Namun
bagaimanapun adanya aku sekarang ini, semua karena Tuhan telah
mencurahkan kasih karunia-Nya atasku-dan itu bukan tanpa hasil.
Karena aku telah bekerja lebih keras daripada semua rasul yang lain,
tetapi itupun bukan aku melainkan Tuhan yang bekerja oleh karena
kasih karunia-Nya melalui aku.
~ 1 Korintus
15:10, NET
Kasih karunia Tuhan
dilimpahkan bagi kita semua. Bahkan seluruh dunia dilingkupi oleh
kasih karunia Tuhan. Ia memberikan hidup dan masih menjadi penyedia
dan pemelihara bagi setiap makhluk hidup di muka bumi. Memberikan
hujan dan sinar mentari bagi semua orang. Termasuk mereka yang
memilih untuk membenci-Nya, tidak peduli pada-Nya atau bahkan yang
menganggap-Nya tidak ada.
Bagi orang-orang
percaya, kasih karunia-Nya lebih nyata. Tidak hanya kehidupan dan
penopang-penopangnya yang masih diberikan untuk mereka. Namun
perkenan, pemeliharaan secara khusus, ditambah berbagai berkat-berkat
rohani dilimpahkan-Nya tanpa batas bagi setiap hati yang terbuka dan
mau menerima sebanyak mungkin yang Tuhan rindu limpahkan. Bagi
anak-anak Tuhan, cinta Tuhan bahkan telah terbukti dengan amat
dahsyatnya. Allah sendiri mengambil rupa manusia, pribadi kedua dari
trinitas, turun ke dunia sebagai Anak Manusia, untuk menanggung
segala dosa manusia beserta hukuman atas segala dosa itu di kayu
salib. Nyawa kita ditebus dengan nyawa-Nya. Sehingga kita yang
percaya dan menerima Dia sebagai Tuhan diampuni, dibebaskan dari
kutuk, dilepaskan dari cengkeraman iblis, tak akan lagi menanggung
hukuman dan kematian kekal.
Selagi banyak orang
maupun orang-orang percaya menerima kasih karunia Tuhan, respon
masing-masing pribadi tidaklah sama.
Ada yang tidak
menyadarinya, ada pula yang tidak pernah mau mengakuinya. Ada yang
sesekali mengingatnya, tapi ada pula yang rajin bersyukur atas
semuanya. Ada yang dingin atau biasa-biasa saja terhadapnya, namun
ada pula yang hatinya berkobar karena cinta.
Termasuk yang
manakah Anda?
Dari nats di atas
kita tahu bagaimana respon seorang hamba Tuhan bernama Paulus atas
kasih karunia Allah yang ia terima dalam hidupnya. Dan bukan
kebetulan itu dituliskan di sana. Tuhan bermaksud kita belajar dari
hamba-Nya inj tentang bagaimana seharusnya kita menanggapi kemurahan
Tuhan dalam hidup kita, yang oleh sebab sikapnya yang tepat, Paulus
menjadi salah satu rasul yang pekerjaan dan karyanya menjadi saluran
berkat yang lebih luas daripada rasul-rasul lainnya.
Atas cinta yang
diterimanya dari Tuhan, Paulus (dan seharusnya kita juga) :
1) Selalu
tersadar dan senantiasa dipenuhi syukur bahwa keberadaan kita waktu
demi waktu adalah karena kasih karunia Tuhan yang masih diberikan
pada kita.
"… karena
kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang…”
Tidak seorang pun
yang dapat menambah sejengkal saja jalan hidupnya. Setiap orang tak
mengetahui bahkan apa yang akan terjadi satu menit di depan, kapan
dia akan jatuh sakit dan sakit apa yang akan dideritanya, atau bahkan
kapan saatnya ia harus meninggalkan dunia yang sekarang ini. Itu
sebabnya, adalah kesombongan apabila kita berkata, "Oleh karena
kekuatanku, aku hidup dan melakukan segala sesuatu."
