dan pemilik hidup kita. Bahwa
hidup kita yang singkat ini, tak seharusnya kita isi dan jalani
dengan rencana-rencana (egois) kita sendiri yang justru mencerminkan
bahwa kitalah yang mengendalikan dan menentukan segala sesuatu di
hidup sekarang ini.
Inilah desakan untuk
mencari kehendak Tuhan bagi hidup kita. Suatu perintah yang juga
disampaikan oleh Yesus (Matius 6:33; Yohanes 4:34) dan rasul-rasul
lainnya (Filipi 1:21; Efesus 5:15-17; Kolose 1:9; 1 Yohanes 5:14).
Dan ini pula sesungguhnya penerapan yang paling puncak dari suatu
iman sejati. Yaitu kerelaan menjalani hidup dalam penyerahan pada
kehendak Tuhan karena yakin benar bahwa dalam kehendak Tuhan, kita
bukan saja dipelihara dengan sempurna tapi dibawa menjalani kehidupan
terbaik, yang akhirnya meraih keberhasilan sejati dalam kehidupan
sekarang dan kelak dalam kekekalan.
Di bagian akhir
suratnya, suatu pesan penting disampaikan sang rasul bagi kita semua.
Pesan mengenai kesungguhan dan ketekunan mengikut Tuhan:
Saudara-saudara,
turutilah teladan penderitaan dan kesabaran para nabi yang telah
berbicara demi nama Tuhan.
Sesungguhnya kami
menyebut mereka berbahagia, yaitu mereka yang telah bertekun; kamu
telah mendengar tentang ketekunan Ayub dan kamu telah tahu apa yang
pada akhirnya disediakan Tuhan baginya, karena Tuhan maha penyayang
dan penuh belas kasihan.
~ Yakobus 5:10-11
Bukan saja kita
diperintahkan untuk bertekun namun juga mengikuti teladan para saleh
sepanjang zaman yang telah melayani dan mengabdikan diri kepada
Tuhan, sekalipun penuh penderitaan dan harus menjalani hidup dalam
segala kesabaran. Itu artinya, mengikut Kristus dan hidup bagi Dia
bukan merupakan kehidupan yang mudah dan menyenangkan tetapi hidup
yang demikianlah yang layak dijalani sebab meski tak sama dengan
jalan dunia yang lebar dan lapang ini, ada sukacita serta damai
sejahtera yang besar di hati oleh karena penyertaan dan persekutuan
dengan Tuhan Yesus melalui Roh-Nya yang tinggal di hati kita.
Jadi, iman sejati
nyata dari kehidupan yang dipersembahkan bagi kemuliaan dan kebesaran
nama Tuhan. Suatu hidup yang tak lagi dipergunakan untuk mengejar
kepentingan diri tetapi yang selalu bertanya kemana Tuhan akan pimpin
dan bawa. Suatu kehidupan yang percaya penuh bahwa di tangan Tuhan,
kita akan memiliki kehidupan yang terbaik. Memiliki jaminan yang tak
mengecewakan selama di bumi sekarang ini maupun di sorga kelak.
KESIMPULAN
Hari ini, luangkan
waktu sejenak untuk merenung. Untuk memeriksa dan menilai iman Anda.
Seberapakah Anda
telah memiliki iman yang sungguh-sungguh kepada Tuhan? Apakah iman
Anda sebatas karena memeluk keyakinan Kristen saja ataukah Anda telah
memutuskan sekali untuk selamanya berkomitmen mengikut Kristus,
menyerahkan hidup Anda bagi kepentingan-Nya, dengan segala risiko dan
harga yang memang harus dibayar dalam mengiring Dia?
Pastikanlah iman
Anda merupakan iman yang bernilai di mata Tuhan. Sebab tanpa iman
yang demikian, keselamatan masih jauh dari menjadi milik Anda.
Biarlah Roh-Nya
menyadarkan dan memimpin kita pada kebenaran sejati.
Salam revival
Indonesia penuh
kemuliaan Tuhan
0 komentar:
Posting Komentar
Mohon TIDAK menggunakan kata-kata kotor atau kasar yang tidak memuliakan nama Tuhan. Terima kasih atas perhatiannya. Salam Revival!
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.