Oleh: Peter B,
Maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia
mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata kepadanya: “Aku mau,
jadilah engkau tahir.” Seketika itu juga lenyaplah penyakit kusta orang itu,
dan ia menjadi tahir. (markus 1:41-42
Kita telah mengetahui bahwa salah satu ciri penyembah
sejati adalah hidup dan digerakkan sepenuhnya oleh kasih agape. Kasih itu
mengalir dan terus mengalir memenuhi kita sehingga seluruh kehidupan kita
diliputi seluruhnya oleh kasih sempurna itu sampai tidak ada satu bagianpun
dalam hidup kita seluruh roh, jiwa, tubuh yang tidak diresapi oleh kasih itu.
Betapa Tuhan rindu supaya kita menjadi serupa dengan Dia, menjadi pribadi yang
penuh dengan kasih, yang menyatakan kasih, sepenuhnya mengasihi! Kasih Allah
digambarkan sedemikian besarnya mengatasi segala yang besar dan kuat di dunia.
Kasih itu mengatasi segala dosa manusia di seluruh dunia. Kasih itu mendahului
penghakiman dan penghukumanNya. Kasih itu merelakan anakNya yang tunggal bagi
keselamatan umat manusia. Ya, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini,
sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang
percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yohanes
3:16)
Dalam kasih kepada Tuhan maupun kepada sesama, kita
melakukan segala pekerjaan kita selama kita hidup. Kasih yang sempurna itu
seharusnya meresap masuk, mengaliri pembuluh-pembuluh jiwa kita, menjadi satu
unsur yang tak terpisahkan dengan keinginan dan kerinduan kita. Setiap
kerinduan terbesar dari para penyembah sejati seharusnya berakar dari kasih dan
untuk menyatakan kasih itu kepada banyak orang. Keinginan-keinginan yang baik,
yang tulus dan bermaksud memuliakan Allah adalah baik. Tetapi sekali lagi,
seperti yang telah kita pelajari sebelumnya, segala pekerjaan yang baik dan
mulia tiada artinya tanpa kasih. Karunia rohani sedahsyat apapun memiliki nilai
yang rendah apabila kasih sangat berkurang kadarnya di sana.
Satu hal yang menarik dalam kisah Yesus menyembuhkan
seorang kusta itu adalah bahwa sebelum Yesus berkata, “Aku mau. Jadilah engkau
sembuh”, Yesus “tergeraklah hatiNya oleh belas kasihan” (Markus 1:41) sehingga
“lalu Ia mengulurkan tanganNya dan menjamah orang itu”. Belas kasihan-lah yang
melatarbelakangi keinginan dan tindakan Yesus. Melihat orang lain menderita,
tidak dapat tidak, hati Anak Manusia tersentuh. Kasih di dalam hatiNya berpadu
dengan keinginan-keinginan yang baik dan kudus dari Allah maka itu menjadi
suatu tindakan yang luar biasa, pemulihan dan kesembuhan bagi ia yang tiada
harapan lagi.
Keinginan kita haruslah dilandasi kasih. Karena kasih itu
keinginan kita menjadi berkenan serta selaras dengan hati Bapa. Hal ketiga yang
kita pelajari mengenai keinginan para penyembah sejati adalah keinginan para
penyembah sejati selalu berhubungan dengan menyatakan kasih kepada orang lain. Keinginan
para penyembah sejati tidak hanya mengandung suatu kebaikan, tidak juga hanya
bersifat kudus dan tulus. Keinginan penyembah sejati tidak egois. Mereka
menginginkan kebaikan, merindukan suatu yang mulia dan kudus namun pada
akhirnya tidak pernah itu akan menjadi suatu titik akhir. Para penyembah sejati
pada akhirnya akan melihat sekitarnya dan berkata, “Terlalu sedikit apabila aku
sendiri saja yang dipulihkan, diberkati, dikuduskan, diurapi, dipakai Tuhan.
Sangat tidak adil apabila hanya kita seorang diri saja yang dibenarkan oleh
Tuhan. Masih ada begitu banyak orang lain yang memerlukan Tuhan dan semestinya
turut merasakan kebaikan dan kuasa Tuhan, diselamatkan dari kematian kekal.
Tuhan memanggil kita menjadi garam dan terang dunia. Kedua
hal tersebut tidak ada gunanya apabila berdiri sendiri. Keduanya menjadi sangat
bermanfaat saat keberadaannya dihubungkan dengan benda-benda yang lainnya.
Garam tidak berguna hanya disimpan saja. Garam yang asin baru dapat digunakan
untuk kepentingan makanan jika ia dicampur dengan makanan itu sendiri. Demikian
pula dengan terang. Ia tidak memiliki fungsi yang penting saat diletakkan di
bawah gantang “melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di
dalam rumah itu. Oleh karena itu, setiap kerinduan kita yang terbesar,
kerinduan dari para penyembah sejati, adalah membawa berkat dan keselamatan
bagi banyak orang. Bukankah Yesus pernah berkata, “Demikianlah hendaknya
terangmu bercahaya di depan orang,
supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu di sorga”?
