KOMUNITAS PERSATUAN INTERDENOMINASI GEREJA YANG MEMPERJUANGKAN TERJADINYA KEBANGUNAN ROHANI

MENANG TANPA BERDEBAT

Posted By passion for revival on Rabu, 17 Oktober 2018 | 9:00 AM



Oleh: Peter B,




“Filipus bertemu dengan Natanael dan berkata kepadanya: “Kami telah menemukan Dia, yang disebut oleh Musa dalam kitab taurat dan oleh para nabi, yaitu Yesus, anak Yusuf dari Nazaret.” Kata Natanael kepadanya: “Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?” Kata Filipus kepadanya: “Mari dan lihatlah!” Yesus melihat Natanael datang kepada-Nya, lalu berkata tentang dia: “Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!” (Yohanes 1:45-47)


Salah seorang yang paling diakui di dunia dalam hal ilmu komunikasi adalah Dale Cernegie. Belajar dari pengalaman-pengalaman pribadinya, akhirnya ia menjadi pribadi yang dianggap mengetahui segala hal mengenai bagaimana menjalin hubungan yang baik dengan semua orang. Carnegie belajar seumur hidupnya untuk menemukan suatu cara atau prinsip-prinsip tertentu dalam komunikasi dan berhubungan dengan orang lain, yang dapat diberlakukan hampir kepada semua orang. Dalam salah satu bukunya yang paling terkenal, How to Win Friends and Influence People, Carnegie menjelaskan hasil pengamatan dan penggaliannya secara mendalam mengenai prinsip-prinsip tersebut.


Dalam menghadapi orang-orang yang keras kepala, sukar mengalah, cenderung mengatur dan menguasai dan seringkali bersikap berlawanan, salah satu prinsip yang dianjurkan oleh Carnegie adalah prinsip “Anda tidak bisa menang dalam sebuah debat.” Maksudnya adalah bahwa dalam suatu perdebatan sesungguhnya sulit untuk saling bersikeras satu sama lain. Hasil akhir dari konfrontasi debat sekalipun itu dimenangkan oleh salah satu pihak pada akhirnya menimbulkan keretakan hubungan dan sakit di masa depan. Terhadap orang yang tidak setuju dengan kita, tidak seharusnya kita membela diri habis-habisan sekalipun kita benar. Bersikap ngotot dengan orang yang tidak sependapat dengan kita jarang menjanjikan akhir yang membahagiakan. Oleh karena itu, Carnegie memberikan beberapa saran yang merupakan penerapan praktis dari sikap-sikap yang baik apabila bertemu dengan orang yang tidak sepaham dengan kita: (1) Sambut baik rasa tidak setuju itu; (2) Jangan percaya pada kesan pertama naluri Anda; (3) kendalikan kemarahan Anda; (4) Dengarkan dulu; (5) Cari bidang-bidang kesepakatan; (6) Jujurlah; (7) Berjanjilah untuk memikirkan ide-ide lawan Anda dan pelajari ide-ide itu dengan seksama; (8) Berterima kasihlah pada lawan Anda dengan tulus untuk minat-minat mereka; (9) Jangan terburu-buru untuk bertindak, beri waktu kepada kedua belah pihak untuk memikirkan masalahnya.


Tidak lama setelah berjumpa dengan Filipus dan memanggilnya untuk mengikut Dia, Yesus bertemu dengan Nathanael. Rupanya Nathanael ini adalah teman dekat dari Filipus karena keempat Injil seringkali menyebutkan keduanya secara bersama-sama. Injil Matius, Markus, dan Lukas menyebutkan Filipus selama bersama-sama Bartolomeus (nama lain Nathanael) sedangkan Injil Yohanes memberitahukan kita bahwa Filipus-lah yang membawa Nathanael kepada Yesus. Perjumpaan pertama Yesus dengan Nathanael dikisahkan agak lebih panjang daripada perjumpamaan pertama Yesus dengan murid-murid lainnya. Dan perjumpaan itu sangat unik.


Nathanael adalah seorang yang tidak suka basa basi. Ia suka blak-blakan dan berterus terang. Seringkali orang yang memiliki sikap demikian khususnya dalam pandangan orang-orang timur itu merupakan sikap yang kurang sopan santun bahkan cenderung kurang ajar. Bangsa-bangsa di timur menjunjung tinggi adat kebiasaan serta tradisi mereka menghargai dan menghormati orang lain dengan cara bersikap penuh santun, ramah, dan tidak menyatakan terus terang pendapat mereka yang bertentangan dengan pendapat orang lain (sekalipun itu hanya dalam batas-batas kesopanan lahiriah). Berbeda dengan Nathanael, ia lebih suka bersikap terbuka, terang-terangan dan tanpa tedeng aling-aling. Contohnya adalah pada saat Filipus mengajaknya bertemu dengan Mesias, yaitu Yesus dari Nazaret yang telah memanggilnya. Apabila Filipus menerima langsung dan dengan segera melangkah mengikut Yesus, Nathanael tidak dapat menyembunyikan keraguannya. Ia tanpa sungkan menyampaikan pendapatnya (yang terdengar cukup sinis dan sangat meremehkan), “Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?” Jelas sekali, ia tidak setuju dengan pendapat Filipus.


