Oleh Peter
B, MA
“Lalu para kepala puak dan para kepala suku Israel dan
para kepala pasukan seribu dan pasukan seratus dan para pemimpin pekerjaan
untuk raja menyatakan kerelaannya. Mereka menyerahkan untuk ibadah di rumah
Allah lima ribu talenta emas dan sepuluh ribu dirham, sepuluh ribu talenta
perak dan delapan belas ribu talenta tembaga serta seratus ribu talenta besi.
Siapa yang mempunyai batu permata menyerahkannya kepada Yehiel,orang Gerson
itu, untuk perbendaharaan rumah TUHAN.”
(1 Tawarikh 29:6-8)
Salah satu teori
dalam bidang kepemimpinan yang terpenting mengatakan, “Segala sesuatu bangkit dan jatuh
karena kepemimpinan.” Apa maksud prinsip ini? Artinya adalah bahwa yang
menentukan keberhasilan suatu rencana atau program semuanya bergantung pada
kualitas pemimpinnya. Jika kepemimpinan buruk, maka segala sesuatunya akan
macet dan gagal. Sebaliknya, jika kepemimpinan baik dan kondusif maka keberhasilan
hampir dapat dipastikan.
Daud mengenal benar
prinsip kepemimpinan di atas. Setelah memberikan persembahan yang besar untuk
pembangunan Bait Allah, Daud pun mengajak setiap bawahannya untuk turut
memberikan yang terbaik bagi Tuhan. Demikian ajakan Daud, “Maka siapakah yang
pada hari ini yang rela memberikan persembahan kepada TUHAN?” Daud mengerti
benar bahwa untuk mencapai visi yang dari Tuhan, ia tidak akan dapat
melakukannya sendirian. Ia berusaha sekuat tenaga, tetapi persatuan pastilah
menghasilkan lebih banyak. Tanpa dukungan banyak orang, visi yang besar akan
dianggap sekedar impian kosong. Pelajaran apakah yang dapat kita pelajari di
sini mengenai kebangunan rohani (revival)?
PERTAMA, KEBANGUNAN
ROHANI DIAWALI OLEH SATU (ATAU SEDIKIT) HATI YANG MERINDUKANNYA. Tetapi
kerinduan itu kemudian menjalar semakin besar dan luas sehingga banyak orang
merindukannya juga. Kuncinya adalah adakah seseorang yang rindu dan mau
membayar harganya. Daud dengan ‘berani’ merindukan kemuliaan Tuhan turun atas
bangsanya dan ia membayar berapapun harganya. Ia merindukan yang terbaik, dan
oleh karenanya ia memberi yang terbaik. Akhirnya banyak orang menjadi celik dan
turut merindukan kemuliaan Tuhan. Revival pun terjadi; harganya: hidup sebagai
penyembah-penyembah yang sejati. Pertanyaannya: adakah orangnya? Atau Andakah
orangnya?
KEDUA, PERAN
KEPEMIMPINAN DAUD SANGAT MENENTUKAN KEGAIRAHAN BANYAK ORANG LAIN (RAKYAT DAN
BAWAHANNYA) AKAN KEBANGUNAN ROHANI. Di sini berlaku prinsip kepemimpinan di
atas: kepemimpinan menentukan keberhasilan atau kegagalan. Daud menggunakan
otoritasnya untuk mencari kemuliaan Tuhan dan banyak orang melihat teladannya
dan tergerak: mereka mengorbankan harta benda mereka yang terbaik dan tidak
sedikit, dengan penuh kerelaan. Persekutuan hidup mereka bersama Daud,
si penyembah sejati, membuahkan hasil yang sama. Mereka menjadi
penyembah-penyembah sejati pula. Mereka menjadi orang-orang yang suka
berkorban. Mereka menjadi pemberi-pemberi.