Alkitab
menyampaikan hidup kita itu bagaikan rumput atau asap (1 Pet. 1:24;
Yak. 4:14), yang sebentar ada tapi segera berlalu, yang hari ini ada
tapi besok sudah tak ada lagi. Seberapa pun kita berusaha
mengendalikan hidup kita atau memperpanjang usia kita, apapun dapat
terjadi lalu memperpendeknya atau menjadikannya di luar kekuasaan
kita.
Sesungguhnya kita
bergantung pada Tuhan, Pribadi yang kerap kali kita lupakan dan tak
kita pedulikan, padahal Dialah yang paling menentukan kelangsungan
kita di dunia.
"Sebab di
dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada… "
~ Kisah Para
Rasul 17:28
Tak sedikit di
antara milyaran orang di dunia ini yang bahkan tiada menyadari
apalagi menyukuri kemurahan Tuhan atas hidupnya. Mereka memboroskan
waktu. Tak memikirkan arah atau tujuan hidupnya. Melewati hari demi
hari dalam kesia-siaan demi kesia-siaan. Melupakan Tuhan atau tak
memikirkan hal itu sama sekali. Dalam kesenangan mereka terbuai dan
mabuk. Dalam keputusasaan, mereka larut dalam kesedihan hingga
bermaksud melepaskan hidup. Bagi orang-orang ini, hidup adalah hak
miliknya yang mutlak, yang bisa diperlakukan sesuai kehendak mereka.
Tanpa menyadari betapa Tuhan memberikan hidup bagi mereka sebagai
kasih karunia supaya hidup mereka menjadi berarti yaitu memuliakan
dan mengasihi Tuhan serta menjadi saluran kebaikan dan berkat bagi
sesama manusia lainnya.
Kesadaran akan kasih
Tuhan yang dinyatakan dengan memberikan satu lagi tarikan nafas
kepada kita ditandai dengan suatu hati yang selalu menaikkan syukur
dari waktu ke waktu kepada Tuhan. Suatu hati yang bebas dari keluh
kesah dan persungut-sungutan tapi yang kelimpahannya akan syukur
nyata dari kata-kata yang baik serta memuliakan Tuhan. Bukan hanya
sesekali namun setiap hari, dalam segala keadaan, jiwanya dialiri
damai sejahtera dan sukacita karena cinta Tuhan. Pikirannya pun
tenang dan teguh, jarang kacau dan terusik, sebab disandarkan pada
pengharapan bahwa Tuhan akan selalu menjaga jalan hidupnya di dunia
ini hingga setelah mati. Hari depan dibayangkannya selalu cerah dan
penuh kemungkinan serta keberhasilan sebab Tuhan yang memimpin dan
menuntun ke sana. Juga suatu hidup yang tak lagi mengejar hawa nafsu
dan kesia-siaan kesenangan duniawi. Tetapi hidup yang tulus, jujur,
dihiasi perkataan dan perbuatan yang saleh dan murni, mencerminkan
sifat-sifat yang mulia seperti Tuhan sendiri.
Hidup demikianlah
yang disebut oleh sang rasul sebagai hidup yang berbeda dengan
orang-orang yang belum mengenal Allah:
Sebab itu
kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan: Jangan hidup
lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan
pikirannya yang sia-sia
dan pengertiannya
yang gelap, jauh dari hidup persekutuan dengan Allah, karena
kebodohan yang ada di dalam mereka dan karena kedegilan hati mereka.
~ Efesus 4:17-18
Kamu telah
menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu
tetap di dalam Dia.
Hendaklah kamu
berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu
bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan
hendaklah hatimu melimpah dengan syukur.
~ Kolose 2:6-7
yaitu bahwa kamu,
berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan
manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang
menyesatkan,
supaya kamu
dibaharui di dalam roh dan pikiranmu,
dan mengenakan
manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam
kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.
~ Efesus 4:22-24
Kita sebagaimana
kita ada yaitu manusia-manusia baru dalam Kristus karena kasih
karunia Tuhan.
Sudahkah Anda hidup
dalam kebahagiaan ilahi dan sorgawi karena kasih karunia Tuhan
memberikan hidup yang baru bagi Anda?
