Oleh Peter
B, MA
“Maka sekarang, di depan mata seluruh Israel, jemaah
TUHAN, dan dengan didengar Allah kita, aku berkata kepadamu: peliharalah dan
tuntutlah segala perintah TUHAN, Allahmu, supaya kamu tetap menduduki negeri
yang baik ini dan mewariskannya sampai selama-lamanya kepada anak-anakmu yang
kemudian.”
Dan engkau, anakku Salomo, kenallah Allahnya ayahmu
dan beribadahlah kepada-Nya dengan tulus ikhlas dan dengan rela hati, sebab
TUHAN menyelidiki segala hati dan mengerti segala niat dan cita-cita. Jika
engkau mencari Dia, maka Ia berkenan ditemui olehmu, tetapi jika engkau meninggalkan
Dia maka Ia akan membuang engkau untuk selamanya.”
(1
Tawarikh 28:8-9)
Pesan-pesan terakhir
dari seseorang yang akan meninggal seringkali begitu penting dan berharga.
Begitu banyak orang yang sangat memperhatikan peduli akan pesan-pesan itu.
Menurut kebiasaan, mereka yang mendapat pesan tersebut sedapat mungkin berusaha
dengan sekuat tenaga untuk memenuhi permintaan terakhir tersebut.
Salah satu contoh
betapa perkataan terakhir seseorang begitu diperhatikan begitu rupa adalah
kata-kata terakhir Tuhan kita, Yesus Kristus. Di masa kini, kalimat-kalimat
terakhir Yesus sewaktu di atas kayu salib menjadi suatu bahan renungan yang
luar biasa di seluruh dunia. Orang-orang percaya di seluruh dunia sepakat
menyebut perkataan-perkataan tersebut sebagai “Tujuh kata salib”. Bagi banyak
orang nilai dari perkataan terakhir seseorang adalah penting dan sangat
berharga.
Salah satu paman saya mendapat pesan terakhir
dari ibu mertuanya sebelum ia menghembuskan nafas terakhir. Pesan itu berbunyi,
“Jadilah pengikut Kristus, entah itu menjadi Kristen atau Katolik tidak
masalah; asalkan engkau mengikut Kristus hidupmu akan menjadi lebih baik.” Dari
pesan terakhir itulah, paman saya tersebut beralih iman menjadi pengikut
Kristus hingga kini. Bagaimanapun, hampir jarang ditemui mereka yang
mengabaikan pesan-pesan terakhir dari hidup seseorang.
Hari ini kita akan
belajar mengenai pesan terakhir Daud. Pada hari itu, Daud “mengumpulkan di Yerusalem segala pembesar Israel, yakni para kepala
suku, para pemimpin rombongan orang-orang yang melayani raja, para kepala
pasukan seribu dan kepala pasukan seratus, serta para kepala harta benda dan
ternak kepunyaan raja dan anak-anaknya; bersama-sama mereka juga para pegawai
istana dan para perwira dan semua pahlawan yang gagah perkasa.” (1
Tawarikh28:1). Itulah saat-saat yang terakhir bagi Daud untuk berbicara secara
luas kepada para rakyat dan bawahannya. Tidak lama setelah pertemuan itu, Daud
pun mengundurkan diri untuk selamanya setelah menyelesaikan segala tugasnya di
dunia dan pulang ke rumah Bapa (1 Tawarikh 29:28). Bagi para pengikutnya, itu
benar-benar perkataan terakhir Daud. Dan seperti biasa, selayaknyalah kita
memperhatikan pesan terakhir Daud itu.
Dua nast di atas
merupakan pesan terakhir dari Daud. Bacalah kembali ayat-ayat di atas. Setelah
itu ulangilah sekali lagi. Adakah yang menarik? Sesuatu yang aneh? Sebenarnya
tidak ada yang khusus tetapi apabila direnungkan lebih dalam lagi, kata-kata
terakhir dari Daud dapat dipandang sebagai suatu kesimpulan atau rangkuman dari
kehidupannya selama di dunia. Apakah itu? Telitilah lebih lanjut.
