Oleh: Peter B, MA
“Orang (Yudas Iskariot) yang menyerahkan Dia (Yesus) telah memberitahukan tanda ini kepada mereka: “Orang yang akan kucium. Itulah Dia. Tangkaplah Dia dan bawalah Dia dengan selamat.” Dan ketika ia sampai di situ, ia segera maju mendapatkan Yesus dan berkata: “Rabi.” Lalu mencium Dia. “Maka kata Yesus kepadanya: “Hai teman, untuk itukah engkau datang?”
(Mark. 14:44-45; Mat. 26:50)
Adalah suatu pertanyaan besar bagi saya sewaktu berusaha memahami mengenai bagaimana Yudas Iskariot mengkhianati dan menyerahkan Yesus untuk dihukum mati. Yudas menyerahkan Yesus dengan cara yang sangat tidak lazim: dengan sebuah salam dan sebuah ciuman. Ciuman kepada Yesus, Guru dan Tuhannya itulah yang dijadikan petunjuk bagi para penangkap Yesus supaya tidak menangkap orang yang salah.
Belakangan ini, ciuman Yudas dipakai secara luas sebagai kode bagi para bos mafia untuk menunjukkan kepada anak buahnya siapa yang harus dihabisi setelah ciuman itu. Seperti Yudas, ciuman mereka merupakan petunjuk bahwa siapa yang diciumnya, orang itulah yang harus mati. Inilah cara-cara iblis. Sungguh sangat keji dan licik.
Ciuman adalah suatu tanda persahabatan dan keakraban. Seorang yang baru bertemu dan berkenalan tidak akan mungkin saling mencium. Hanya orang-orang yang memang punya hubungan (dekat) dengan kita sajalah yang dapat kita cium dan memberikan ciumannya. Tetapi ciuman Yudas mempunyai maksudnya sendiri.
Yudas mencium dengan maksud yang tidak tulus. Ia mencium Yesus dengan maksud licik, yaitu untuk menghancurkan Yesus. Inilah ciuman penuh kemunafikan yang sangat berbahaya. Inilah ciuman yang sepertinya menunjukkan kedekatan dan keakraban tetapi sesungguhnya sangat mencelakakan.
Cukup menarik apabila kita mengetahui bahwa yang dimaksud sebagai “penyembahan” dalam bahasa asli Alkitab bahasa Yunani adalah proskuneo. Kata itu memiliki arti yang sangat unik dan di luar dugaan. Mungkin kita berpikir ini merupakan kata yang indah, sehingga kemudian dapat diterjemahkan sebagai “penyembahan”; tetapi jika kita tahu arti kata proskuneo itu mungkin kita akan terkejut. Ijinkan saya memberitahukannya kepada Anda. Proskuneo artinya “sejenis ciuman, seperti anjing menjilat tangan tuannya”. Itulah artinya. Mungkin pertanyaan Anda sekarang adalah apa hubungannya itu dengan penyembahan?
Jika kita melihat pada arti di atas, ada banyak aspek yang bisa dipelajari tentang penyembahan. Tetapi untuk saat ini kita akan berkonsentrasi pada satu arti saja, sesuai dengan tema renungan kita ini. Mari lihat kembali arti kata ‘penyembahan’ dalam bahasa aslinya tersebut. Penyembahan juga berarti suatu ciuman. Ini secara tidak langsung menunjukkan makna atau inti dari penyembahan: hubungan dekat atau keintiman. Ya, memang benar dalam penyembahan selalu ada unsur dan memang harus ada unsur hubungan dekat.
Jika begitu apa hubungannya dengan Yudas Iskariot? Dalam drama penangkapan Yesus, jelas sekali Yudas menyerahkan Yesus dengan sebuah ciuman tanda kedekatan dan keakraban. Dengan kata lain, Yudas bersikap seolah-olah ia memberi salam dan memberi hormat kepada Yesus, tetapi sesungguhnya tidak demikian, jelas sekali bahwa Yudas adalah pengkhianat yang keji dan tidak tahu berterima kasih. Sikapnya sungguh keterlaluan dan memuakkan siapa saja yang membaca kisah ini. Jika diadakan angket dalam kelas, dapat diduga pastilah semua orang mengangkat tangan jika diajukan pertanyaan mengenai siapa yang tidak menyukai tokoh Yudas Iskariot. Dialah tokoh yang mungkin saja paling tidak disukai kalangan orang-orang kristen.
Tetapi… tunggu dulu. Mungkinkah hanya Yudas Iskariot yang bersalah? Tidak adakah Yudas-Yudas di masa kini? Mari kita renungkan baik-baik. Yudas datang seakan-akan menghormati dan menyembah Tuhan tetapi hatinya tidak bermaksud demikian, ia memiliki maksud lain maksud yang jahat. Berapa banyakkah dari kita yang datang kepada Tuhan seolah-olah ‘mencium’ Dia tetapi di dalam hati kita sesungguhnya tidak bermaksud demikian?
Berapa banyakkah dari kita yang sepertinya datang untuk menyembah Dia tetapi kemudian berbalik menyakiti Dia? Berapa banyakkah kita datang kepadaNya dengan gaya dan tingkah laku seorang penyembah tetapi hati kita tidak tulus mencari Dia? Berapa banyakkah dari kita yang seperti Yudas Iskariot…
Mungkin ini perkataan-perkataan yang keras dan tidak enak didengar. Tetapi perlu diketahui bahwa penyembahan bukan perkara yang dapat diremehkan dan dijadikan alat permainan. Penyembahan kepada Allah harus murni dan sejati. Harus asli, bukan palsu. Harus tulus bukan munafik.
Penyembahan yang sejati bukan hanya tampak dari luar. Tidak cukup hanya terdengarnya nyanyian pujian yang keluar dari mulut kita dan dari pelayanan yang sbuedang kita lakukan. Penyembahan sejati harus keluar dari hati: hati yang tulus mencari Dia, menghormati Dia, merindukan Dia dan mengasihi Dia.
Yudas Iskariot menjadi teladan yang buruk dalam hal penyembahan. Sepanjang pelayanannya bersama Yesus, ia senantiasa berlaku munafik dan tidak jujur. Sebagai bendahara Yesus, ia korupsi tetapi ia menutupinya dengan sikap yang sangat munafik. Bahkan puncak kemunafikannya adalah saat ia menyerahkan Yesus dengan ciuman. Bagaimana perasaan Anda jika dikhianati dengan sebuah sikap yang terlihat manis padahal itu kepura-puraan belaka. Sangat sakit, Begitu sakit. Demikianlah sakitnya Tuhan kita, apabila kita datang ke hadapanNya dengan hati yang tidak tulus untuk menyembah Dia. Yesus mengetahui apa yang ada di hati Yudas. Oleh karena itu Ia terluka dan sangat sedih. HatiNya seringkali hancur karena kemunafikan kita.
Seringkali pertanyaan Yesus kepada Yudas juga menjadi pertanyaanNya kepada kita. Saat kita datang menghampiri untuk menyembah Dia dengan hati yang tidak tulus dan maksud-maksud pribadi yang jahat, Ia akan bertanya, “…Untuk itukah kau datang?’.
Ya, untuk tujuan apakah kita datang kepadaNya?
(Bersambung)
0 komentar:
Posting Komentar
Mohon TIDAK menggunakan kata-kata kotor atau kasar yang tidak memuliakan nama Tuhan. Terima kasih atas perhatiannya. Salam Revival!
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.