2) Tidak berdiam
diri dan menikmati hidup dalam kemurahan Tuhan namun termotivasi dan
rindu menjadi alat bagi kemuliaan nama Tuhan
"Sebaliknya,
aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya
aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku."
Ini adalah tanggapan
yang jarang mampu dicapai orang-orang percaya. Menerima kebaikan dan
kasih Tuhan, kebanyakan anak-anak Tuhan berkutat hanya di seputar
menikmati hidup dalam kemurahan-Nya sambil berusaha tetap positif dan
optimis menjalani hidup, dengan terus menerus mengingatkan diri untuk
tak lalai mengucap syukur. Sekalipun ini baik, tetapi Tuhan memanggil
kita untuk naik selangkah lebih tinggi.
Sekalipun cinta
Tuhan tak akan pernah dapat kita balas, tetapi Tuhan menyukai sikap
hati seperti Daud, "Bagaimana akan kubalas kepada Tuhan segala
kebajikan-Nya kepadaku?" (Mazmur 116:12)
Allah menyukai sikap
HATI YANG TAHU BERTERIMA KASIH. Ucapan syukur bukan sekedar sikap
hati yang positif namun juga tindakan nyata yang memuliakan Allah.
Inilah yang hendak disampaikan Yesus ketika Ia menerima satu di
antara 10 orang kusta yang kembali pada-Nya sambil tersungkur,
memuliakan Allah lalu mengucapkan syukur kepada Yesus. Yesus terheran
mendapati hanya satu orang saja yang kembali dan melakukan tindakan
syukur di hadapan Tuhan sehingga Ia berkata, "Bukankah kesepuluh
orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan
orang itu? Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk
memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?" (Lukas
17:17-18) Yang mengucap syukur pada Yesus ialah seorang Samaria.
Seseorang yang justru hampir² tak mengenal Allah Israel dengan
benar. Walaupun demikian, Yesus memuji satu orang mantan penderita
kusta ini sebab sikapnya yang nyata-nyata memuliakan Tuhan oleh
karena rasa syukurnya merasakan kebaikan dan keajaiban Tuhan.
Seberapa banyakkah
anak-anak Tuhan yang tahu berterima kasih?
Yang pasti, Paulus
bukan termasuk di antara orang yang lupa akan kasih Tuhan. Dia sangat
tahu bagaimana berterima kasih. Dengan cara apa? Dengan cara
mempersembahkan hidupnya. Seluruhnya. Bagi kemuliaan Tuhan. Ia
memberikan segala-galanya. Satu kali untuk seterusnya. bahkan dengan
usaha dan pengabdian yang lebih lagi dan lagi. Sampai melampaui
siapapun yang pernah dipanggil menjadi hamba Tuhan. Paulus
menghabiskan hidupnya bagi kepentingan dan tujuan Tuhan. Tak pernah
menahan-nahan apapun bagi dirinya. Apa saja yang bisa ia lakukan dan
serahkan bagi kemuliaan Tuhan, ia akan melakukannya. Sampai tak
tersisa sedikitpun bagi dirinya. Seluruh hidupnya telah dipandangnya
sebagai karunia dari Tuhan, ditopang oleh (cinta) Tuhan, dan harus
dipersembahkan bagi Tuhan yang telah mengasihinya itu.
Apa yang Paulus
lakukan sebenarnya?
Sederhana saja. Ia
hidup sebagai seorang manusia yang menghamba, yang melakukan apa yang
dikehendaki oleh Tuhan yaitu menjalani hidup dalam panggilan dan
tujuan sebagaimana ia diciptakan Tuhan. Dalam hal Paulus, itu adalah
dengan menjadi seorang rasul, guru dan pemberita Injil bagi
bangsa-bangsa bukan Yahudi. Dan ia melakukan apapun serta membayar
harga berapapun untuk melihat semuanya itu digenapi dalam hidupnya.
