Oleh: Peter B,
“Filipus bertemu dengan Natanael dan berkata kepadanya:
“Kami telah menemukan Dia, yang disebut oleh Musa dalam kitab taurat dan oleh
para nabi, yaitu Yesus, anak Yusuf dari Nazaret.” Kata Natanael kepadanya:
“Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?” Kata Filipus kepadanya:
“Mari dan lihatlah!” Yesus melihat Natanael datang kepada-Nya, lalu berkata
tentang dia: “Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di
dalamnya!” (Yohanes 1:45-47)
Salah seorang yang paling diakui di dunia dalam hal ilmu
komunikasi adalah Dale Cernegie. Belajar dari pengalaman-pengalaman pribadinya,
akhirnya ia menjadi pribadi yang dianggap mengetahui segala hal mengenai
bagaimana menjalin hubungan yang baik dengan semua orang. Carnegie belajar
seumur hidupnya untuk menemukan suatu cara atau prinsip-prinsip tertentu dalam
komunikasi dan berhubungan dengan orang lain, yang dapat diberlakukan hampir
kepada semua orang. Dalam salah satu bukunya yang paling terkenal, How to Win Friends
and Influence People, Carnegie menjelaskan hasil pengamatan dan
penggaliannya secara mendalam mengenai prinsip-prinsip tersebut.
Dalam menghadapi orang-orang yang keras kepala, sukar
mengalah, cenderung mengatur dan menguasai dan seringkali bersikap berlawanan,
salah satu prinsip yang dianjurkan oleh Carnegie adalah prinsip “Anda tidak
bisa menang dalam sebuah debat.” Maksudnya adalah bahwa dalam suatu perdebatan
sesungguhnya sulit untuk saling bersikeras satu sama lain. Hasil akhir dari
konfrontasi debat sekalipun itu dimenangkan oleh salah satu pihak pada akhirnya
menimbulkan keretakan hubungan dan sakit di masa depan. Terhadap orang yang
tidak setuju dengan kita, tidak seharusnya kita membela diri habis-habisan
sekalipun kita benar. Bersikap ngotot dengan orang yang tidak sependapat dengan
kita jarang menjanjikan akhir yang membahagiakan. Oleh karena itu, Carnegie
memberikan beberapa saran yang merupakan penerapan praktis dari sikap-sikap
yang baik apabila bertemu dengan orang yang tidak sepaham dengan kita: (1)
Sambut baik rasa tidak setuju itu; (2) Jangan percaya pada kesan pertama naluri
Anda; (3) kendalikan kemarahan Anda; (4) Dengarkan dulu; (5) Cari bidang-bidang
kesepakatan; (6) Jujurlah; (7) Berjanjilah untuk memikirkan ide-ide lawan Anda
dan pelajari ide-ide itu dengan seksama; (8) Berterima kasihlah pada lawan Anda
dengan tulus untuk minat-minat mereka; (9) Jangan terburu-buru untuk bertindak,
beri waktu kepada kedua belah pihak untuk memikirkan masalahnya.
Tidak lama setelah berjumpa dengan Filipus dan memanggilnya
untuk mengikut Dia, Yesus bertemu dengan Nathanael. Rupanya Nathanael ini
adalah teman dekat dari Filipus karena keempat Injil seringkali menyebutkan
keduanya secara bersama-sama. Injil Matius, Markus, dan Lukas menyebutkan
Filipus selama bersama-sama Bartolomeus (nama lain Nathanael) sedangkan Injil
Yohanes memberitahukan kita bahwa Filipus-lah yang membawa Nathanael kepada
Yesus. Perjumpaan pertama Yesus dengan Nathanael dikisahkan agak lebih panjang
daripada perjumpamaan pertama Yesus dengan murid-murid lainnya. Dan perjumpaan
itu sangat unik.
Nathanael adalah seorang yang tidak suka basa basi. Ia suka
blak-blakan dan berterus terang. Seringkali orang yang memiliki sikap demikian
khususnya dalam pandangan orang-orang timur itu merupakan sikap yang kurang
sopan santun bahkan cenderung kurang ajar. Bangsa-bangsa di timur menjunjung
tinggi adat kebiasaan serta tradisi mereka menghargai dan menghormati orang
lain dengan cara bersikap penuh santun, ramah, dan tidak menyatakan terus
terang pendapat mereka yang bertentangan dengan pendapat orang lain (sekalipun
itu hanya dalam batas-batas kesopanan lahiriah). Berbeda dengan Nathanael, ia
lebih suka bersikap terbuka, terang-terangan dan tanpa tedeng aling-aling. Contohnya
adalah pada saat Filipus mengajaknya bertemu dengan Mesias, yaitu Yesus dari
Nazaret yang telah memanggilnya. Apabila Filipus menerima langsung dan dengan
segera melangkah mengikut Yesus, Nathanael tidak dapat menyembunyikan
keraguannya. Ia tanpa sungkan menyampaikan pendapatnya (yang terdengar cukup
sinis dan sangat meremehkan), “Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari
Nazaret?” Jelas sekali, ia tidak setuju dengan pendapat Filipus.
Filipus memberikan jawaban yang baik. Imannya yang
sederhana kepada Tuhan ditambah kepribadiannya yang kurang cepat tanggap dalam
berpikir, membuat Filipus enggan untuk berbantah-bantahan dengan Nathanael.
