Oleh Peter B, MA
“Kemudian
berkatalah Daud kepada segenap jemaah itu: “Pujilah kiranya TUHAN, Allahmu!”
Maka segenap jemaah itu memuji TUHAN, Allah nenek moyang mereka, kemudian
mereka berlutut dan sujud kepada TUHAN dan kepada raja. Keesokan harinya mereka
mempersembahkan korban sembelihan dan korban bakaran kepada TUHAN, yakni 1000
ekor lembu, 1000 ekor domba jantan dan 1000 ekor domba muda, dengan
korban-korban curahannya dan sangat banyak korban sembelihan demi seluruh
Israel.”
~(1 Tawarikh
29:20-21)~
Nast di atas adalah
bagian terakhir dari acara pertemuan Daud dengan para bawahannya dalam
persiapan untuk mendirikan Bait Suci. Perhatikanlah sesuatu yang menarik di
sini: Permulaan dari pertemuan tersebut dibuka oleh Daud, ia mengorbankan
yang terbaik dari harta miliknya untuk pembangunan Bait Suci.
Pertengahan acara, giliran dari para perwira dan bawahan Daud yang mengorbankan
milik mereka yang terbaik bagi Tuhan. Menjelang akhir acara, bersama-sama
mereka menaikkan korban syukur bagi Tuhan. Tahukah Anda apa yang menjadi acara
penutup? Mungkin Anda sudah menebaknya. Ya, mereka memberikan korban
persembahan sekali lagi. Mereka mengorbankan ribuan korban bakaran
dan korban sembelihan. Ayat 21 mengambarkan pada kita bahwa korban-korban itu
SANGAT BANYAK!
Setelah membaca
urutan peristiwa di atas, saya tertegun dan berpikir: mengapa sepertinya mereka
begitu mudahnya untuk berkorban? Apa
yang membuat mereka itu mau datang dan berkumpul pada suatu acara yang mengajak
dan membuat mereka berkorban sebanyak-banyaknya dari awal hingga akhir?
Saudaraku, kita mencari-cari
rahasia lawatan dan manifestasi hadiratNya yang dahsyat di Bait Suci Salomo,
tetapi apakah kita tahu apa sebenarnya yang membuat semuanya itu terjadi? Hari
ini kita belajar bahwa mereka membawa Tuhan selangkah lebih dekat lagi dengan korban-korban mereka. Bagaimana
Tuhan dapat bertahan duduk di tahtaNya di Surga ketika Ia melihat bagaimana
umatNya begitu mengasihi dan merindukan Dia? Bagi Daud dan para pengikutnya,
tidak ada yang terlalu berharga untuk dikorbankan dan dipersembahkan kepada
Tuhan. Mereka menghormati dan mengasihi Tuhan mengatasi segala-galanya, lebih
berharga dari segala yang di dunia maupun segala yang mereka punya. Memberi dan
berkorban bagi Tuhan. Membawa suatu kepuasan tersendiri dalam hati mereka.
Mereka senang untuk berkorban.
Itulah rahasia kebangunan rohani sejati.
Begitu banyak orang
mencari kunci-kunci untuk mengalami kebangunan rohani. Tetapi banyak di antara
mereka tidak tahu bahwa Tuhan hanya berkenan serta hadir ditengah-tengah
korban-korban yang benar. “Maka Engkau akan
berkenan kepada korban yang benar, korban bakaran dan korban yang terbakar
seluruhnya;….” (Mazmur 51:21). Kebangunan rohani berarti Tuhan berkenan dan
mendekat (bahkan menjadi begitu nyata) dalam hidup kita. Apa yang menyukakan
hatiNya, itulah yang membuat Ia mendekat dan berkenan. Tetapi apa yang
dibenciNya, menghalangi bahkan menjauhkan kita dari Dia (Yesaya 59:1-2). Jika
kita tidak tahu apa yang dapat membuat Dia mendekat, kita masih jauh dari revival.