Filipus memberikan jawaban yang baik. Imannya yang sederhana kepada Tuhan ditambah kepribadiannya yang kurang cepat tanggap dalam berpikir, membuat Filipus enggan untuk berbantah-bantahan dengan Nathanael. Jadi ia menjawab, “Mari dan lihatlah.” Benar sekali. Tidak ada jawaban yang lebih baik bagi orang yang sukar untuk diyakinkan selain membawa orang itu pada kenyataan yang sesungguhnya. Dan bertemulah Nathanael dengan Yesus. Pertemuan yang pertama itu demikian mengesankan bagi Nathanael karena Yesus yang suka mengamati orang lain dan pakar dari semua pakar ilmu kepemimpinan maupun komunikasi memberikan pendapat yang tidak akan pernah dilupakan oleh Nathanael: “Lihatlah, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya.”


Ketidakpercayaan Nathanael tidak ditanggapi dengan emosi oleh Yesus. Demikian juga sikapnya yang blak-blakan dan terbuka tanpa memperhatikan perasaan atau pendapat orang lain. Yesus memahami pendapat Nathanael karena apa yang dikatakannya itu memang benar. Sekalipun nada pembicaraannya sinis dan kurang ramah, tetapi Yesus setuju dengan pendapat Nathanael. Karena siapakah orang yang telah mempelajari kitab suci dan hukum Taurat setuju bahwa Mesias datang dari Nazaret? Lebih jauh lagi, Yesus memberikan jawaban yang sangat ramah dan sangat menggetarkan hati. Yesus menyebut Nathanael sebagai orang Israel sejati dimana tidak ada kepalsuan di dalamnya. Dalam hal ini, Yesus memberikan pujian akan sifat baik dari Nathanael. Dalam hal ini, Yesus melihat kelebihan dan kekuatan Nathanael, bukan kesalahan atau kekurangannya.


Sama seperti Yesus, kita seharusnya memiliki suatu cara yang unik dan berbeda dalam berhubungan dengan orang lain. Apabila ahli komunikasi seperti Dale Carnagie berpendapat bahwa pendekatan yang baik terhadap mereka yang tidak setuju adalah dengan tidak berdebat namun dengan sikap yang positif, baik dan ramah maka hal itu Justru telah dilakukan oleh Yesus Kristus ribuan tahun yang lampau. O, betapa dalam dan besarnya hikmat Allah! Manusia yang malang ini sering berkali-kali gagal dan mengalami pengalaman-pengalaman yang menyakitkan baru dapat melihat kebenaran. Betapa mudah dan bahagianya apabila kita dengan penuh kerendahan hati belajar dari Yesus (Matius 11:29), meneladani Dia, menerima firman kebenaranNya dengan segenap hati dan jiwa.


Setiap penyembah sejati di panggil untuk berlaku ramah, lemah lembut, menjadi pembawa damai sebagaimana yang diajarkan Paulus kepada anak didiknya Timotius, “….seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar, tetapi harus ramah terhadap semua orang. Ia harus cakap mengajar, sabar dan dengan lemah lembut dapat menuntun orang yang suka melawan, sebab mungkin Tuhan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan memimpin mereka sehingga mereka mengenal kebenaran” (2 Timotius 2:24-25). Tidak ketinggalan, Salomo memberikan beberapa pemikirannya sebagai berikut: “Rancangan orang jahat itu kekejian bagi Tuhan, tetapi perkataan yang ramah itu suci.” (Amsal 15:26). Penyembah dan pengikut Kristus sejati bukan orang yang suka bertengkar atau bahkan penyulut pertengkaran dan perselisihan. Mereka adalah pembawa damai. Para hamba Tuhan semestinya adalah pionir-pionir teladan bagi dunia dalam hal memperlakukan orang lain dengan baik. Bukan sebaliknya, menjadi batu sandungan sumber luka batin banyak orang.


Tuhan berjanji kepada murid-murid-Nya (dan juga kepada kita) bahwa “…sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi” (Yohanes 13:34-35). Itulah janji Tuhan bagi kita yang bersedia membayar harga. Untuk saling merendahkan diri dan mengampuni. Untuk saling berlaku ramah serta memberikan dukungan. Untuk mengucapkan berkat bukan kutuk. Untuk saling menerima dan melihat kelebihan masing-masing bukan kekurangan dan kelemahan. Untuk mengasihi dan tetap mengasihi sama seperti Kristus sudah mengasihi kita. Sebagai penutup, simaklah pendapat dari Timothy Bentley, seorang pakar konseling untuk keluarga yang pernah berkata. “Kapan saja Anda mengalami konflik dengan seseorang, ada satu faktor yang membuat perbedaan dimana hubungan Anda dapat menjadi rusak atau semakin mendalam. Faktor itu adalah sikap Anda.” Sesungguhnya kasih Kristus-lah yang menangkap Nathanael. Jadi, kita harus yakin, di dunia yang telah rusak dan hancur, kisah Kristus lebih dari sanggup mengubah dan memulihkan dunia. Amin.


(Diambil dari warta Worship Center edisi 42 – 1 November )










 
 
   
 
   
Blog, Updated at: 9:00 AM

0 komentar:

Posting Komentar

Mohon TIDAK menggunakan kata-kata kotor atau kasar yang tidak memuliakan nama Tuhan. Terima kasih atas perhatiannya. Salam Revival!

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.