Tidak heran, Paulus
menjadi sangat berhasil KHUSUSNYA DI MATA TUHAN yang melihat dan
menilai dengan tepat dan adil segala sepak terjangnya sebagai seorang
hamba Tuhan.
Bagaimana dengan
Anda? Apakah yang Anda akan lakukan dan berapa banyak harga yang akan
Anda bayarkan demi menyatakan syukur dan terima kasih kepada Tuhan
yang memberikan Anda hidup baru, berkat-berkat seumur hidup dan janji
hidup kekal di sorga?
3) Memberikan
buah-buah dan dampak rohani yang kekal dalam hidup sekarang ini
sehingga nama Tuhan ditinggikan dan banyak orang boleh datang pada
Tuhan serta beroleh pengenalan akan Tuhan melalui hidup kita
"kasih
karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku TIDAK SIA-SIA"
"Tuhan telah
mencurahkan kasih karunia-Nya atasku -dan itu bukan tanpa hasil."
(terjemahan NET)
Sebagaimana pohon
yang ditanam dan dipelihara diharapkan hasilnya, demikian pula Tuhan
rindu hidup kita yang melebihi segala pohon itu membawa buah-buah
yang menyukakan hati-Nya. Itulah yang dinamakan suatu hidup yang
tidak sia-sia.
Sedihnya, hingga
kini sangat banyak manusia yang menyia-nyiakan hidupnya. Bukannya
menyatakan terima kasih pada Tuhan melalui hidup yang memuliakan
Tuhan, mereka tidak hanya menghancurkan hidupnya sendiri tapi juga
membawa kerusakan dan pengaruh yang jahat bagi orang-orang yang
mereka temui. Mereka berbuah-buah bukan bagi Tuhan, namun bagi iblis
dan kerajaannya.
Sebagian lagi,
hidupnya mandul. Sekedar hidup mencari kenyamanan dan kesenangan diri
belaka. Hidup dalam ukuran rata-rata. Normal sebagaimana kebanyakan.
Tanpa tujuan dan tak ingin berdampak selain mengamankan kepentingan
pribadi serta keluarganya sendiri. Dalam pekerjaan Tuhan, mereka
cukup menjadi pemirsa dan simpatisan semata. Tak ingin terlibat lebih
jauh.
Yang lain, melakukan
sebisanya. Terlibat aktif dalam berbagai kegiatan pelayanan dan
sosial. Aktif bahkan hingga bertahun-tahun lamanya dalam kegiatan
gereja. Merasa sudah berbuat banyak untuk Tuhan (padahal sebagian
besar untuk kepentingan gereja saja), mereka merasa cukup puas dan
memandang diri telah mencapai target Tuhan. Benarkah demikian? Berapa
banyakkah buah-buah sejati yang mereka hasilkan, yang benar-benar
memberikan dampak yang Tuhan inginkan?
Paulus, sangat rajin
dan giat dalam pekerjaan Tuhan, namun bukankah mengherankan bahwa
dampak pelayanan terbesarnya justru ia hasilkan dalam kondisi yang
sengsara, penuh derita, dimana keberadaannya terbelenggu di dalam
penjara yang membuatnya seolah tidak berdaya, dan yang jika hari ini
dinilai menurut ukuran keberhasilan sebuah pelayanan mungkin
pelayanan Paulus terhitung sebagai salah satu pelayanan kecil yang
tak berarti dan tanpa dampak?
Penyerahan Paulus
untuk terus menyerah pada kehendak Tuhan membawanya kemanapun Tuhan
kehendaki dan bergerak sesuai pimpinan strategi Tuhan merupakan
keyakinannya akan kasih karunia Tuhan dalam hidupnya. Ia percaya
kasih karunia Tuhan digabungkan dengan penyerahan serta kerelaannya
mengerjakan dengan taat tugasnya sebagai hamba Tuhan yang baik akan
membawa hasil sesuai yang Tuhan harapkan. Terbukti buah-buah
pelayanan Paulus menjangkau sampai rentang ribuan tahun kemudian.
Suatu pelayanan yang sangat jarang ditandingi oleh hamba-hamba Tuhan
masa kini.