Kita dipanggil untuk menjadi saksi dan berkat bagi banyak orang.
Berabad-abad lampau ada seorang anak muda bernama David
Brainerd. Setelah bertobat dan mengalami kelahiran baru, pemuda Brainerd sangat
rindu untuk memuliakan Tuhan. Ia ingin terjun dalam ladang Tuhan. Akhirnya ia
merasa Tuhan tidak menempatkannya di gereja, di kota tempat Ia tinggal atau di
lingkungan sekitarnya. Ia merasa Tuhan memanggilnya untuk melayani orang-orang
Indian primitif di pedalaman Amerika. Pada waktu itu, orang-orang Indian
dikenal sebagai orang-orang yang ganas dan tidak berbelas kasihan. Mereka biasa
membunuh manusia dan menjadikan tengkorak atau tulang belulang mereka menjadi
hiasan kemah. Tetapi David Brainerd tetap berangkat sebagai misionaris untuk
memenangkan orang-orang Indian pedalaman. Selama beberapa lamanya, Brainerd
menginjil tetapi seperti tanpa hasil. Setiap pagi, siang dan malam hatinya
semakin tertusuk melihat tingkah laku dan perbuatan orang Indian yang sangat
kejam itu, di samping perdukunan dan penyembahan berhala mereka. Hatinya terasa
berontak untuk pulang dan meninggalkan panggilannya. Namun setiap kali rasa
muak itu melanda hatinya, Brainerd berlari ke hutan dan berdoa di sana.
Doa-doanya semula adalah ia meminta hati yang dapat mengasihi orang-orang
indian yang keji itu. Dan Tuhan pun menjawab doanya.
David Brainerd akhirnya memiliki hati yang penuh belas
kasihan. Hati bagi suku-suku indian. Tiap hari ia mendoakan mereka semua,
memohon kepada Tuhan untuk menyelamatkan mereka. Ia bersyafaat dan melakukannya
terus seperti tidak mau berhenti. Bagi David Brainerd, ia tidak akan berhenti
sebelum ada seorang dari mereka yang bertobat. Akhirnya, orang-orang Indian pun
mulai bertobat dan datang kepada Tuhan. Tetapi pelayanan doa syafaat Brainerd
tidak surut selangkah pun. Ia berdoa hampir setiap saat. Saat musim panas
maupun musim dingin. Seringkali ia berdoa di balik timbunan salju yang dingin.
Akibatnya ia pun mengalami radang paru-paru dan akhirnya meninggal. Satu hal
yang tak pernah dilupakan oleh orang-orang Indian adalah kegigihan, doa-doa,
air mata, dan hati David Brainerd yang begitu mengasihi orang-orang indian itu.
Kisah David Brainerd menunjukkan kepada kita bahwa kerinduan
kita tidak terlalu berarti jika itu tidak membawa kita untuk bertindak
mengasihi orang lain. Hingga hari ini, kerinduan dan keinginan Tuhan terbesar
atas dunia adalah supaya barangsiapa yang percaya kepada Yesus, AnakNya yang
tunggal itu, tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal. Dan tujuan
kedatangan Kristus pun dinyatakan dalam suatu pernyataan yang tiada
bandingannya hingga hari ini, “Aku datang supaya kamu mempunyai hidup dan
mempunyainya dalam segala kelimpahan.” PelayananNya di dunia adalah untuk
menjadi pelayan dan berkorban memberikan nyawanya menjadi tebusan bagi banyak
orang. Dia lahir untuk kita, mati untuk kita, bangkit untuk kita, naik ke surga
untuk kita, berdoa syafaat untuk kita, dan Ia akan datang kembali juga untuk
Anda dan saya. Bagaimanakah dengan hidup kita? Untuk Tujuan apakah keinginan
yang ada dalam hati kita? Adakah di sana kerinduan dimana kasih Tuhan boleh
dinyatakan bagi banyak orang? Apakah kita memiliki kerinduan bagi keluarga
kita. Tetangga kita, kota kita, bahkan bangsa kita? Ingatlah nasihat Rasul
Petrus yang memperingatkan kita dengan segala kesungguhan, “ Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha
menambahkan kepada imanmu kebajikan, ….dan kepada kesalehan kasih akan
saudara-saudara dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang.” (2Petrus
1:5-7). Amin
(Diambil dari warta Worship Center edisi 36 – 13 September
2002)
0 komentar:
Posting Komentar
Mohon TIDAK menggunakan kata-kata kotor atau kasar yang tidak memuliakan nama Tuhan. Terima kasih atas perhatiannya. Salam Revival!
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.