Tuhan menyukai
mereka yang rela dan gemar untuk mempersembahkan korban-korban yang benar di
hadapanNya. Mereka yang melakukannya pastilah mendapat perkenan dari Dia.
Abraham adalah contoh yang baik dalam hal ini. Setelah menerima panggilan
Tuhan, Abraham menjadi pribadi yang suka membangun mezbah dan mempersembahkan
korban di hadapan Tuhan (lihat Kejadian 12:7-8; Kejadian 13:18). Puncaknya,
Abraham menerima ujian terbesar dalam hidupnya: mempersembahkan Ishak, anak
tunggalnya sendiri sebagai korban bagi Tuhan. Apakah Abraham merasa berat dan
kesal kepada Tuhan? Adakah ia protes dan kecewa kepada Tuhan? Alkitab tidak
pernah menyebutkan hal itu. Malah sebaliknya, Abraham berangkat dengan iman
yang besar: “Karena iman maka Abraham,
tatkala ia dicobai, mempersembahkan Ishak….” (Ibrani 11:17). Tidak hanya itu,
di ayat yang sama, Alkitab menegaskan pada kita bahwa Abraham sama sekali tidak
berkeberatan ia suka untuk melakukannya: “Ia,
yang telah menerima janji itu, rela mempersembahkan anaknya yang tunggal,….”.
Korban-korban Abraham menyukakan hati Tuhan. Itu membuat Tuhan bergaul karib
dengan Abraham. Bahkan Tuhan bersumpah itu suatu perjanjian yang tidak akan
bisa dibatalkan siapapun: “Aku bersumpah
demi diriKu sendiri demikianlah firma TUHAN...: Karena engkau telah berbuat
demikian, dan engkau segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal
kepadaKu, maka Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan membuat keturunanmu
sangat banyak seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, dan
keturunanmu itu akan menduduki kota-kota musuhnya. Oleh keturunanmulah semua
bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena engkau mendengarkan firman Ku.”
(Kejadian 22:16-18)
Janji berkat bagi
kota-kota dan bangsa-bangsa di bumi diberikan kepada Abraham, orang yang suka untuk
berkorban bagi Tuhan. Jadi, bagaimanakah kita dapat melihat kota-kota dan
bangsa kita mendapat lawatan dan berkat Tuhan?
JanjiNya akan revival akan diberikan kepada kita apabila kita rajin dan suka untuk berkorban yaitu rela, tidak berat, namun penuh sukacita untuk mempersembahkan segala yang terbaik dari hidup kita bagi Tuhan.
Seperti pada Abraham, melalui kita yang tidak berhenti tetapi terus menerus
hidup dalam penyembahan dan pengorbanan bagi Tuhan melalui kitalah kota-kota
dan bangsa-bangsa dapat beroleh berkat. Inilah harga untuk lawatanNya.
Betapa lebih mudah,
kerinduan akan kebangunan itu diucapkan dan dinyanyikan saja! Betapa sulitnya
hal itu untuk dilakukan dan diterapkan dalam kehidupan nyata! Adakah Anda rindu
menjadi berkat bagi banyak orang? Menjadi alatNya yang berguna di tanganNya?
Adakah kita sedang merindukan lawatanNya lebih lagi? Tidak ada cara lain. Mari
kita belajar dari Daud dan para perwiranya. Mari kita belajar dari Abraham.
Mereka menerima perkenan dan janji Tuhan yang besar bagi kota-kota dan bangsa
karena mereka tidak segan-segan untuk berkorban dan terus berkorban bagi Tuhan.
Pengorbanan dan persembahan harus menjadi gaya hidup kita… jika kita merindukan
lawatanNya! AMIN.
(Diambil dari warta Worship Center edisi 45 -- 7 September 2001)
0 komentar:
Posting Komentar
Mohon TIDAK menggunakan kata-kata kotor atau kasar yang tidak memuliakan nama Tuhan. Terima kasih atas perhatiannya. Salam Revival!
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.