Kepada para
bawahannya Daud berpesan supaya mereka memelihara perintah Tuhan. Apa artinya?
Yaitu supaya segenap pengikutnya tidak menyimpang atau berusaha hidup di luar
Tuhan tetapi supaya mereka tetap di jalan Tuhan, bertekun untuk hidup dalam
kebenaran Tuhan saja. Daud meminta pengikutnya tetap setia. Bukan kepada Daud tetapi kepada TUHAN, Allah Israel.
Tidak hanya itu,
Daud juga berpesan supaya setiap bawahannya itu mengejar serta menuntut
(terjemah KJV: mencari) perintah Tuhan. Dalam hal ini, Daud menganjurkan supaya
setiap orang tidak hanya melakukan segala hal yang baik yang telah mereka
lakukan tetapi juga terus menyelidiki dan mendapatkan lebih banyak lagi
perkara-perkara yang indah dari Tuhan. Memelihara apa yang sudah ada itu baik,
tetapi itu belum cukup. Bagi Daud, hati seorang penyembah seharusnya adalah hati yang menuntut untuk masuk dan menyelam
lebih dalam lagi.
Kepada Salomo,
anaknya yang akan menggantikannya untuk duduk di tahta, Daud berpesan supaya
Salomo beribadah kepada TUHAN dengan tulus ikhlas dan rela hati. Ini
kelihatannya seperti pesan-pesan dari kebanyakan orang tua yang lain kepada
anak-anaknya sebelum mereka meninggal. Tetapi pesan Daud belum tuntas di situ
saja. Ia berpesan kepada Salomo supaya ia mencari
TUHAN. Daud menegaskan bahwa jika Salomo mencari Tuhan maka Ia akan
berkenan ditemui, tetapi jika Salomo meninggalkan TUHAN maka ia pun akan
membuang Salomo.
Pada intinya ada
satu kata yang merupakan inti pesan Daud kepada bawahan maupun putra mahkotanya.
Tahukah Anda kata apa itu? Ya, benar sekali, kata itu adalah “mencari” atau
“mengejar”. Apa yang sudah dialami dan dipraktekkan dalam hidup Daud kini
ditransferkan kepada Israel: yaitu bahwa MEREKA
TIDAK BOLEH BERHENTI DARI SUATU GAYA HIDUP YANG MENCARI TUHAN DAN MERINDUKAN
TUHAN DI ATAS SEGALANYA. Itulah suatu
gaya hidup para penyembah sejati.
Pesan terakhir Daud mencerminkan kehidupannya: menjadi pemburu Tuhan. Memang TIDAK ADA lagi suatu warisan yang lebih baik selain suatu kehidupan yang sepenuhnya diabadikan untuk mencari dan mengejar TUHAN seumur hidupnya. Daud telah menjadi pemburu TUHAN seumur hidupnya dan ia tidak pernah dikecewakan. Itulah kehidupan yang terbaik yang bisa dialaminya. Kerinduannya yang besar melihat kemuliaan Tuhan turun dengan nyata atas Yerusalem dan Bait Suci yang diidamkannya tidak pernah berakhir. Visi itu diteruskannya kepada generasi berikutnya. Dan generasi sesudah Daud itulah yang mengalami revival.
Api kecil yang ada
di hati Daud kini merembet. Visi tentang kebangunan dan manifestasi hadirat
Tuhan.
Sekali lagi, apakah
yang mendatangkan kebangunan? Pesan terakhir Daud menegaskan pada kita: PARA PEMBURU TUHAN. Apakah kita sedang
mengejar Dia?
0 komentar:
Posting Komentar
Mohon TIDAK menggunakan kata-kata kotor atau kasar yang tidak memuliakan nama Tuhan. Terima kasih atas perhatiannya. Salam Revival!
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.