Jadi ia menjawab, “Mari dan lihatlah.” Benar sekali. Tidak ada jawaban yang
lebih baik bagi orang yang sukar untuk diyakinkan selain membawa orang itu pada
kenyataan yang sesungguhnya. Dan bertemulah Nathanael dengan Yesus. Pertemuan
yang pertama itu demikian mengesankan bagi Nathanael karena Yesus yang suka
mengamati orang lain dan pakar dari semua pakar ilmu kepemimpinan maupun
komunikasi memberikan pendapat yang tidak akan pernah dilupakan oleh Nathanael:
“Lihatlah, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya.”
Ketidakpercayaan Nathanael tidak ditanggapi dengan emosi
oleh Yesus. Demikian juga sikapnya yang blak-blakan dan terbuka tanpa
memperhatikan perasaan atau pendapat orang lain. Yesus memahami pendapat
Nathanael karena apa yang dikatakannya itu memang benar. Sekalipun nada
pembicaraannya sinis dan kurang ramah, tetapi Yesus setuju dengan pendapat
Nathanael. Karena siapakah orang yang telah mempelajari kitab suci dan hukum
Taurat setuju bahwa Mesias datang dari Nazaret? Lebih jauh lagi, Yesus
memberikan jawaban yang sangat ramah dan sangat menggetarkan hati. Yesus
menyebut Nathanael sebagai orang Israel sejati dimana tidak ada kepalsuan di
dalamnya. Dalam hal ini, Yesus memberikan pujian akan sifat baik dari
Nathanael. Dalam hal ini, Yesus melihat kelebihan dan kekuatan Nathanael, bukan
kesalahan atau kekurangannya.
Sama seperti Yesus, kita seharusnya memiliki suatu cara
yang unik dan berbeda dalam berhubungan dengan orang lain. Apabila ahli
komunikasi seperti Dale Carnagie berpendapat bahwa pendekatan yang baik
terhadap mereka yang tidak setuju adalah dengan tidak berdebat namun dengan
sikap yang positif, baik dan ramah maka hal itu Justru telah dilakukan oleh
Yesus Kristus ribuan tahun yang lampau. O, betapa dalam dan besarnya hikmat
Allah! Manusia yang malang ini sering berkali-kali gagal dan mengalami
pengalaman-pengalaman yang menyakitkan baru dapat melihat kebenaran. Betapa
mudah dan bahagianya apabila kita dengan penuh kerendahan hati belajar dari
Yesus (Matius 11:29), meneladani Dia, menerima firman kebenaranNya dengan
segenap hati dan jiwa.
Setiap penyembah sejati di panggil untuk berlaku ramah,
lemah lembut, menjadi pembawa damai sebagaimana yang diajarkan Paulus kepada
anak didiknya Timotius, “….seorang hamba Tuhan
tidak boleh bertengkar, tetapi harus ramah terhadap semua orang. Ia harus cakap
mengajar, sabar dan dengan lemah lembut dapat menuntun orang yang suka melawan,
sebab mungkin Tuhan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan
memimpin mereka sehingga mereka mengenal kebenaran” (2 Timotius 2:24-25). Tidak
ketinggalan, Salomo memberikan beberapa pemikirannya sebagai berikut: “Rancangan orang jahat
itu kekejian bagi Tuhan, tetapi perkataan yang ramah itu suci.” (Amsal
15:26). Penyembah dan pengikut Kristus sejati bukan orang yang suka bertengkar
atau bahkan penyulut pertengkaran dan perselisihan. Mereka adalah pembawa
damai. Para hamba Tuhan semestinya adalah pionir-pionir teladan bagi dunia
dalam hal memperlakukan orang lain dengan baik. Bukan sebaliknya, menjadi batu
sandungan sumber luka batin banyak orang.
Tuhan berjanji kepada murid-murid-Nya (dan juga kepada
kita) bahwa “…sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus
saling mengasihi. Dengan demikian semua
orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling
mengasihi” (Yohanes 13:34-35). Itulah janji Tuhan
bagi kita yang bersedia membayar harga. Untuk saling merendahkan diri dan
mengampuni. Untuk saling berlaku ramah serta memberikan dukungan. Untuk
mengucapkan berkat bukan kutuk. Untuk saling menerima dan melihat kelebihan
masing-masing bukan kekurangan dan kelemahan. Untuk mengasihi dan tetap
mengasihi sama seperti Kristus sudah mengasihi kita. Sebagai penutup, simaklah
pendapat dari Timothy Bentley, seorang pakar konseling untuk keluarga yang
pernah berkata. “Kapan saja Anda mengalami konflik dengan seseorang, ada satu
faktor yang membuat perbedaan dimana hubungan Anda dapat menjadi rusak atau
semakin mendalam. Faktor itu adalah sikap Anda.” Sesungguhnya kasih Kristus-lah
yang menangkap Nathanael. Jadi, kita harus yakin, di dunia yang telah rusak dan
hancur, kisah Kristus lebih dari sanggup mengubah dan memulihkan dunia. Amin.
(Diambil dari warta Worship Center edisi 42 – 1 November )
0 komentar:
Posting Komentar
Mohon TIDAK menggunakan kata-kata kotor atau kasar yang tidak memuliakan nama Tuhan. Terima kasih atas perhatiannya. Salam Revival!
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.