Ini mungkin
mengejutkan tetapi Anda perlu mengetahuinya. Mengapa sesungguhnya jemaat Tuhan
masih dalam kondisi seperti ini. Jarang sekali didapati jiwa yang memberi,
mengorbankan, kerelaan untuk menderita dan menjalani hidup dalam penyembahan
dan penyerahan total kepada Tuhan. Mengapa jemaat sepertinya masih memiliki
mental sebagai pengemis dan peminta-minta ulung? Tentu Anda mulai bisa
mengetahui sebabnya. Kondisi jemaat adalah cermin dari pemimpinnya. Pemimpin
yang berjiwa peminta-minta akan menghasilkan jemaat peminta-minta. Pemimpin
yang memberi akan membetuk suatu jemaat yang suka memberi. Daud adalah
penyembah dan pemberi, pengikutnya pun menjadi penyembah dan pemberi. Gaya dan
standar pemimpin menentukan gaya dan pola yang ditiru siapa saja yang
mengikutinya.
Mengapa hingga kini
belum terjadi revival atas Indonesia?
Bisa jadi karena belum ada yang sungguh-sungguh merindukannya. Adakah
orang-orang Kristen yang merindukannya? Terlebih lagi, adakah para pemimpin,
para pendeta, gembala sidang, hamba-hamba Tuhan, pemimpin-pemimpin umat yang
sungguh-sungguh merindukannya? Saya yakin, dan sungguh-sungguh percaya bahwa revival
pasti akan terjadi apabila para pemimpin Kristen sungguh-sungguh merindukannya
dan rela membayar berapapun harga revival itu.
KETIGA, sekali lagi
kita belajar bahwa harga sebuah kebangunan tidaklah murah. Itu MEMBUTUHKAN
PENGORBANAN YANG BESAR DAN UNTUK MELAKUKANNYA JUGA DIPERLUKAN SUATU KERELAAN
YANG BESAR UNTUK BERKORBAN. Bagaimana Daud dan pengikutnya rela untuk berkorban
sedemikian mahal? Apakah yang menyebabkan mereka seakan-akan tidak merasa rugi
untuk memberikan persembahan yang begitu mahal kepada Tuhan? Ada beberapa
alasan untuk itu:
(1) karena mereka merasakan kasih dan kebaikan
Tuhan begitu limpah dalam hidup mereka. Kebaikan Tuhan membangkitkan rasa
syukur yang luar biasa dalam hati kita, sehingga kita rindu untuk membalas kasihNya
dan melakukan apapun sebagai ungkapan syukur kita atas kemurahanNya itu (Mazmur
116:12-14).
(2) karena mereka merasakan kebesaran dan keagungan
Tuhan sebagai Pribadi yang layak menerima pujian, penyembahan, kemuliaan dan
kehormatan di atas segala-galanya. Perjumpaan pribadi dan pengenalan yang
benar akan membawa pada penyembahan dan pengabdian yang benar pula kepada
Tuhan. Setelah perjumpaan yang penuh kuasa dengan Tuhan, Yesaya menyeruhkan
kalimat penyerahannya yang terkenal, “Ini aku, utuslah aku” (Yesaya 6:8).
Penyingkapan akan pribadi Tuhan yang mulia menjadikan kita terpesona dan
kemudian menganggap sebagai suatu kehormatan dan kemuliaan tiada tara untuk
dapat melayani Dia.
(3) karena mereka mendapatkan visi tentang
kemuliaan Tuhan yang melebihi segala-galanya. Dunia dengan segala
kemegahannya yang fana tak akan pernah dapat dibandingkan dengan kemuliaan
Tuhan yang akan datang. Itulah yang mendorong kita untuk tetap hidup dalam
penyembahan (2 Korintus 4:16-17)
Saudaraku, revival
memang mahal. Tetapi itu layak diinginkan dan diperjuangkan dengan segenap hati
dan hidup kita. AMIN.
0 komentar:
Posting Komentar
Mohon TIDAK menggunakan kata-kata kotor atau kasar yang tidak memuliakan nama Tuhan. Terima kasih atas perhatiannya. Salam Revival!
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.