Oleh: Peter B,
“Seseorang yang sakit kusta datang kepada Yesus, dan sambil
berlutut di hadapan-Nya ia memohon bantuan-Nya, katanya, “Kalau Engkau mau, Engkau
dapat mentahirkan aku.” Maka tergeraklah oleh belas kasihan, lalu Ia
mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata kepada: “Aku mau,
jadilah engkau tahir” (Markus 1:40-41)
Rasul Paulus, rasul besar itu, pernah memandang jauh ke
depan, dimana generasi-generasi sesudah dirinya akan menjalani kehidupan di
dunia ini. Dan Ia berkata-kata dalam ilham Roh: “Sebab sekalipun mereka
mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau mengucap syukur
kepada-Nya. Sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati mereka yang
bodoh menjadi gelap. Mereka berbuat seolah-olah mereka penuh hikmat, tetapi
mereka telah menjadi bodoh…. Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada keinginan hati
mereka akan kecemaran, sehingga mereka saling mencemarkan tubuh
mereka” (Roma 1:21-22, 24). Bagi kita yang hidup di zaman ini, mau tidak mau
kita harus mengakui dan mengaminkan perkataan sang rasul itu. Mengapa? Karena
tidak pernah ada suatu zaman yang sedemikian sesat dan jahat seperti zaman
dimana kita hidup sekarang ini.
Amerika Serikat adalah suatu bangsa dimana Tuhan memiliki
hamba-hambaNya yang terbaik saat ini. Roh Kudus bekerja dengan kuat kuasa yang
besar di sana dan kebangunan rohani (revival) masih sering terjadi dengan
lawatan yang sangat dahsyat. Pada sisi lain, bangsa itu juga memiliki sisi
gelap yang paling buruk. Kejahatan-kejahatan yang paling keji,
perbuatan-perbuatan paling busuk, orang-orang paling gila dan sepenuhnya
dikendalikan oleh kuasa gelap juga hidup di sana. Kejatuhan Amerika Serikat
dalam beberapa bidang demikian parahnya sehingga banyak hamba Tuhan juga setuju
bahwa Sodom dan Gomora zaman ini ada di sana. Karena tidak pernah ada satu
tempat di dunia ini yang tanpa malu dan tak tercegahkan lagi memperagakan
kehidupan manusia dalam tingkatnya yang paling rendah dimana mereka dikuasai
oleh pengajaran hawa nafsu, kecemaran, kebobrokan moral, serta kebejatan yang
seperti tiada batasnya. Dari kota-kota di Amerikalah keluar pengajaran,
lawatan, kekuatan rohani dan pekerjaan Tuhan sampai ke seluruh bumi, tetapi
dari sana pula tersebar segala pengaruh buruk yang menghancurkan kehidupan
bangsa-bangsa lain di dunia, termasuk Indonesia.
Perkataan Rasul Paulus itu mungkin sangat tepat dengan
kondisi Amerika, dan kurang mengena dengan kondisi bangsa kita sendiri. Tetapi
itu beberapa tahun lalu. Hari-hari ini kita tidak dapat menyangkal lagi bahwa
di tengah-tengah bangsa kita ada sangat banyak orang yang dikuasai oleh
keinginan hati mereka akan kecemaran. Penelitian yang baru-baru ini diadakan
orang lain, membunuh, merampas, memeras dan sebagainya. Kemudahan atau kuasa
yang diberikan pada kita, apakah yang kita akan lakukan dengan itu? Keinginan
apakah yang hendak kita wujudkan?
Kedua, yang diucapkan oleh Yesus mengajarkan pada kita
bahwa keinginanNya
adalah kudus yaitu memuliakan BapaNya yang di Surga. Yesus
memerintahkan si kusta yang telah sembuh itu untuk menghadap imam dan
mempersembahkan korban sebagaimana hukum Musa telah mengaturnya. Seorang kusta
yang telah sembuh memang harus melakukan itu karena itu merupakan bentuk
pengucapan syukurnya atas mujizat yang telah diadakan Tuhan dalam hidupnya.
Kesembuhan dari kusta adalah mujizat pada zaman itu. Dengan kata lain, Yesus
memerintahkan orang yang telah disembuhkan tadi untuk memuliakan Allah yang
telah menyembuhkannya. Dalam rupa sebagai manusia hamba, keinginan terdalam
Yesus adalah memuliakan Bapa (Yohanes 5:19; 8:28; 12:49). Itulah keinginan
kudus yang seharusnya dimiliki setiap manusia di muka bumi. Namun lebih
daripada itu, itulah keinginan penyembah sejati. Bukan keinginan akan
perkara-perkara yang jahat dan kecemaran, yang keluar dari hati yang dikuasai
hawa nafsu tetapi suatu gairah untuk memuliakan Bapa. Keinginan manusiawi, duniawi,
dan setani mengarahkan diri pada pribadi atau hal-hal yang lain selain Tuhan.
Hasrat yang dari surga itu kudus karena itu menuntun pada kemuliaan bagi yang
Mahakudus Tuhan.
Pertanyaan yang penting sekarang adalah bagaimana dengan
keinginan kita? Adakah ketulusan di sana? Apakah yang mewarnainya? Kekudusan
atau kecemaran? Di sini masing-masing kita akan mengukur tingkat penyembahan
kita pada Tuhan. Amin.
(Diambil dari warta Worship Center edisi 35 – 3 September
2002)
0 komentar:
Posting Komentar
Mohon TIDAK menggunakan kata-kata kotor atau kasar yang tidak memuliakan nama Tuhan. Terima kasih atas perhatiannya. Salam Revival!
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.