Kasih karunia Tuhan
mencapai tujuannya ketika kita yang disentuh dan dipenuhi oleh kasih
karunia itu mulai menghasilkan buah dari hidup manusia rohani kita
yang melekat pada Tuhan. Pada saat itulah dapat dikatakan bahwa KASIH
KARUNIA TUHAN ATAS KITA TIDAK MENJADI SIA-SIA. Jika kita hidup sesuai
dengan yang Tuhan panggil dan tetapkan lalu membawa pengenalan akan
Tuhan dimanapun kita berada (2 Korintus 2:14) maka hati Tuhan bersuka
sebab kasih-Nya mencapai tujuannya.
Bagai sebutir benih
yang tampak tak berarti dan dengan mudah dibuang orang, namun oleh
kasih karunia Tuhan masuk ke dalam tanah dan bertumbuh hingga menjadi
pohon besar yang menghasilkan buah serta berbagai manfaat bagi orang
lain, demikian pula hidup kita akan menjadi kebanggaan Tuhan oleh
sebab pekerjaan kemurahan-Nya berhasil dinyatakan dalam hidup kita.
Hal Kerajaan itu
seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah. Memang biji itu yang
paling kecil dari pada segala jenis benih yang ada di bumi.
Tetapi apabila ia
ditaburkan, ia tumbuh dan menjadi lebih besar dari pada segala
sayuran yang lain dan mengeluarkan cabang-cabang yang besar, sehingga
burung-burung di udara dapat bersarang dalam naungannya."
~ Markus 4:31-32
(TB)
Hari ini sudahkah
hidup Anda berdampak bagi Kerajaan Sorga? Sudahkah itu sesuai dengan
fungsi dan tujuan Anda sebagai salah satu bagian dan anggota tubuh
Kristus dimana Anda ditetapkan dan dikehendaki untuk berdampak
seturut cara Tuhan?
Jika hal-hal semacam
ini belum terlintas dalam pikiran Anda, pikirkanlah mulai hari ini.
Janganlah
menyia-nyiakan kasih karunia Tuhan sebab itu akan sama dengan
menyia-nyiakan hidup dan segala berkat dan kelengkapan sorgawi yang
Tuhan siapkan dan hendak berikan kepada kita untuk menjalani hidup
yang mempengaruhi dunia ini bagi Tuhan.
Tunjukkanlah rasa
syukur dan terima kasih Anda dengan mencari kehendak Tuhan,
menyerahkan hidup bagi tujuan-tujuan Tuhan itu dan menyelesaikannya
sebelum Anda kembali pulang ke rumah Bapa.
Hidup saya telah
saya serahkan bagi Tuhan sejak usia 17 tahun. Sejak saat itu, oleh
kasih karunia-Nya, saya tidak pernah lagi menoleh ke belakang. Hari
ini saya mengetahui tujuan hidup saya dan setiap hari menghidupinya
dengan menggunakan, mengembangkan dan mengobarkan karunia-karunia
yang Tuhan berikan pada saya. Hingga tahun ke 26 saya melayani Tuhan
dan tahun ke-43 keberadaan saya di bumi ini, saya tak mampu lagi
memikirkan hidup yang lain selain hidup seperti hari ini yang
menghamba dan mengabdikan seluruh yang ada pada saya bagi Tuhan
supaya dengan seberapa besar kasih karunia-Nya yang diberikan atas
saya, saya boleh menjadi sarana Tuhan mempengaruhi dunia berbalik
kepada-Nya.
Oleh kasih
karunia-Nya saya akan terus bekerja lebih keras dan lebih keras lagi.
Dan oleh kasih karunia-Nya juga, saya akan berhasil.
Bagaimana dengan
Anda?
Salam revival!
Indonesia penuh
kemuliaan Tuhan
0 komentar:
Posting Komentar
Mohon TIDAK menggunakan kata-kata kotor atau kasar yang tidak memuliakan nama Tuhan. Terima kasih atas perhatiannya. Salam Revival!
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.